Dikutip dari Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Bendungan Jatiluhur berjarak kurang lebih seratus kilometer arah Tenggara Jakarta, yang dapat dicapai melalui jalan tol Jakarta Cikampek dan jalan tol Cipularang (ruas Cikampek - Jatiluhur), dan dari Kota Purwakarta sekitar tujuh kilometer arah barat. Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan terbesar di Indonesia, membendung aliran Sungai Citarum di Kecamatan Jatiluhur - Kabupaten Purwakarta - Provinsi Jawa Barat, membentuk waduk dengan genangan seluas kurang lebih delapan puluh tiga kilometer persegi dan keliling waduk seratus lima puluh kilometer pada elevasi muka air normal lebih dari seratus tujuh meter di atas permukaan laut. Sedangkan luas daerah tangkapan yang langsung ke waduk setelah dibangun Bendungan Saguling dan Cirata di hulunya menjadi tinggal tigaratus delapan puluh kilometer persegi, yang merupakan delapan persen dari keseluruhan daerah tangkapan. Daerah tangkapan (upper Citarum) meliputi wilayah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta. Namun, di balik manfaatnya yang luar biasa, tersimpan potensi bencana besar jika bendungan ini jebol.
Jika Bendungan Jatiluhur jebol, tiga kabupaten dan kota di sekitarnya seperti Purwakarta, Karawang, dan Subang akan tenggelam dalam hitungan jam. Volume air yang mencapai tiga miliar meter kubik akan mengalir deras, menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya. Jutaan penduduk yang tinggal di wilayah tersebut akan terdampak, dengan korban jiwa dan kerugian material yang tidak terhitung.
Purwakarta sebagai lokasi terdekat dari Bendungan Jatiluhur, akan menjadi wilayah pertama yang terkena dampak. Aliran air yang deras akan menghancurkan pemukiman, infrastruktur, dan lahan pertanian dalam waktu singkat. Kota ini, yang menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan, akan lumpuh total jika bencana terjadi.
Karawang yang dikenal sebagai lumbung padi nasional juga akan mengalami kerusakan parah. Ribuan hektar sawah dan perkebunan akan terendam, mengancam ketahanan pangan di Jawa Barat bahkan nasional. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh petani setempat, tetapi juga oleh masyarakat luas yang bergantung pada pasokan beras dari Karawang. Subang dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi, akan menghadapi risiko korban jiwa yang besar. Evakuasi massal akan sulit dilakukan karena waktu yang sangat terbatas. Selain itu, infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan publik akan hancur, memperparah situasi darurat.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan Bendungan Jatiluhur jebol. Gempa bumi, yang sering terjadi di Indonesia, dapat merusak struktur bendungan. Curah hujan ekstrem juga dapat menyebabkan volume air melebihi kapasitas bendungan. Selain itu, kesalahan desain atau kurangnya pemeliharaan dapat meningkatkan risiko jebol.
Pemerintah dan pihak pengelola Bendungan Jatiluhur telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah bencana ini. Pemantauan rutin dilakukan 24 jam untuk memastikan kondisi bendungan tetap aman. Sistem peringatan dini juga dipasang untuk memberikan peringatan jika ada potensi bahaya. Edukasi kepada masyarakat tentang langkah-langkah evakuasi juga terus dilakukan.
Bendungan Jatiluhur adalah bukti kemajuan teknologi Indonesia, namun juga menyimpan potensi bencana yang tidak boleh diabaikan. Dengan pemeliharaan yang baik, sistem peringatan dini yang efektif, serta kesadaran masyarakat, kita dapat meminimalisir risiko dan memastikan bendungan ini tetap menjadi sumber manfaat bagi masyarakat.