Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cernak: Hanya Jarak yang Memisahkan

28 Juli 2020   18:06 Diperbarui: 28 Juli 2020   18:25 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri (design with canva) 

Nino menimang-nimang selembar kertas kosong di tangannya. Kertas itu baru saja ia keluarkan dari amplop biru pemberian ibunya. Kata ibu, tukang pos datang mengantarnya saat Nino sibuk mengerjakan tugas sekolah.

Nino bingung. Ia tidak menemukan nama pengirim, tetapi di balik amplop ditulis HANYA JARAK YANG MEMISAHKAN KITA. Di samping tulisan ada gambar hati berwarna biru. Sungguh misterius!

Meskipun sudah berpikir keras, Nino belum menemukan ide siapa pengirim surat misterius itu. Sayang ayah tidak ada di rumah, katanya dalam hati. Bagi Nino, ayahnya adalah tempat bertanya tentang banyak hal. Ayah selalu punya jawaban dan ide-ide cemerlang.

Ayah Nino seorang peneliti tanaman. Nino sangat bangga, apalagi ayahnya juga petualang hebat. Ia bercita-cita hendak mengikuti jejak sang ayah. Sekejap Nino tampak merindukan ayahnya yang sudah lama tidak pulang.

Ayah Nino sedang bertugas melakukan penelitian di kawasan hutan  Kalimantan. Biasanya sebulan sekali ia pulang menjenguk Nino dan ibunya. Karena wabah virus corona, ayah Nino tidak bisa sering bolak-balik ke Jakarta. Semua dilakukan demi keselamatan keluarga dan masyarakat.   

Sambil mengingat kehebatan ayahnya, Nino mulai mereka-reka. Si pengirim surat pasti mengajak main teka-teki! Atau, jangan-jangan ia penculik yang menjebak anak-anak seperti berita di televisi? Hiii, takut!

Bulu kuduk Nino merinding. Namun, tiba-tiba hidungnya mencium aroma ikan asin. Perutnya mulai berbunyi 'krucuk-krucuk' pertanda lapar. Nino segera berlari ke dapur untuk melihat apa yang dimasak ibunya.

"Hmm... baunya bikin lapar! Goreng ikan apa, Bu?" tanya Nino sambil berusaha melihat isi wajan di atas kompor.

"Ikan peda atau ikan kembung asin. Nanti kita makan dengan nasi hangat dan sayur lodeh kesukaanmu. Kamu bakal nambah berkali- kali!" jawab ibunya menggoda.

Nino tersipu malu sambil bertanya penasaran, "Kenapa ikan peda warnanya hijau seperti daun?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun