Memahami perempuan bukan sekadar soal mendengarkan ucapannya. Sering kali, yang paling penting justru tersembunyi di balik diam, tatapan mata, atau gerak tubuh yang tidak banyak bicara. Dalam masyarakat yang masih cenderung patriarkal, perempuan kerap dipaksa menjadi pendiam, kuat, dan tidak merepotkan. Maka dari itu, untuk benar-benar memahami perempuan, kita harus belajar mendengarkan yang tak terucap sebuah bentuk komunikasi yang tidak hanya lewat kata, tapi melalui empati, kepekaan, dan ketulusan.
Mengenal keajaiban arsitektur dan sejarah peradan kuno piramida mesir
Empati adalah langkah pertama dalam memahami perempuan secara utuh. Tidak semua pengalaman perempuan dapat dijelaskan dengan logika atau ditangkap oleh nalar. Banyak perempuan memikul beban mental, sosial, bahkan emosional dalam diam. Mereka sering kali tidak langsung mengungkapkan kesedihan atau kekhawatiran. Oleh karena itu, empati membantu kita merasakan apa yang mereka alami, bukan hanya mendengar apa yang mereka ucapkan.
Perempuan memiliki cara ekspresi yang kaya, termasuk melalui bahasa tubuh. Misalnya, senyum yang dipaksakan, kontak mata yang menghindar, atau keheningan dalam momen-momen penting adalah bentuk komunikasi yang perlu dimaknai lebih dalam. Dalam psikologi komunikasi, ini disebut nonverbal cues, yaitu tanda-tanda yang tidak diucapkan tetapi sarat makna. Memahami sinyal ini menuntut kita untuk lebih peka terhadap sekitar.
Perempuan hidup dalam berbagai konstruksi sosial yang membentuk cara berpikir dan bersikap mereka. Sejak kecil, banyak perempuan diajarkan untuk menahan diri, berperilaku lembut, dan tidak membantah. Hal ini membentuk budaya diam yang membuat perempuan enggan menyuarakan isi hatinya secara terbuka. Jika kita tidak menyadari konstruksi ini, kita akan gagal memahami mengapa seorang perempuan memilih diam ketimbang mengungkapkan pendapatnya.
Untuk dapat benar-benar dimengerti, perempuan membutuhkan ruang aman, ruang di mana mereka bisa jujur tanpa takut dihakimi atau disalahkan. Di dalam ruang ini, perempuan merasa bebas untuk bercerita, berekspresi, dan mengutarakan pikirannya. Tanpa rasa aman, perempuan cenderung menutup diri. Maka penting bagi pasangan, keluarga, atau teman untuk menciptakan ruang ini sebagai bentuk dukungan nyata.
Salah satu kesalahan terbesar dalam berkomunikasi adalah terburu-buru menanggapi atau bahkan menghakimi. Perempuan tidak selalu butuh solusi cepat, kadang mereka hanya ingin didengar sepenuhnya. Ketika seseorang hanya ingin dipahami, kalimat seperti "kamu terlalu sensitif" atau "itu hal sepele" bisa menyakitkan dan menutup ruang komunikasi. Mendengarkan secara aktif dan sabar adalah bentuk penghargaan terhadap perasaan mereka.
Diri sendiri adalah kunci tipa and trik tegar prasetyo tentang personal branding
Tidak ada satu definisi tunggal tentang perempuan. Perempuan datang dari latar belakang yang beragam budaya, agama, kelas sosial, pendidikan, dan pengalaman hidup yang berbeda. Maka, cara memahami mereka pun tidak bisa disamakan. Perempuan urban dan perempuan pedesaan, misalnya, menghadapi tantangan yang sangat berbeda. Generalisasi hanya akan membuat kita semakin jauh dari pemahaman yang sebenarnya.
Memahami perempuan secara utuh bukan tentang menjadi tahu segalanya, tetapi tentang membuka hati dan pikiran untuk mendengarkan, merasakan, dan menerima. Dibutuhkan kesediaan untuk menghapus prasangka, menghargai perbedaan, dan mau terus belajar. Perempuan adalah manusia yang penuh warna, kekuatan, dan kedalaman. Ketika kita mampu mendengarkan yang tak terucap, kita tidak hanya memahami perempuan dengan lebih baik, tetapi juga menjadi manusia yang lebih utuh.
Reporter dan Penyunting : Muhammad Kamaruzzaen
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI