Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi Dikeroyok Masalah Jelang Pelantikan Periode Kedua

14 September 2019   15:30 Diperbarui: 16 September 2019   07:56 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo berjalan seusai memberikan keterangan pers terkait rencana pemindahan Ibu Kota Negara di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/8/2019). Presiden Jokowi secara resmi mengumumkan keputusan pemerintah untuk memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur.(ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY)

Cerita jatuhbangunnya kerajaan di Nusantara bisa dibaca dibuku ini (Foto oleh Joko dwiatmoko, buku koleksi pribadi)
Cerita jatuhbangunnya kerajaan di Nusantara bisa dibaca dibuku ini (Foto oleh Joko dwiatmoko, buku koleksi pribadi)

Sejarah seperti berulang sejak Mataram Kuno. Banyak brutus, banyak sengkuni dan banyak politikus, pejabat dan orang- orang terdekat berusaha menjatuhkan kekuasaan yang sebetulnya mempunyai pandangan visioner untuk kelangsungan kehidupan bernegara. Tetapi seperti tercatat dalam cerita di relief candi baik di Borobudur maupun di situs lainnya, menunjukkan bahwa kekuasaan itu rentan gangguan, terutama malah datang dari orang terdekat, atau dengan senjata  rayuan maut perempuan untuk menggulingkan kekuasaan. Sejarah Singosari misalnya bermula dari persoalan perebutan takhta, kekuasaan dan wanita. Semuanya menjadi runyam dengan tiga masalah tersebut. Ken Arok yang licik membunuh Empu Gandring seperti mendapat karma dan kemudian mati dengan keris yang dipakai untuk membunuh Empu pembuat keris tersebut. Dan Akhirnya perebutan kekuasaan, pemberontakan saling balas dendam mengakhiri era keemasan Sanghasari. Setelah Singasari muncul Majapahit yang masa kejayaannya memuncak sejak Patih Gajah Mada dari masa Tritungga Mahadewi sampai Hayam Wuruk. Kemudian akibat perebutan kekuasaan dan perang saudara Majapahitpun runtuh bersama munculnya pengaruh Islam di Nusantara.Setelah Majapahit yang bisa mendekati kedigdayaan majapahit waktu jaya adalah Mataram terutama memuncak setelah Sultan Agung berkuasa. Setelah era Sultan Agung berakhir mulai ada pelemahan kekuasaan dan akhirnya Mataram terbelah yang menjadi Kesultanan Jogjakarta dan Kasunanan Surakarta.

Perulangan sejarah naik turunnya era emas kekuasaan itu hadir pada abad modern. Sukarno di masa akhir hidupnya merasakan betapa kekuasaan telah membuatnya menderita, dikucilkan direndahkan peranannya dalam merebut kemerdekaan dan diasingkan dari masyarakat yang menjadi nyawa Sukarno sebagai Proklamator. Soehartopun jatuh karena keluarga dan pengkhianatan orang- orang terdekat. Reformasi telah mendegradasi peranan Soeharto sehingga ia dianggap sebagai biang bangkrutnya dan ambruknya perekonomian Indonesia dengan utang bejibun. Setelah Era Soeharto maka korupsi dan polah politik politikus, pejabat semakin tidak terkontrol. Yang rajin demo di masa lalupun kini terlibat dalam konspirasi dan ikut andil dalam menyuburkan korupsi berjamaah. Korupsi sudah seperti sel kanker yang berkembang ke mana- mana sehingga akarnya tidak dapat dibersihkan tuntas. Di tutup satu sisi muncul di sisi yang lain.

Seperti sel Kanker Korupsi Memasuki stadium Berbahaya

Dan Jokowi saat ini seperti seorang  dokter yang berusaha memutus rantai sel yang berkembang tetapi tidak mempunyai cukup peralatan canggih guna menumpas akar kanker korupsi sampai ke akarnya. Itulah banyak lembaga anti korupsipun sebenarnya memainkan trik untuk mendapat anggaran besar. Ujung- ujungnya mereka sebenarnya korupsi tetapi tidak merasa, mungkin tertutup oleh kegarangan mereka dalam beropini dan melakukan gerakan- gerakan anti korupsi, padahal cara mencari dana untuk menggalang dana demo juga dilakukan dengan memarkup anggaran dan merekayasa keuangan sehingga banyak donatur baik dari dalam maupun luar negerinya mengucurkan uang untuk membiayai praktek demonstrasi mereka baik dengan melakukan demo jalanan maupun melalui forum- forum diskusi tertutup.

Investor Lari karena Tidak Kondusifnya Pelayanan Birokrasi


Banyak persoalan sebetulnya karena masyarakat tidak satu suara. Jika mau berubah ya harus mendukung kebijakan pemerintah. Ternyata birokrasi, pemerintah dari pusat dan daerah masih sering menghambat kinerja yang mempermudah investasi asing. Banyak regulasi tentang investasi mentok di birokrasi. Sebab budaya "Kalau bisa dipersulit untuk apa dipermudah". Tumpang tindih kebijakan membuat sistem terasa sesak oleh harapan tetapi tidak ada perkembangan berarti.

Tajuk rencana Kompas dan berita tentang KPK di Koran Tempo (foto Oleh Joko Dwiatmoko)
Tajuk rencana Kompas dan berita tentang KPK di Koran Tempo (foto Oleh Joko Dwiatmoko)

Dalam Tajuk Kompas Sabtu, 14 September 2019. Presiden gusar karena puluhan perusahaan dari China yang relokasi ke luar negeri ternyata tidak memilih Indonesia, mereka lebih memilih negara tetangga seperti, Vietnam, India, Kamboja, Meksico, Thailand dan Malaysia. Masalahnya banyak regulasi pemerintah yang diusahakan membantu iklim usaha belum berjalan optimal.Kata Kompas dalam tajuknya Indonesia hanya unggul dalam aspek pasar. Mengenai produktivitas dan  dan kemampuan inovasi masalah kalah dengan negara tetangga. Vietnam bahkan melesat sebagai negara dengan iklim investasi yang menjanjikan. Tentu salah satunya karena kekompakan pemerintah  birokrasi dan masyarakatnya.

Di Indonesia bonus demografi dan banyaknya penduduk lebih banyak menimbulkan kegaduhan. Sebagai pengguna barang teknologi Indonesia lebih berfungsi sebagai pasar belum sebagai produsen dan inovator industri, demikian dengan aspek lainnya. Terutama bidang ekonomi. Tentunya ini tantangan besar bagi periode kedua Jokowi. Terobosan investasi belum terealisasi, ditambah dengan masalah politik pelik masih membelah kekompakan rakyat. Jangan sampai Indonesia menjadi sebuah negara yang terkutuk seperti halnya sejarah Mataram, Singasari, Majapahit, Mataram Baru. Pernah mengalami masa jaya tetapi kemudian hancur akibat perang saudara, akibat ketidakkompakan masyarakat untuk maju dan berkembang.

Kompak Bersama bertransformasi Menuju Negara Maju

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun