Dalam setiap pertandingan dan kontestasi selalu ada yang menang dan kalah. Seperti layaknya olah raga setiap laga harus ada pemenangnya. Jika kalah ya harus legowo menerima kekalahan. Dengan kekalahan dan kegagalan klub, tim, seseorang harus mau belajar dari kegagalan.
Saatnya Pancasila Kembali Mempersatukan Rakyat
Para Pendiri bangsa ini merumuskan Pancasila tidak mudah. Berat. Mereka harus mengalahkan ego agama, mengalahkan ego suku, etnis, bahasa untuk suksesnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, telah menyatukan bangsa ini selama hampir 74 Tahun.
Jika elite politik merasa mempunyai jiwa patriot sudahi sengketa, sudahi saling olok mengolok. Segera rajut persatuan dengan selalu berpijak pada Pancasila. Jarum- Jarum Pancasila akan merajut, menyatukan robekan yang membuat persatuan dan kesatuan terpisah.Lambang Negara Garuda Pancasila akan gagah berdiri di barisan paling depan untuk mencegah ormas, ormas, organisasi yang tidak mau mengakui Pancasila sebagai dasar negara.
Indonesia bukan negara agama dengan balutan identitas yang memisahkan. Â Berbeda suku, berbeda agama, berbeda pilihan politik seharusnya dianggap sebagai dinamika bukan ancaman. Kritik dan perdebatan itu wajar tetapi jika sudah mengarah untuk menghina fisik, fanatik, radikal bersikeras memaksa keyakinan ke orang lain harus ditumpas sampai ke akarnya. Tidak ada toleransi kepada mereka yang berusaha mengarahkan negara berubah ideologi karena dasar negara sudah final.
Tidak ada manusia sempurna. Kesempurnaan hanya bisa terjadi jika manusia bisa bekerja sama, saling menyokong untuk kemajuan bersama.