Manusia sering mendengar kata "harta", bahkan menjadi prioritas utama di kehidupan sehari-hari. Banyak sebagian orang bilang tanpa harta manusia tidak akan bisa hidup senang dan sejahtera. Apakah perkataan sebagian orang benar? Apakah harta membuat orang senang? Apakah harta dapat menemani orang di akhirat kelak? Marilah, sama-sama kita simak percakapan berikut, antara Dedy dan Dwi di ruang tamu;
Dedy : "Hallo,...wi!", "gimana kabarnya...?"
Dwi : "Alhamdulillah..baik", "gimana kabarnya juga?"
Dedy : "Alhamdulillah..sehat", masih ingat tidak waktu kita kuliah dulu?"
Dwi : "Masih ingat, dulu kita kemana-mana berdua sampai mo cari pacar juga berdua".
Dedy : "Ha..ha..ha..," bisa aja...kamu!", iya..iya..", terus sekarang kamu kerja dimana, wi?"
Dwi : "Di sekolah instansi pemerintahan," kalau kamu, ded?"
Dedy : "Saya menjalankan usaha laundry, ya..lumayanlah."
Dwi : "Emang kamu, itu..ded," punya jiwa bisnis dan semangat pantang menyerah,sampai pernah bangkrut tapi bangkit lagi, salut saya..!"
Dedy : "Lho,..!" emang harus begitu,..wi!" kita harus semangat terus penuh kenyakinan, karena itu bagian dari harta diri kita sendiri yang paling berharga dan senjata paling ampuh untuk sukses, dari dulu saya tidak ingin kerja di instansi pemerintahan yang terikat oleh waktu, berangkat jam 6 pagi pulang jam 4 sore. Terus Sabtu-Minggu untuk istirahat dan buat keluarga cuma sebentar itupun kalau ada waktu, kalau ada keluarga yang sakit atau meninggal harus izin...ini...itu, itupun kalau diizinkan, dan saya juga punya keturunan keluarga dagang, jadi sudah ada darah dagang dalam diriku, dan anak saya kalau sudah besar saya suruh jadi seorang pengusaha, saya tidak mau anak saya kerja didalam instansi pemerintah."
Dwi : "Mantul,..benar!"