Mohon tunggu...
Dwi PuanMaharani
Dwi PuanMaharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - D3 Kebidanan

Dwi puan maharani D3 kebidanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pahlawan Bangsa

29 November 2021   15:34 Diperbarui: 29 November 2021   15:41 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari memancarkan panasnya jalanan Dicampur dengan  debu yang berterbangan membuat udara kota semakin terasa tercemar ditambah lagi dengan adanya asap asap knalpot.

Meskipun Dila berada di dalam mobil , tapi dia tidak merasakan bagaiman udara kota." Ayah apa yang orang itu lakukan?" tanya Dila kepada Ayahnya sambil menunjuk orang yang mengutip sampah di tong sampah. " Ooo itu pekerjaan sehari-harinya mengutip sampah di tong sampah untuk dijual kembali."Jawab Ayah sambil tersenyum. "Emangnya sampah laku yaa kalau dijual kembali yah? Perasaan Dila ga laku deh, sampah kan barang bekas yang tidak bisa digunakan lagi." Tanya Dila semakin penasaran." 

Kamu sangat benar dila, tapi sampah ada dua bagian sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik untuk komposter, dan sampah anorganik bisa disulap menjadi benda yang bermanfaat."Jelas Ayah panjang lebar."Sekarang kamu ikut Ayah ke suatu tempat."Sambung Ayah. Dila tidak menjawab karena asik bermain mainan baru nya.

Sesampainya di TPA, Ayah mengajak dila turun dari mobil. "Ayah, kenapa kita di tempat yang banyak sampah?" Ayah tidak menjawab pertanyaan Dila.

"Pak habib" panggil seorang pria yang usianya sekitar 30 tahun sambil berjalan menuju Dila dan Ayahnya. "Pak Budi. Apa kabar Pak?" " Kenalkan ini anak saya, namanya Dila." Kata Ayah kepada orang itu yang sepertinya bernama Pak Budi. " Oh, ini yang namanya Dila, cantik ya Pak, ngomong-ngomong pak habib ngapain kesini?"tanya Pak Budi. "Oh, seperti biasanya sebelum lebaran saya akan memberikan parsel seluruh pemulung yang bekerja disini." Kata Ayah.

"Oh, saya mewakili pekerja disini mengucapkan terimakasih ." kata Pak Budi. " Eh, Erfan, Bagus cepat ambil parsel di mobil Pak Habib dan langsung bagikan ke pekerja yang kerja disini." Perintah Pak Budi kepada anak anak buahnya. " Mari Dila, Pak Habib duduk di kursi di sebelah sana." Ajak Pak Budi.

Kami pun berjalan ke arah kursi dan duduk disana. "Pak Budi, apa pemulung itu juga bisa disebut pahlawan? Tanya Dila pada Pak Budi. " tentu saja Dila karena para pemulung mempunyai jiwa kepahlawanan. Mereka bisa mengambil sampah di tong sampah dan melawan panas matahari." Jawab Pak Budi dengan penuh kasih sayang. " Oh, begitu ya. Jadi Dila harus berterima kasih dong kepada para pemulung. Karena mereka membuat kota menjadi bersih." Kata Dila. Pak Budi dan Pak Habib hanya tersenyum.

Keesokan harinya.

Dila menceritakan pengalaman itu kepada teman-temannya. Ketika Bu Guru memasuki kelas Dila bertanya " ibu, apakah Bu Guru bisa disebut pahlawan?" tanya Dila" Anak-anak para guru bisa disebut pahlawan karena sudah mengajari anak bangsa supaya menjadi anak yang lebih baik. Oleh karna itu kalian tidak boleh durhaka terhadap guru guru ,Karena guru adalah salah satu pahlawan bangsa." Jawab Bu Guru. Hari ini dan kemarin adalah hari yang berkesan bagi Dila.

Nama : Dwi puan maharani

Prodi : kebidanan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun