Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Membaca lewat Digital Itu Melelahkan, Baca Buku Saja!

7 Januari 2019   07:44 Diperbarui: 7 Januari 2019   19:19 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ruangmahasiswa.com

Sebagai blogger menyarankan untuk membaca buku fisik tentu seperti kontradiksi. Tulisan- tulisan blogger tentu mudah dicari di buku fisik karena para blogger menyasar masyarakat milenial pecinta bacaan blog, media digital atau yang dikenal sosial media. Tapi sebenarnya membaca buku yang nyaman dan serius tentu bukan lewat digital. 

Para perekayasa bacaan digital tentu sedang berpikir keras agar masyarakat mulai terbiasa membaca lewat media digital, selain lebih murah juga tidak perlu membuang- buang waktu, tenaga dengan membelinya ke toko buku atau memesan lewat daring. Buku bisa dibaca lewat layar gawai, laptop, maupun PC. 

Tidak perlu banyak tempat untuk mengoleksi buku, cukup sediakan memori yang cukup, serta kuota internet untuk memuaskan hasrat membaca. Tetapi, bagaimanapun membaca buku digital membuat mata cepat lelah. Terlalu lama memelototi layar seperti tersedot cahaya yang tidak terasa merusak jaringan syaraf dan otak.

Maka alangkah baiknya tetap tersedia waktu dan ruang untuk membaca buku. Persentuhan indra perasa dan buku itu seperti persentuhan antara dua sejoli yang sedang jatuh cinta, tampak lembut dan menyertakan rasa dan emosi. Ada getaran-getaran sensasional, ada pelibatan rasa jiwa dan imajinasi yang tidak mudah terlupakan.

Jadi Anda para blogger ada kalanya untuk sejenap lenyap dalam keseruan dunia digital, sejenak untuk membaca buku yang membuka wawasan pikiran, memperdalam rasa, pengetahuan dan intuisi imajinasi.

Membaca buku tetaplah lebih nyaman daripada membaca lewat gawai(koleksi pribadi)
Membaca buku tetaplah lebih nyaman daripada membaca lewat gawai(koleksi pribadi)
Dengan Buku, Aku Bebas

Buku membebaskan pikiran untuk menjelajah sejarah, mengikuti alur pikiran penulis yang susah tertebak, mengulang-ulang bacaan dengan memberi tanda dengan stabilo atau dengan kertas penanda jika suatu saat akan mengulang cerita seru yang terdapat pada satu atau dua halaman yang tidak mungkin dihapalkan satu persatu. 

Membaca berarti mengikuti alur penulis sambil menebak arah cerita. Membaca buku tentu tidak akan diganggu dengan munculnya iklan secara tiba- tiba, notifikasi yang menampilkan berita seru atau pemberitaan yang bikin gemas karena ketika asyik menyerap cerita tiba-tiba muncul iklan menutup layar baca. Sambil tiduran, sambil ngemil, atau sambil menyepi di saung tepi danau dan tidak terganggu bila tiba-tiba baterai lowbat.

Banyak yang mengaku membaca buku digital membuat mata cepat lelah, membaca buku digital membuat emosi kadang meninggi karena munculnya gangguan tiba-tiba oleh iklan-iklan yang tanpa permisi tiba-tiba muncul. 

Ya sudahlah selain canggih ternyata belum cukup bagi manusia modern untuk secara total melakukan aktifitas dalam era canggih digital. Tetap ada sisi positif dan negatifnya.

Salah satu riset menunjukkan bahwa membaca buku digital menyumbang kelelahan visual (sumber bacaan artikel Kompas Minggu, 6 Januari 2019) yang berjudul Dengan Buku, Aku Bebas! halaman 13 rubrik gaya hidup dikatakan bahwa tanda- tanda mata yang lelah adalah ketika mata seperti terbakar, gatal dan lelah (berat terasa di kornea mata). 

Salah satu riset yang dilakukan di Norwegia cerita yang yang dibaca di media di atas kertas menunjukkan jejak ingatan lebih baik daripada cerita sama yang dibaca di media digital. Salah satu faktornya adalah respon emosi yang kuat ketika membaca buku fisik (The Guardian, 19/ 8/ 2014).

Membaca Buku Lebih Sehat?

Dengan buku fisik, penerbit masih bisa bernafas untuk tetap optimis menggerakkan bisnis media offline. Memang bagaimana sih akibatnya jika manusia terlalu suntuk membaca bacaan digital? Kinerja mata bagaimana pun ada batasnya. 

Mata yang terus menerus tegang apalagi dengan layar digital yang sebetulnya terus bergerak membuat mata bekerja keras dalam menundukkan layar. Layar digital adalah sekumpulan pixel aktif yang terus bergerak. Ketika cahaya berbentuk gambar itu seakan-akan diam orang tidak tahu bahwa diam itu muncul karena padatnya pixel. 

Jika memelototi layar gawai terus menerus akan membuat sel-sel otak tegang sekaligus memperngaruhi syaraf-syaraf mata, jika kemudian dibiarkan akan membuat mata menjadi silindris, semakin intens akan semakin membuat mata kabur dengan lemahnya kemampuan melihat secara normal, sehingga kemampuan untuk fokus menjadi terganggu.

Sebagai blogger, untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang luas tetap harus membaca buku. Mengamati media sosial pun  penting dan tentu tidak tertutup kemungkinan untuk bekerjasama menjadikan hobi menulis sebagai loncatan untuk menjadi penulis buku. Bagaimanapun buku masih diperlukan untuk  memperluas pengetahuan, dan merupakan kebanggaan bisa mengoleksi buku buku berkualitas dan tampak berderet di kantor atau ruang baca. 

Suatu ketika seorang blogger, penulis media sosial akan rindu untuk bisa menerbitkan buku apalagi bukunya masuk direktori perpustakaan nasional. Membanggakan bukan? Ya ya ya...Boleh, boleh, boleh...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun