Tidak terasa dua minggu liburan semester ini telah usai. Mbloo kamu tidak merasakan apa itu liburan lho 2 Minggu ini :’ selain disibukkan dengan data online sekolah, les kelas enam, musim penghujan, juga kejombloan yang berkepanjangan yang mendukung untuk tidak kemana-mana. Minggu, 4 Januari 2015 ada hasrat mendalam dan terpendam yang harus tercurahkan. Iya, dari pagi-pagi sekali sudah browsing tentang pantai tersembunyi di Gunungkidul. Sudah berapa bulankah kakiku tidak menapaki butiran pasir putih itu, telingaku juga merindukan deburan ombak yang memeluk karang, hamparan hijau rumput laut, hmmmmm. Minggu pagi itu, jariku terus mengetik keyboard hp… iya ngajakin orang-orang selo yang lain untuk mantai.. dan hasilnya adalah no respon. Kemudian aku teringat satu tetanggaku yang sepertinya agak selo juga hari ini. Iyaaa tak cobain ah menghubunginya. Horeee beneran dia mau, walau responnya agak telat baruu jam 11.00 WIB bales pesan. Berbekal selembar kertas alamat tentang pantai mana yang mau kita kunjungi hari itu, aku dan Qomah, tetanggaku itu segera menyusuri jalanan Panggang. Awalnya, kita mau menyusuri pantai Ngunggah yang beralamat di Dusun Pejaten, Desa Giriwungu, Kecamatan Panggang. Oh ternyata belum dikehendaki yang Maha Kuasa…. Kita kesasar di Pantai yang searah dengan Pantai Gesing. “mbaknya kesasarnya jauh sekali… ” kata seorang warga yang habis mencari rumput di sawah. Dengan sedikit berunding dengan Temanku, akhirnya kita memutuskan untuk "oke tidak masalah kita tetap piknik di Pantai daerah sini saja". Sepertinya tetap ada Pantai Asik yang enggak Mainstream kok di Sini. Tujuan pertama adalah Pantaiiiiii Pantai Wohkudu Pantai ini sangat searah dengan Pantai Gesing. Jika kita melewati jalan panggang dan terdapat beringin besar menuju pantai Gesing Lurusss masuk saja ikuti aspal. Kita akan menemukan Pasar, kemudian ketika kita melihat di sebelah kanan dan kiri jalan akan ada peternakan ayam penduduk. Terus luruss saja sampai menemukan kuburan sebelah kanan jalan. Tetap kemudikan kendaraannya lurus pelan-pelan lihat sebelah kiri jalan ada sebuah masjid berwarna hijau dan papan nama kayu sederhana bertuliskan Pantai Kesirat. Ingat ya pelan-pelan karena plang kayu petunjuk arahnya sangat kecil dan minimalis. Masuk saja menuju gang kecil itu…jalannya tidak terlalu baik sih. Tidak masalah tetap semangat menggapai pantainya Masuk perkampungan sekitar 1 km, sisanya adalah jalan yang kanan kirinya untuk peternakan ayam, sapi, dan kebun jagung. Di Jalan tanjakan dan tikungan yang curam, coba lihat sebelah kiri jalan, akan ada gubuk kecil yang difungsikan sebagai penitipan sepeda motor. Berhentilah di situ. Motor di letakkan di situ saja. Terkadang tempat itu ditunggui seorang bapak-bapak yang sekalian mencari rumput di kebun sekitar tempat itu. Satu meter sebelah utara gubuk tersebut ada jalan setapak masuk… masuk saja lurus mengikuti jalan setapak tersebut. Setelah menemukan kandang sapi, terus luruss dan ambil kanan…. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhkan dengan pemandangan serba hijau, lukisan dua tebing yang menjulang tinggi mengapit pantai. Karena rasa penasaran yang terus menggelayut, hikss tidak terasa kita sudah jalan kaki selama 20 menit. Ahahaha keringat sejagung-jagung tidak terasa menetes membasahi kaos putihku hari itu. Jangan lupa “bawa air mineral 2 Liter ya” Di sana benar-benar tidak ada warung yang menjual air setetespun. Yang ada hanya air segoro :D Samar-samar terdengar ombak, dannnn hamparan pasir putih, goa, yang diapit dua tebing tinggi. Oh iya, di Pantai itu juga masih ditemukan Kera-kera liar yang berjalan-jalan di sekitar goa dan pepohonan. Kita sampaiiiii hoammmmss Upss, sebelum sampai view landscape seindah itu, ini dia pemandangan dari jalan setapak menuju pantai
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI