Mohon tunggu...
Dwi Andhika Prasetyo
Dwi Andhika Prasetyo Mohon Tunggu... Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka

Saya merupakan seorang mahasiswa semester 4 UHAMKA dengan fakultas ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Krisis Iklim Ancam Masa Depan: Dari Gangguan Hormon Perempuan Hingga Luka Mental Generasi Z

11 Juli 2025   04:52 Diperbarui: 11 Juli 2025   04:52 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan Seminar Nasional di Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka (Foto by Dwi Andhika Prasetyo)

Jakarta -- Perubahan iklim tidak lagi sebatas perbincangan tentang cuaca ekstrem atau naiknya permukaan laut. Kini, dampaknya semakin nyata pada tubuh manusia dari gangguan hormonal pada perempuan hingga meningkatnya kecemasan pada generasi muda. Dalam seminar "Resiliensi Gen Z: Bangun Generasi Tangguh Hadapi Perubahan Iklim" yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) pada Rabu (2/7/2025), tiga pakar dari bidang berbeda memaparkan bagaimana krisis iklim telah menjadi ancaman kesehatan publik multidimensi.

Siswanto: 2024 Tahun Terpanas dan 6 Dampak Kesehatan Utama

Siswanto, MSc, PhD, Koordinator Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG (Foto by Dwi Andhika Prasetyo)
Siswanto, MSc, PhD, Koordinator Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG (Foto by Dwi Andhika Prasetyo)

Siswanto, MSc, PhD, Koordinator Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG, memulai dengan data yang mengejutkan. "Tahun 2024 adalah titik balik. Indonesia mencatatkan suhu rata-rata nasional 27,52C angka tertinggi sepanjang sejarah pengukuran," ujarnya.

Konsentrasi karbon dioksida (CO) juga meningkat signifikan. Dari 373 ppm pada 2004, kini melonjak menjadi 418 ppm pada 2024. "Angka ini sudah melampaui batas aman. Dunia sedang demam, dan kita semua merasakannya," kata Siswanto.

Menurut laporan WMO yang ia kutip, anomali suhu global mencapai 1,55C di atas era pra-industri. Batas kritis 1,5C yang selama ini dianggap sebagai "titik aman" dalam Perjanjian Paris telah terlampaui. Akibatnya, fenomena cuaca ekstrem seperti gelombang panas, hujan ekstrem, dan banjir besar kini semakin sering terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

"Ini bukan hanya soal bencana alam. Ada dampak kesehatan yang serius. Kita sudah melihat enam masalah utama yang muncul akibat perubahan iklim," jelas Siswanto. Enam masalah tersebut adalah:

  1. Heat stroke & kelelahan ekstrem akibat gelombang panas berkepanjangan.
  2. Polusi udara yang memperparah penyakit pernapasan seperti asma dan ISPA.
  3. Penyakit vektor seperti demam berdarah, malaria, dan Zika yang kini menyebar ke wilayah yang sebelumnya bebas dari penyakit tersebut.
  4. Krisis air bersih yang meningkatkan risiko diare, kolera, dan leptospirosis.
  5. Krisis pangan akibat gagal panen yang memicu malnutrisi dan stunting pada anak-anak.
  6. Dampak psikososial seperti stres, trauma, hingga konflik sosial akibat migrasi iklim.

"Bahkan nyamuk Aedes aegypti kini ditemukan di dataran tinggi yang dulu bebas DBD. Ini ancaman nyata bagi masyarakat Indonesia," tegasnya.

Siswanto menutup dengan seruan: "Mitigasi harus jadi gerakan kolektif. Dari hemat energi hingga transportasi ramah lingkungan langkah kecil ini sangat berarti jika dilakukan bersama."

Dr. Heru Kasidi: Gelombang Panas Merusak Sistem Hormon Perempuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun