Mohon tunggu...
Dwi RatnaYulianti
Dwi RatnaYulianti Mohon Tunggu... Lainnya - seringkali aku berfikir setiap hari bekerja tiada henti, tapi setiap orang bertanya padaku tidak tahu apa pekerjaanku sebenarnya

kategori manusia biasa yang membutuhkan dana penyangga kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Petualanganku Sebagai Ibu Rumah Tangga dalam Menjaga Lingkungan dari Limbah Domestik

4 Februari 2024   22:38 Diperbarui: 4 Februari 2024   22:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DokPri Limbah pempes gel dan plastik pembungkus

Sudah pasti sulit lingkungan bebas dari sampah domestik karena setiap manusia yang masih hidup setiap hari memproduksi sampah, meskipun berbagai upaya pemerintah daerah provinsi hingga pedesaan untuk mengurangi sampah domestik. Dimulai dari pemberian penghargaan adipura kecamatan terbersih, desa terbersih sampai lingkungan Rt terbarsih nyatanya tidak mengurangi limbah domestik, bahkan semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah limbah domestik. Jika setiap individu tidak merubah cara menghadapi sampah domestik sudah dipastikan sampah akan diwariskan pada generasi berikutnya dan begitu seterusnya. Sebelum melangkah selanjutnya mulailah dari diri sendiri untuk sadar sampah untuk kebaikan individu dan lingkungan sekitar tempat tinggal. 

Sedikit berbagi cerita pengalamnku dirumah dalam menghadapi sampah semoga bermanfaat, ditahun 2012 pernah melihat seseorang membuang sampah disungai dengan alasan kalau ada banjir sampahnya hanyut bersama air. Hal terus berulang hingga tahun 2017. Saat saya memiliki rumah sendiri karena jauh dari sungai bingung buang sampah kemana kata-kata putra saya menyadarkan tetang bahaya sampah jika dibuang sembarangan "kalo sampah semakin menumpuk akan menghilangkan siklus air di langit karena yang didarat tidak bisa menguap ibu mau kalo aku gede gak bisa lihat air hujan". Dari sinilah saya mulai belajar mencari tahu memilah limbah domestik. Dan ternyata dengan hal sederhana memilah sampah bisa mendapatkan uang dengan cara menabung sampah padat seperti botol plastik, kaleng minuman, kaleng bekas, kertas-kertas bekas alat dapur yang tidak terpakai, setiap minggu sekali. Jika ada barang elektronik bekas bisa dikumpulkan setiap satu bulan sekali. Saat dirasakan sudah penuh bertumpuk dijual pada tukang rosok. 

Sampah limbah dapur seperti sisa potongan sayur kangkung, bayam, daun singkong, kol, batang brokoli, jeroan ikan, tulang ikan dicincang direbus untuk campuran pakan ayam. Namun jika hanya sedikit saya masukkan lubang sampah kebunanan dekat rumah yang terpenting tidak bercampur dengan sampah plastik. Sedangkan untuk sampah gombal pakaian bekas didaur ulang kembali menjadi jampel, keset, hingga tempat bertelur ayam. 

Yang menjadi dilema disaat bertambah aggota keluarga baru, mengakali membuang pempes bekas bayi. Pertama saya coba memisahkan kapas atau gel yang berisi kotoran bayi dengan pembungkusnya, khusus pempes yang berisi tinja saya siram dulu tinjanya kedalam toilet baru dicampur dengan pempes bekas lainnnya. Jika sudah terpisahkan semua antara gel dengan plastik pembungkusnya. masukkan kelubang ditutup menggunakan tanah beberapa minggu kemudian diberi tanaman ternyata berdampak baik untuk pertumbuhan tanaman. selain itu gel pempes bisa digunakan untuk pendingin pohon cengkeh yang masih kecil saat musim kemarau panjang. Dengan cara gel dan plastik pembungkusnya dipisahkan gelnya ditaruh diatas akar cengkeh. Selain sebagai pendingin untuk menakuti hewan landak yang tidak suka dengan aroma pesing gel pempes. karena landak saat musim kemarau kekurangan makanan yang diserang kebun sekitar tempat tinggalnya. 

Karena kurangnya pengetahuan saya tentang pengolahan sampah plastik bekas pembungkus hanya dengan cara berusaha mengurangi memakai pembungkus plastik saat pergi kewarung atau pasar dengan membawa tas belanjaan dan tas kecil lainnya. Jika ada plastik bekas, pembungkus gel pepes hanya dengan cara membakar untuk memusnahkannya. 

Hanya sebatas itu sebagai ibu rumah tangga langkah menjaga lingkungan dari limbah domestik. Pernah mendengar pengolahan sampah basah seperti sayur bekas dan plastik bekas dapat dimanfaatkan untuk energi berkelanjutan menjadi bioetanol. Bioetanol adalah senyawa alkohol yang didapat dari proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme, etanol sering dijadikan bahan tambahan bensin dan menjadi biofusel. Mungkin untuk sekala rumahan belum bisa namun diharapkan kedepannya ada bimbingan para ahli untuk membagikan ilmunya. Tidak ada yang tahu kelak dikemudian hari dengan ilmunya tentang sampah mengolahnya menjadi bioetanol menjadikan UMKM menambah penghasilan masyarakat dari sampah dan mengurangi penggangguran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun