Mohon tunggu...
DUTA INOVATIF INDONESIA™
DUTA INOVATIF INDONESIA™ Mohon Tunggu... Media Publikasi, Berita dan Artikel Inspiratif

Media Publikasi Tim Duta Inovatif Indonesia By Youth Idea Community (YIC) Indonesia, menyajikan beragam Artikel serta Berita Inspiratif seputar pendidikan, sosial, pengetahuan umum dan peningkatan literasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fenomena Demostrasi Massa di Indonesia dalam Perspektif Kontemporer

5 September 2025   09:05 Diperbarui: 5 September 2025   09:05 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Demo Mahasiswa dan Mahasiswa berujung ricuh, source: detikNews)

Fenomena demonstrasi massa di Indonesia kembali mencuat pada tahun 2025, dengan bermunculannya berbagai gelombang aksi dari pelbagai lapisan masyarakat. Mulai dari gerakan mahasiswa berlabel 'Indonesia Gelap' (Dark Indonesia) hingga protes lokal seperti di Pati, Central Java, menunjukan bahwa rakyat semakin vokal dalam menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah (reuters.com, en.wikipedia.org). Demonstrasi ini tidak hanya simbol penolakan, tetapi juga mencerminkan kekhawatiran mendalam terhadap arah kebijakan publik.

Gelombang unjuk rasa 'Indonesia Gelap' dimulai pada Februari 2025, dipicu oleh rencana pemotongan anggaran sebesar sekitar US$19 miliar yang diklaim akan digunakan untuk program makanan bergizi gratis. Namun, rakyat terutama mahasiswa khawatir pemotongan itu berdampak pada kesejahteraan guru dan sektor pendidikan (reuters.com). Aksi ini merebak ke sejumlah kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Medan, diwarnai slogan dan ekspresi menolak kebijakan yang dianggap merugikan rakyat.

Banyak yang Berkunjung, tapi Tak Banyak yang Tahu? Yuk Kenali Situs Sejarah Warungboto Yogyakarta. Baca Selebgkapnya...

Tidak hanya di tingkat nasional, aksi juga terjadi di level lokal, seperti demonstrasi besar di Kabupaten Pati pada Agustus 2025. Dipicu oleh rencana kenaikan PBBP2 hingga 250%, aksi menuntut pembatalan kebijakan tersebut serta pencopotan Bupati Sudewo. Lebih dari 85.000 orang turun ke jalan, dan tindakan represif aparat menciptakan situasi yang memanas hingga DPRD Pati membentuk komite investigasi terhadap sang bupati (en.wikipedia.org).

(Demo di Depan Polda Metro Jaya Memanas, source: Kabar24)
(Demo di Depan Polda Metro Jaya Memanas, source: Kabar24)

Gelombang berbeda muncul pada awal September dengan tuntutan '17+8 Demands', yang diramu para influencer publik seperti Andovi da Lopez dan Jerome Polin. Gelombang ini menyuarakan 25 tuntutan, perwujudan dari aspirasi rakyat disusun dalam tiga jam, serta dibacakan di depan gedung MPR/DPR (en.wikipedia.org). Inisiatif semacam ini menunjukkan bagaimana media sosial dan figur publik berpengaruh dalam merumuskan dan memobilisasi tuntutan masyarakat.

Jika ditarik ke belakang, akar demonstrasi di Indonesia tidak baru. Sejarah menunjukkan beberapa episentrum penting, seperti Insiden Malari (Januari 1974), ketika demonstrasi mahasiswa yang awalnya damai berubah menjadi kerusuhan dan kekerasan, hingga mencapai pogrom terhadap warga Tionghoa (en.wikipedia.org). Kemudian, Tragedi Trisakti (Mei 1998) menjadi titik balik politik, di mana penembakan terhadap mahasiswa berujung pada pengunduran diri Presiden Suharto (en.wikipedia.org).

Danau Toba Sebuah Mahakarya Alam Dari Letusan Gunung Toba. Baca Selengkapnya...

Konteks hari ini menunjukkan perbedaan pendekatan. Protes 'Indonesia Gelap' dan tuntutan '17+8 Demands' lahir dari kesadaran digital dan kemudahan komunikasi di media sosial. Sementara demonstrasi lokal seperti di Pati mencerminkan akumulasi kekecewaan pada kebijakan yang langsung menyentuh kehidupan rakyat. Strategi tuntutan juga lebih terstruktur dan multiaspek, dibandingkan dulu yang lebih spontan dan emosional.

(Ratusan Mahasiswa Menggelar Aksi “Indonesia Gelap” Pemerintah Diminta Bertindak, Source: Media Justitia)
(Ratusan Mahasiswa Menggelar Aksi “Indonesia Gelap” Pemerintah Diminta Bertindak, Source: Media Justitia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun