Perjalanan Timnas Indonesia sepanjang tahun 2024 menghadirkan beragam dinamika, mulai dari momen penuh euforia hingga tantangan yang menguji kekuatan mental dan strategi tim. Dalam kalender padat yang mencakup berbagai ajang kompetisi internasional seperti Piala Asia, Kualifikasi Piala Dunia 2026, dan turnamen regional seperti Piala AFF, Tim Garuda menunjukkan progres yang menjanjikan sekaligus menghadapi berbagai evaluasi penting.
Keberhasilan Timnas melaju ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia, sebagai satu-satunya wakil Asia Tenggara, menjadi catatan gemilang dalam sejarah sepak bola nasional. Namun, di balik prestasi tersebut ada pula kegagalan yang menuntut perbaikan, seperti tersingkirnya tim di fase grup Piala Asia 2023. Semua ini mencerminkan pasang surut yang mengiringi perjuangan Timnas di tengah harapan besar masyarakat Indonesia terhadap kemajuan sepak bola tanah air.
Kesuksesan yang Diraih
1. Lolos ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026
Kemenangan penting melawan Vietnam dan Filipina menjadi kunci keberhasilan timnas Indonesia melaju menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara di putaran ketiga kualifikasi piala dunia zona asia. Prestasi ini menunjukkan peningkatan kualitas permainan dibawah arahan Shin Tae-yong.
2. Kemajuan di Ranking FIFA
Berkat performa yang konsisten, Indonesia mencatat kenaikan signifikan di ranking FIFA. Dimasa kepengurusan PSSI era Erick Tohir, Indonesia mengalami peningkatan yang pesat. Dalam peringkat FIFA terkini, Indonesia bertengger di posisi klasemen ke-125. Target 100 besar seperti yang diusulkan PSSI semakin realistis jika tren positif ini masih berlanjut.
3. Regenerasi Tim dengan Pemain Muda
Pelatih Timnas, Shin Tae yong  mulai mempersiapkan regenerasi untuk  kompetisi seperti ASEAN Cup yang akan digelar pada 8 Desember hingga 5 Januari 2025.  Kehadiran pemain-pemain muda berbakat menunjukkan upaya serius dalam regenerasi skuad, memastikan keberlanjutan kualitas Timnas di masa depan terutama dari skuad U-22 Indonesia.
Tantangan dan Kegagalan
1. Performa di Piala Asia 2023 (Januari 2024)
Timnas Indonesia mengawali persaingan di Grup D yang dihuni Jepang, Irak, dan Vietnam. Meski begitu, keberhasilan meraih hasil imbang melawan Vietnam menjadi secercah harapan. Beruntung, Indonesia tetap lolos ke babak 16 besar lewat jalur tiga terbaik.
Di babak 16 besar, Indonesia kembali berhadapan dengan Australia. Namun di laga itu, Indonesia kalah telak dari Australia. Gawang Ernando Ari Sutaryadi dibobol empat kali, masing-masing dari bunuh diri Elkan Baggott, kemudian dijebol Martin Boyle, Craig Goodwin, dan Harry Souttar. Secara keseluruhan, Indonesia gagal melaju dari fase grup, menunjukkan perlunya peningkatan kualitas permainan serta persiapan matang untuk menghadapi turnamen besar. Evaluasi menyeluruh terhadap performa dan strategi tim sangat dibutuhkan
2. Kritik Terhadap Proses Naturalisasi Pemain
Proses naturalisasi sering kali pemain timnas indonesia dianggap mendadak dan kurang strategis oleh beberapa pengamat. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang keberlanjutan strategi pengembangan pemain domestik dan bagaimana naturalisasi digunakan secara optimal untuk mendukung kekuatan Timnas.Â
Menurut pandangan orang yang kontra, proses naturalisasi ini tidak bisa dilakukan terus menerus untuk mendongkrak prestasi timnas. dan bahkan beberapa orang secara terang-terangan ada yang menyatakan tidak bangga dengan proses naturalisasi ini.
Dilansir dari merdeka.com,  Erick Tohir sebagai ketum PSSI menegaskan bahwa proses naturalisasi tidak perlu diperdebatkan lagi sebab mereka semua merupakan anak-anak bangsa yang ingin mengharumkan nama Indonesia. Bisa kita lihat kolaborasi  dan kontribusi mereka membuahkan hasil yang bagus karena untuk pertamakalinya Indonesia bisa lolos pada semua kategori untuk berkompetisi di Piala Asia.
3. Ketergantungan pada Shin Tae-yong
Kehadiran pelatih Shin Tae-yong membawa dampak positif signifikan bagi Timnas Indonesia, termasuk dalam pengembangan mentalitas dan performa tim. Meski demikian, kekhawatiran muncul terkait ketergantungan terlalu besar pada pelatih asal Korea Selatan ini. Keberhasilan jangka panjang Timnas akan bergantung pada kesinambungan strategi dan pengembangan sistem yang tetap berjalan meskipun terjadi pergantian pelatih.
Pelajaran yang Dapat Dipetik
1. Penguatan Mentalitas Kompetitif
Kemenangan melawan tim-tim kuat  menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kapasitas untuk bersaing di tingkat Asia. Dalam pertandingan-pertandingan penting, mentalitas pemain menjadi kunci keberhasilan. Contohnya, kemenangan di Hanoi pertama kalinya dalam dua dekade membuktikan bahwa dengan persiapan matang dan keberanian menghadapi tekanan, Indonesia mampu melawan dominasi lawan yang lebih diunggulkan. Untuk melangkah lebih jauh, fokus pada pelatihan mental dan pengelolaan tekanan di lapangan sangat penting agar konsistensi performa dapat terjaga, khususnya di ajang internasional
2. Pentingnya Konsistensi dan Persiapan Jangka Panjang
Performa yang stabil membutuhkan perencanaan strategis jangka panjang. Indonesia perlu berinvestasi lebih dalam regenerasi pemain, peningkatan infrastruktur sepak bola, serta pengelolaan liga domestik. Kompetisi lokal yang kuat akan menghasilkan pemain-pemain yang lebih siap bersaing di panggung internasional. Selain itu, jadwal pertandingan yang padat menuntut pengelolaan fisik dan rotasi pemain yang baik agar tidak terjadi kelelahan atau penurunan performa secara drastis
3. Investasi pada Pembinaan Pemain Muda
Turnamen seperti Piala AFF U-23 dan ajang regional lainnya menjadi platform penting untuk menguji kemampuan pemain muda. Generasi baru ini, yang akan menjadi tulang punggung Timnas di masa depan, membutuhkan dukungan maksimal dalam bentuk pembinaan usia dini yang lebih terstruktur. Selain itu, scouting yang lebih terarah dapat membantu menemukan talenta potensial yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Jika regenerasi pemain dilakukan dengan baik, Indonesia dapat mempertahankan kekuatan tim
4. Naturalisasi Sebagai Strategi Pendukung, Bukan Utama
Naturalisasi pemain telah memberikan dampak positif, namun harus digunakan sebagai pelengkap, bukan pengganti pembinaan lokal. Keberhasilan tim-tim besar di dunia berakar pada pembinaan pemain lokal yang kuat, di mana naturalisasi hanya berfungsi sebagai dorongan tambahan. Dengan memperkuat dasar-dasar pembinaan pemain lokal, Timnas dapat membangun pondasi yang kokoh untuk prestasi yang lebih konsisten
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI