Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama dan Manusia yang Sering Mengingkari Hati Nurani

12 Oktober 2019   00:13 Diperbarui: 12 Oktober 2019   09:37 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keseimbangan diri itu ketika mendengarkan hati nurani dan diri sendiri (slovofraza.com)

Sampai sekarang saya masih bingung dengan logika teroris. Bagaimana mereka mendapatkan keyakinan yang menganggap agama dan keyakinan lain harus diperangi dengan cara kekerasan. Kepercayaan yang sampai sekarang masih belum bisa diterima nalar dan akal sehat.

Ketika agama lain tidak bereaksi, tidak melawan dan tidak melakukan pembalasan konflik muncul dari diri sendiri. friksi datang dari sesama agama sendiri. Yang satu liberal. Demokratis, tradisionalis. Satunya berpikir kolot, radikal dan kaku.

Yang radikal ingin mengembalikan agama seperti aslinya. Yang mempunyai aturan dan hukum seperti hukum daerah agama berasal. Tidak peduli bahwa setiap daerah mempunyai sejarah kebudayaan yang beda dan tidak mungkin menerapkan hukum sama antara satu daerah dengan daerah lain, negara satu dengan yang lain.

Musuh agama yang terberat itu adalah diri sendiri. Saudara sendiri, sesama umat dengan keyakinan sama tetapi mempunyai pandangan beda dalam hal tafsir isi Kitab Suci. Sekarang radikalisme itu membenci saudaranya sendiri yang tidak mau tunduk dan dipaksa untuk berpendapat sama.

Mereka capai sendiri ketika agama lain tidak bereaksi dan melawan ketika ada serangan bom, intimidasi, genosida, fitnah dan candaan- candaan yang membuat panas kuping hampir setiap hari. 

Problem terbesar para pemeluk agama itu adalah bagaimana menaklukkan diri sendiri yang sombong ketika ia merasa di atas angin telah menguasai agama. Dan yakin dengan segala identitas dirinya ia adalah terbaik dari yang terbaik.

Orang yang mengawang- awang adalah mereka yang mengingkari diri sendiri, mengingkari bahwa bagaimanapun manusia adalah makhluk lemah yang berusaha sempurna. 

Begitu ingin sempurnanya hingga ia tidak mendengarkan hati nuraninya. Ia tertutupi oleh ambisinya yang serba ingin terbaik.Bisa dilihat banyak politisi muda yang merasa sudah pintar, sukses, terpilih sebagai wakil rakyat menggadaikan toto kromonya hanya untuk keukeuh ingin menang berdebat meskipun lawannya orang tua yang mestinya mendapat penghormatan sesuai dengan adat sopan- santun ketimuran.

 Kembali pada topik, penulis tidak ingin menunjuk agama apa. Tetapi yang jelas semua agama ketika dekat dengan kekuasaan kadang tergoda untuk menyesap kenikmatan duniawi dan kemudian melanggar hukum- hukum yang diajarkan sejak semula. 

Apalagi ketika agama amat dekat dengan politik makin buyarlah  ajaran lurus yang selalu ditanamkan dalam setiap kotbah agama.

Banyak penceramah merasa senang ketika ia merasa bisa mengajak umatnya mentertawakan kepercayaan lain, mengaku wilayah privasi, kalangan terbatas maka ia bebas mengkritik dan mencari kelemahan agama lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun