Mohon tunggu...
Dwian Sastika
Dwian Sastika Mohon Tunggu... Penulis - Sebatas Manusia Biasa Saja

Membagikan kisah inspiratif dan edukasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Mengonsumsi Minuman Berakohol Cepat Buang Air Kecil?

17 Februari 2023   11:23 Diperbarui: 17 Februari 2023   11:25 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika seseorang minum alkohol, zat tersebut masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Alkohol memengaruhi sistem saraf pusat dan merangsang produksi hormon vasopressin, yang biasanya membantu tubuh dalam menjaga keseimbangan air dan elektrolit dengan menunda produksi urin. Namun, alkohol memblokir aksi vasopressin, sehingga tubuh kehilangan kemampuan untuk menunda produksi urin.

Selain itu, alkohol juga menyebabkan pembuluh darah di ginjal melebar, sehingga meningkatkan aliran darah ke ginjal dan merangsang produksi urine. Akibatnya, orang yang minum alkohol mengalami keinginan untuk buang air kecil yang lebih sering dan dalam jumlah yang lebih banyak.

Berdasarkan review  beberapa jurnal yang telah dilakukan, studi yang dilakukan pada tahun 2014 di American Journal of Physiology menemukan bahwa alkohol dapat meningkatkan volume urine hingga 100 persen. Studi ini juga menunjukkan bahwa alkohol meningkatkan kadar natrium dalam urin dan mengurangi kemampuan tubuh untuk mengembalikan cairan ke dalam tubuh.

Dalam studi yang diterbitkan di British Journal of Clinical Pharmacology pada tahun 2013, para peneliti menemukan bahwa alkohol mengurangi kadar hormon vasopressin dalam darah dan meningkatkan aliran urine hingga 54 persen. Studi ini juga menemukan bahwa orang yang minum alkohol mengeluarkan urine dalam jumlah yang lebih sedikit daripada yang dikeluarkan saat mereka minum air.

Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal "Alcoholism, Clinical and Experimental Research" pada tahun 2020 menunjukkan bahwa alkohol memengaruhi sistem saraf pusat dan merangsang produksi urine, terutama pada dosis yang lebih tinggi. Studi ini juga menemukan bahwa efek diuretik (peningkatan produksi urine) alkohol sangat tergantung pada dosis yang dikonsumsi, jenis alkohol, dan waktu konsumsi.

Namun, studi lain yang diterbitkan pada tahun 2018 di jurnal "Advances in Neurobiology" menunjukkan bahwa alkohol tidak hanya memengaruhi hormon vasopressin, tetapi juga mempengaruhi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS), yang bertanggung jawab untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh. Studi ini menyimpulkan bahwa pengaruh alkohol pada sistem RAAS dapat memperburuk efek diuretik alkohol dan mempercepat kehilangan cairan dalam tubuh.

Selain itu, studi lain yang diterbitkan di "Clinical Journal of the American Society of Nephrology" pada tahun 2019 menunjukkan bahwa efek diuretik alkohol dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada orang yang minum alkohol dalam jumlah yang lebih banyak dan tidak mengonsumsi cairan yang cukup. Hal ini dapat memperburuk kesehatan ginjal dan menyebabkan gangguan fungsi ginjal.

Dalam kesimpulan, efek diuretik alkohol memang terbukti dapat merangsang produksi urine dan menyebabkan seseorang buang air kecil lebih sering, terutama pada dosis yang lebih tinggi. Namun, pengaruh alkohol pada sistem hormon dan keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh lebih kompleks dan dapat memperburuk kesehatan ginjal dan fungsi tubuh lainnya. Oleh karena itu, penting bagi seseorang yang minum alkohol untuk membatasi konsumsi alkohol dan tetap terhidrasi dengan mengonsumsi cairan yang cukup.

Referensi:

  1. Finnegan, D., et al. (2020). Alcohol Dose-Dependently Enhances Urine Production in Healthy Volunteers. Alcoholism, Clinical and Experimental Research, 44(8), 1669-1679.
  2. Jindal, A., et al. (2018). Alcohol-Induced Renal Disorders: An Updated Review. Advances in Neurobiology, 16, 177-187.
  3. Moritz, M. L., et al. (2019). Acute Effects of Alcohol on Urinary Biomarkers and Electrolytes in Healthy Adults. Clinical Journal of the American Society of Nephrology, 14(8), 1169-1176.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun