Di sudut Jawa Barat yang tenang, tepatnya Ciamis, tumbuh seorang pemuda bernama Isal Nur Hidayatulloh. Sejak kecil, Isal lebih dekat dengan bisikan pepohonan, jernihnya sungai, serta damainya kehidupan desa ketimbang kebisingan kota. Dari suasana itu, lahir rasa peka yang membuat hatinya terusik saat melihat sungai yang kotor, bukit yang gersang, juga ketimpangan sosial yang nyata di sekitar.
Isal tak hanya diam saat menyaksikan masalah lingkungan. Dia memilih turun tangan langsung. Memungut sampah di sungai, menanam pohon di lahan kritis, hingga rela berkemah untuk memastikan pohon yang ditanamnya tumbuh subur. Baginya, hutan dan sungai adalah sekolah kehidupan yang mengajarkan banyak hal yang tak pernah ia temukan di bangku kuliah.
Sego Tiwul : Mengungkap Pesona Nasi Unik Dari Tanah Jawa. Baca Selengkapnya...
Karena begitu cintanya pada alam, pada 2022 Isal memutuskan berhenti sejenak dari kuliah. Keputusan ini sempat membuat orang-orang di sekitarnya heran, bahkan keluarganya ikut cemas. Apalagi saat banyak pemuda seusianya sudah bisa membantu orang tua dari segi materi, sementara Isal pulang hanya dengan badan lelah dan baju kotor penuh lumpur. Namun keyakinannya bulat. Ia ingin membuktikan, pilihan jalan hidupnya kelak akan membuat orang tua bangga dengan caranya sendiri.
Tak jarang pula Isal harus menelan pahitnya cibiran. Ada yang menyebutnya gila, ada pula yang mengira ia hanya seorang pengepul rongsokan. Semua itu terjadi hanya karena Isal rajin mengumpulkan sampah di sungai-sungai seperti Cimutur, Situ Lengkong Panjalu, dan Situ Cibubuhan. Namun waktu membuktikan semuanya. Pada Agustus 2023, orang-orang yang dulu menertawakannya kini malah ikut memungut sampah bersama. Dari olok-olok berubah jadi dukungan.
Kerja keras dan konsistensinya perlahan berbuah pengakuan. Isal dianugerahi Juara 1 Pemuda Pelopor Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam, Lingkungan dan Pariwisata di Ciamis tahun 2023. Ia juga dinobatkan sebagai Duta Lingkungan Kabupaten Ciamis dan Relawan Terbaik 1 Jabar Bergerak Award 2023. Bahkan pada 2024, namanya melambung secara nasional saat menerima penghargaan Teladan Wana Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Namun Isal tak silau dengan itu. “Prestasi bagi saya itu hanya bonus, yang terpenting adalah perubahan nyata yang kita hasilkan untuk lingkungan dan masyarakat”, katanya menegaskan. Baginya, kebahagiaan terbesar adalah ketika melihat sungai kembali jernih, bukit hijau lagi, masyarakat mulai sadar menjaga alam, dan pemerintah berani membuat kebijakan yang berpihak pada lingkungan.
Gunung Rinjani : Surga Pendakian di Atap Lombok. Baca Selengkapnya...
Tak hanya bergerak diam-diam, Isal juga rajin membagikan aksinya di media sosial. Bukan untuk pamer, melainkan supaya bisa jadi pengingat bagi dirinya sendiri sekaligus pemantik semangat bagi orang lain. Ia berharap, sekecil apa pun cerita yang ia bagikan, mungkin saja bisa memotivasi banyak orang untuk turut menjaga bumi.