Mohon tunggu...
dwi afiani
dwi afiani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Manusia yang tiada jelas suasana hatinya kini sedang berusaha mengendalikan emosinya agar menjadi pribadi yang bisa berdiri sendiri. Kita bisa mengendalikan diri kita dengan cara pribadi. Saya adalah manusia yang percaya setiap barang yang hilang pasti akan kembali jika tidak dicari dan saya ada penyuka sejati Enchanted. Salam kenal dari saya selaku pencipta suasana penuh makna. Kunjungi @dwinurafiyanii jika ingin berkomunikasi lebih lanjut.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengulik Nilai Kemanusiaan di Dalam Cerpen "Jaring-jaring Merah" Karya Helvy Tiana

16 Juni 2025   14:07 Diperbarui: 16 Juni 2025   15:07 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Helvy Tiana Rosa (Sumber: Pinterest)

Bagian Interpretasi Awal

Cerpen Jaring-jaring Merah merupakan sebuah karya sastra yang dikarang oleh Helvy Tiana Rosa. Helvy Tiana Rosa merupakan seorang sastrawan yang sudah menggeluti puisi dan prosa sejak ia masih muda. Beliau lahir di Medan pada tanggal 2 April 1970. Helvy ini juga merupakan pendiri forum Lingkar Pena, Teater Bening, dan turut membesarkan Majalah Annida. Helvy merupakan lulusan S1 Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Hal inilah yang mendukungnya dalam dunia sastra. Kegiatan yang ia lakukan juga berhubungan dengan kemanusiaan atau humaniora sehingga ia mengarang sebuah cerpen yang berjudul Jaring-jaring Merah. Cerpen ini bertemakan kemanusiaan. Di dalamnya, terdapat nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diambil sebagai amanat sebuah karya sastra.

Cerpen Jaring-jaring Merah menceritakan kisah Inong yang mengalami trauma berat akibat pembantaian yang dilakukan oleh GPK (Gerakan Pengacau Keamanan) yang terjadi di Aceh. Pembantaian yang dilakukan oleh GPK sangat berdampak terhadap psikologis tokoh Inong di dalam cerita ini karena Inong kehilangan keluarganya yang menjadi korban dari pembantaian ini. Akan tetapi, ketika ia kehilangan keluarganya, terdapat tokoh Cut Dini yang menolongnya dan menyembuhkan traumatisnya secara perlahan.

Bagian Analisis-Deskripsi

Analisis cerpen ini menggunakan pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik diartikan sebagai pendekatan yang membahas mengenai makna sesuai konteks (Sanulita, 2019). Selain itu, pendekatan diartikan juga sebagai pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan bagi pembaca terhadap karya sastra yang dibahas (Ismayani, Rachmawati, dan Yusliawati, 2019). Di dalam cerpen  Jaring-jaring Merah terdapat nilai-nilai kemanusiaan yang tergambarkan. Nilai kemanusiaan ini yang akan memberikan kesan bagi pembacanya sehingga pembaca dapat mendapatkan pesan yang disampaikan. Pada kutipan “Juga saat mereka membantai… keluargaku,” menggambarkan perilaku kemanusiaan yang kurang sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Kutipan tersebut memberikan bukti bahwa terdapat ketidaksesuaian perilaku manusia dengan manusia lainnya atau telah luntur jiwa kemanusiaan seseorang. Seseorang melakukan perbuatan seenaknya tanpa memperpedulikan orang lain demi kesenangan jiwanya sendiri. Pada kata “membantai” menjadi bukti bahwa nilai kemanusiaan yang dimiliki seseorang telah hilang. Kata tersebut berdampak negatif bagi rasa kemanusiaan yang dimiliki seseorang. Nilai kemanusiaan identik dengan rasa empati, simpati, dan kepedulian terhadap orang lain. Lain hal dengan kata “membantai” yang terdapat cerpen ini karena menggambarkan rendahnya rasa kemanusiaan seseorang bahkan rasa peduli yang dimiliki pun tiada. Kutipan tersebut memberikan pesan pada pembaca agar pembaca mampu menghindari sikap egois dan meninggikan jiwa simpati serta empatinya terhadap orang lain. Sejatinya manusia adalah makhluk yang mau berinteraksi dengan orang lain dan peduli satu sama lain dengan benar sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.

Cerpen Jaring-jaring Merah menggambarkan dengan jelas bagaimana kondisi Aceh atau keadaan di dalam cerita tersebut yang mendapatkan serangan dari GPK (Gerakan Pengacau Keamanan). Kondisi yang digambarkan di dalam cerita tersebut sangat kacau. Pembantaian terjadi di mana-mana. Korban-korban berserakan di jalan-jalan. Banyak dari mereka yang kehilangan anggota keluarganya. Rasa kemanusiaan dari pembantai telah hilang. Contoh perilaku yang tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan di dalam cerpen ini adalah pada kutipan “Aku melihat tetanggaku, Rohani ditelanjangi, diperkosa beramai-ramai, sebelum rumah dan suaminya dibakar”. Kutipan tersebut menjelaskan bagaimana perilaku tidak senonoh dilakukan oleh anggota GPK.

Meski terdapat beberapa perilaku kemanusiaan yang tidak sesuai dengan norma, terdapat pula beberapa perilaku kemanusiaan yang masih dimiliki oleh beberapa tokoh di dalam cerita tersebut. Contohnya yang dilakukan oleh tokoh Cut Dini yang terbukti pada kutipan “Dari mana, Inong? Aku mencarimu seharian. Ureung-ureung menemukanmu di tepi jalan ke Buket Tangkurak, subuh tadi.” Dialog tersebut menggambarkan empati yang dimiliki oleh Cut Dini pada Inong yang hampir mirip dengan orang gila karena ia melihat dengan matanya sendiri bagaiman pembantaian terjadi. Inong trauma terhadap peristiwa yang disaksikannya tersebut. Untuk mengobati atau mengurangi rasa trauma yang dimiliki oleh Inong, Cut Dini membawa Inong ke tempat aman sehingga ia berharap Inong bisa pulih dengan perlahan. Bentuk kepedulian Cut Dini tergambarkan pada kalimat “Aku mencarimu seharian”. Kalimat tersebut merupakan bentuk kepedulian Cut Dini terhadap Inong.

Selain itu, terdapat bentuk perlakuan baik yang dilakukan oleh Cut Dini terhadap Inong. Hal ini terbukti pada kutipan “Ia memberiku makan, memperhatikanku, menceritakan banyak hal.” Kutipan tersebut menggambarkan betapa pedulinya Cut Dini terhadap Inong. Ia masih memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi. Ia tidak hanya mementingkan dirinya sendiri, ia juga peduli terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan seperti Inong. Kata “memberiku dan memperhatikanku” menjadi bukti kuat nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh Cut Dini. Kepedulian yang ditunjukkan oleh Cut Dini menjadi sebuah pesan yang dapat diambil oleh pembaca dalam rangka menjunjung nilai kemanusiaan terhadap sesama manusia lainnya.

Nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh Cut Dini tidak hanya berkaitan dengan jiwa sosial saja. Ia juga melakukan perilaku positif dengan menanamkan nilai religius pada tokoh Inong. Cut Dini meyakini bahwa jiwa yang mengalami gangguan psikologis harus dibenarkan pula rohani pada diri tersebut. Dengan cara mengajarkan zikir dan mengaji, Cut Dini perlahan membenarkan jiwa Inong yang mengalami trauma tersebut. Cut Dini mendekatkan Inong dengan Tuhan agar senantiasa dalam keadaan apapun ia mengingat Tuhan. Pada kutipan “Ah, meski tak mengerti, aku ingin menangis setiap mendengar bacaan Al Quran.” Memberikan gambaran bahwa pengaruh Cut Dini dalam mendekatkan Inong dengan Tuhan dapat mengubah pandangan Inong dan menenangkan jiwa Inong dengan perlahan.

Bagian Evaluasi-Penilaian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun