Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Suka Duka Kompasianer

21 Oktober 2017   14:01 Diperbarui: 21 Oktober 2017   14:10 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.kompasianival.com

Dari Pembaca ke Penulis

Telah menulis sejak 2010 sebagai orang yang agak minder melihat orang-orang yang mempunyai kemampuan luar biasa sebagai penulis, ada yang lebih tua dan lebih banyak yang muda. Mereka mempunyai stamina lebih sebagai penulis tangguh dan berpotensi menjadi penulis terkenal. Sebermula dari blog, sebermula dari iseng menulis, kemudian pelan-pelan tulisan dan artikel yang diposkan di kompasiana bertambah hingga ratusan hingga ribuan. Beberapa orang sudah bisa mewujudkan mimpi menjadi penulis dan menghasilkan buku. Kompasiana itu menjadi kawah candradimuka bagi penulis pemula yang tangguh dan mau belajar.

Mengenal Kompasiana betul-betul tidak menyesal, ada keuntungan sedikit kerugiannya. Sayangnya penulis bukan orang yang ambisius dalam menulis. Ini sisi negatif yang perlu diperbaiki. Setiap penulis harus mempunyai target, mempunyai goal, mempunyai rancangan sehingga setelah beberapa tahun menulis harus ada perbedaan dalam hal kemampuan menulis, kualitas artikel dan tulisan yang dihasilkan dan juga daya jangkau komunikasi hingga mempunyai sayap komunikasi yang lebar sehingga mudah untuk merangkul relasi lebih luas.

Dalam perusahaan, seorang staff tentu akan berharap memegang jabatan atau istilahnya naik level, hingga mencapai posisi tertentu misalnya General Manager bahkan Direktur Utama. Amat disayangkan kalau bertahun-tahun belajar tapi tidak menghasilkan sama sekali bahkan tetap sebagai staff yang hanya menunggu perintah atasannya.

Kompasiana Sudah menginjak dewasa, dan tentu saja semakin matang meski kadang menggemaskan bila melihat naik turunnya kualitas web yang sering merugikan kompasianer. Rasanya jejak saya di tahun tahun awal amat kencang, pernah menembus ribuan pembaca dan berbagai komentar. Tapi sampai saat ini pangkat saya masih dari itu ke itu. Bukan ingin protes tapi lebih kepada sebentuk perasaan sakit tapi tak terkatakan. Ada rasa kecewa, tapi bagaimanapun sebagai penulis yang lebih peduli untuk berproses dan berusaha menjaga kualitas menulis saya tetap ingin menyumbangkan sesuatu ke Kompasiana. Hari ini Kompasiana sedang bersuka dengan event Kompasianival. Rangkaian kegiatannya amat menarik hanya sayangnya tidak bisa mengikuti karena tuntutan pekerjaan.

Menulis itu adalah tuntutan hati, kata hati. Menulis itu terapi dan memelihara otak untuk terus berpikir dan mengolah ketrampilan agar tidak stagnan. Banyak teman-teman setelah bekerja dan mempunyai pekerjaan mapan lupa untuk belajar. untuk menulis yang membutuhkan waktu dan proses berpikir, serta kesabaran dalam membaca literature dan ilmu pengetahuan. Teman teman banyak yang tidak sempat lagi membaca dan mengolah ketrampilan menulis. Saya tetap menulis dengan segala keterbatasan  pikiran saya. Jika orang lain sudah bisa memahami masalah dengan hanya satu dan dua kali belajar saya harus belajar terus menerus untuk bisa memahami segala sesuatu sebelum akhirnya mengangguk tanda mengerti.

Dengan segala keterbatasan, menulis adalah solusi efektif untuk tetap bisa memelihara ingatan. Silahkan anda berlari dengan kecepatan tinggi, saya tetap akan ngegas  dengan gigi normal dan gas stabil. Silahkan jika kalian sudah mulai memikirkan profesinal dalam menulis, saya masih dalam tahab mencintai, menyayangi dan setia dalam menulis. Untuk segi produktifitas, say salut dengan orang-orang yang baru bergabung di Kompasiana tapi sudah menghasilkan ribuan karya. Saya pengin bisa dan harusnya bisa tapi nyatanya mood, serta kondisi lingkungan masih menjadi hambatan utama untuk total menulis.

Saya tengah mengagumi  Agus Noor, Triyanto Triwikromo, Seno Gumira Ajidarma. Mereka sastrawan, penulis yang setia dan rajin menulis. Bukan berarti saya tidak ingin kenal para penulis Kompasiana. Kalian adalah para penulis tangguh, ulasan anda mengagumkan, diksi kalian semakin lengkap, tapi saya perlu tetap mematok tinggi pengetahuan agar mencapai level yang saya tuju meskipun berat dan sepertinya mustahil. Apa salahnya bermimpi menjadi seseorang sekaliber Chairil Anwar atau  Pramudya Ananta Toer. Kepada penulis muda mungkin bisa  melirik Iwan Kurniawan atau  Dee (Dewi Lestari).

Kompasianer Kesepian

Hormat kepada kalian yang sedang berbahagia berkumpul di event Kompasianival, Saya penulis tua yang tetap diperhitungkan sebagai penulis taruna yang baru merangkak untuk meraih point tinggi. Pernah ditulis sebagai penulis fanatik tapi terjun bebas menjadi penulis taruna karena kehilangan banyak point. Saya tidak tahu karena keterbatasan pengetahuan saya dalam bahasa pemrograman ,  Saya pasrah saja jika kompasiana terus mengurangi point, bahkan mennjentikkan jari hingga dari centang hijau terus terjun bebas ke mana. Saya tetap akan setia menulis di Kompasiana. Menulis itu adalah proses pendewasaan, proses meredam kemarahan, proses mengendapan perasaan hingga suatu saat  tulisan-tulisan saya bermanfaat bagi orang lain. Salam literasi dan tetap semangat menulis di manapun dan kapanpun.

Kompasianer Sukses

Selamat Kepada anda yang telah bisa meraih pundi-pundi uang, kejayaan dan ketenaran berkat Kompasiana. Bintang memang layak tersemat karena ketekunan, perjuangan dan kegigihan anda dalam menulis.Anda yang beruntung bisa memanfaatkan platform blog ini untuk lompatan menuju ke jalur sukses penulis bisa juga menjadi pembicara dan pejuang literasi. Jika guru seperti saya akan memberi contoh baik kepada murid bahwa sebagai guru tidak hanya mengajar dan meggurui tapi juga terus berproses untuk menjadi seorang guru plus yang bisa menulis. St. Kartono saya kagumi sebagai seorang guru plus penulis yang sukses. Kepadanya hormat itu tidak akan berhenti pada kekaguman tetapi semoga bisa meniru jejaknya. Kepada blogger yang serius menekuni karier sebagai blogger professional, selamat berjuang. Konsistensi anda akan menjadi landasan anda menjadi seorang blogger handal yang bisa hidup dari menulis.

Kompasianer Setia

Tetaplah setia menulis apapun keadaannya, jika ada badai terus bertahan karena kesetiaan itu akhirnya akan memberi point penting paling tidak dalam hidup anda. Kesetiaan itu suatu saat akan mendapat bintang terang. Meskipun kadang kecewa karena keberuntungan yang belum mampir kesetiaan adalah buah ketekunan.Tetap semangat menulis untuk merajut mimpi-mimpi yang belum tergapai.

Selamat berkompasianival ria, salam sayang untuk para kompasianer yang sedang  berkumpul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun