Mohon tunggu...
DUTA INOVATIF (DUTIV)™
DUTA INOVATIF (DUTIV)™ Mohon Tunggu... Media Publikasi, Berita dan Artikel Inovatif

Media Publikasi Tim Duta Inovatif (DUTIV) By Youth Idea Community (YIC), menyajikan beragam Artikel dan Berita Inovatif mengenai Pendidikan dan Sosial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sibuk? No Excuse! Tips Memaksimalkan Amanah dengan Karya dan Ibadah

5 Februari 2025   06:26 Diperbarui: 5 Februari 2025   08:35 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lina Fatinah Mahasiswi Lulusan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung (sumber: doc.1 arsip pribadi)

Setiap perjalanan memiliki titik awal yang menjadi fondasi bagi langkah-langkah selanjutnya. Lina Fatinah seorang wanita asal Cianjur yang telah menorehkan jejaknya di berbagai bidang dengan semangat dan dedikasi yang tiada henti. Sebagai anak keenam dari sembilan bersaudara, Ia telah menempuh pendidikan tinggi hingga meraih gelar S2 di bidang Hukum Ekonomi Syariah dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung.

Lina mengabdikan diri sebagai dosen dengan mengajarkan ilmu manajemen keuangan syariah kepada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Dalam waktu singkat, Ia juga berkontribusi di beberapa institusi pendidikan lainnya, seperti STAI Al-ittihas dan STISNU Cianjur.

Di luar dunia akademis, Lina aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ia sering mengisi seminar, kajian kemuslimahan dan talkshow serta melakukan pelatihan sebagai instruktur tersertifikasi  Kemkominfo RI dalam bidang Content Creator. Keterlibatannya dalam pelatihan ini bertujuan untuk memberdayakan pemuda-pemudi Indonesia dalam menciptakan konten video yang berkualitas.

Lina juga seorang penulis produktif, hingga kini Ia telah menerbitkan lima buku, termasuk "Karena Setiap Langkah Adalah Juang" yang ditulis saat Ia berada di kursi roda pasca kecelakaan pada 3 Juli 2019 lalu.

Dinar Annasta Naja Mayra : "Mengubah Dunia Melalui Pendidikan", Baca selengkapnya

Buku terbaru yang dibuatnya yaitu "Muslimah Percaya Diri, Berani Bercita-Cita Berkarya dan Berdaya" Ditujukan untuk meningkatkan kepercayaan diri para wanita Muslimah di Indonesia yang sering kali mengalami keraguan terhadap kemampuan diri mereka.

Lina Fatinah seorang staff Tenaga Ahli di Kementerian Agama Republik Indonesia (Sumber: doc.2 arsip pribadi)
Lina Fatinah seorang staff Tenaga Ahli di Kementerian Agama Republik Indonesia (Sumber: doc.2 arsip pribadi)

Sebagai sosok inspiratif Lina mengawali perjalanan pendidikannya dengan pengalaman yang penuh liku. Di masa sekolah, Ia terhitung kurang aktif bahkan pernah dimuat dalam sebuah media yang menggambarkan perubahannya dari seorang yang tidak aktif menjadi lebih berdaya. Selama Sekolah Menengah Pertama, Lina menjalani rutinitas sekolah dengan pulang tanpa terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler. Namun, menjelang kelas dua Sekolah Menengah Atas, Ia mulai merenungkan kehidupannya dan merasa ada yang kurang.

Dalam momen refleksi tersebut, Lina merasakan dorongan untuk berubah karena bertemu dengan seorang teman yang sangat aktif dalam organisasi. Teman tersebut tidak hanya menginspirasi Lina dengan prestasinya dalam berbagai lomba tingkat nasional, tetapi juga mengajaknya untuk terlibat dalam organisasi.

Bergabung dengan organisasi tersebut membuka banyak peluang bagi Lina. Ia mulai aktif berpartisipasi dalam komunitas sastra di Cianjur hingga bertemu dengan penulis dan sastrawan yang membangkitkan semangatnya untuk menulis.

Sejak itu, Lina mulai menyalurkan bakatnya melalui lomba-lomba puisi, baik dalam bahasa Indonesia maupun Sajak Sunda. Aktivitas ini membawanya ke tingkat Jawa Barat, di mana Ia merasakan kebanggaan dan kepercayaan diri yang sebelumnya tidak pernah Ia miliki.

Lina merasa terdorong untuk menyampaikan ide-ide dan perasaannya ke dalam tulisan. semangat menulis yang telah dilatih sejak bergabung dengan komunitas sastra di Cianjur tidak pudar. Ia pun berpartisipasi dalam lomba menulis dan tulisannya terpilih menjadi salah satu dari 150 karya terbaik di Indonesia yang diterbitkan dalam sebuah buku dan disebarkan ke seluruh Gramedia di tanah air. Karya ini menjadi tonggak awal bagi Lina sebagai penulis, sekaligus menandai keberhasilan pertamanya di dunia literasi.

Jiwa Pejuang Pendidikan : Ketika Kesulitan Menjadi Tangga Menuju Kesuksesan, Baca selengkapnya

Semasa kuliah Lina terlibat dalam Himpunan Mahasiswa sebagai Sekbid Pengembangan Intelektual, juga kegiatan-kegiatan kampus, seperti sebagai MC dalam acara Fakultas yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tak hanya di dalam kampus, Lina juga aktif di luar kampus dengan berbagai kegiatan sosial di kampus ITB dan UNPAD, juga mengikuti berbagai perlombaan hingga tingkat Nasional. Dengan meraih penghargaan Mahasiswa Teladan UIN, Duta Perdamaian Santri, Mojang Intelegensia Cianjur, mengikuti organisasi GenBi dan masih banyak lagi.  Setelah lulus S1 Keputusan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 pun muncul sebagai langkah selanjutnya dalam pencarian ilmunya. Lina melanjutkan perjalanan akademisnya sambil bekerja.

Lina Fatinah seorang penulis inspiratif (Sumber : doc.3 arsip pribadi)
Lina Fatinah seorang penulis inspiratif (Sumber : doc.3 arsip pribadi)

Pada tahun 2019, Lina Fatinah mengalami sebuah kecelakaan tragis yang mengubah hidupnya. Ketika memasuki semester 3 program pascasarjana, tepatnya pada tanggal 3 Juli. Lina tertabrak truk tronton yang mengakibatkan patah pada dua tulang di tangan kanan dan satu di paha kanan serta 40 jahitan di pelipis kepala sebelah kiri. Kecelakaan ini membuatnya merasakan ketidakberdayaan yang mendalam, seolah ia kembali menjadi bayi yang tidak dapat melakukan apa-apa.

Dalam keadaan tersebut, Lina merenungkan amalannya dan berharap agar jika itu adalah hari terakhirnya, Ia bisa meninggal dalam keadaan husnul khotimah.

Setelah delapan hari dirawat, Lina dibawa pulang ke Cianjur dalam kondisi tidak bisa bergerak sama sekali. Ia merasa kehilangan banyak hal kegiatan yang biasa dilakukannya, fungsi tubuhnya, dan momen-momen aktif yang sebelumnya menjadi bagian dari hidupnya.

Lina tidak hanya berjuang untuk pulih secara fisik tetapi juga berusaha menemukan makna dalam pengalaman pahit yang dialaminya. Dalam keadaan tersebut, ia menemukan kekuatan dalam Al-Qur'an, khususnya pada Surah As-Sajadah ayat 12 yang menggugah hatinya untuk berbuat kebaikan meskipun dalam keterbatasan.

Namun, sebagai seorang Muslim, Lina mencoba untuk mengingat bahwa setiap ujian memiliki hikmah tersendiri. "Saya teringat pada ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa mungkin kita membenci sesuatu padahal itu baik bagi kita", ujarnya. Dengan pemahaman tersebut, Lina bertekad untuk bangkit meskipun dalam keterbatasan fisik yang dialaminya.

Kecelakaan ini bukan hanya sebuah ujian berat dalam hidupnya, tetapi juga menjadi titik balik bagi Lina untuk kembali fokus pada pendidikan dan pengembangan diri. Meskipun harus berjuang dengan rasa sakit dan ketidakmampuan untuk bergerak, Lina tetap bertekad untuk menulis. Ia meminta ibunya untuk membawakan kertas dan memaksakan jari-jarinya untuk menulis, meskipun setiap gerakan terasa menyakitkan.

Dengan ketekunan yang luar biasa, Ia mulai mencatat ide-ide dan pemikirannya baik di atas kertas maupun melalui rekaman suara di ponselnya. Proses ini berlangsung selama Ia menjalani rawat jalan untuk perawatan bedah ortopedi dan saraf. Dengan keyakinannya bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuknya, Lina terus melangkah maju meskipun dengan segala keterbatasan yang ada.

Dengan izin Allah, tulisan-tulisan Lina terkumpul dan akhirnya diterbitkan menjadi buku berjudul "Karena setiap Langkah adalah Juang". Buku ini tidak hanya menjadi karya pertamanya yang diterbitkan tetapi juga simbol dari ketahanan dan semangat juangnya. Meskipun dalam kondisi terbatas, Lina tetap aktif mengisi berbagai acara seminar, termasuk seminar internasional yang dihadiri oleh ribuan peserta dari tiga negara.

Kondisi pandemi memberikan kesempatan bagi Lina untuk melanjutkan studi pascasarjana. Meskipun telah menggunakan kruk, Ia berhasil menyelesaikan tesisnya dan meraih gelar wisuda. Namun, perjalanan hidupnya kembali diuji ketika gempa Cianjur menghancurkan rumahnya. Dalam situasi sulit ini, Lina tetap bersyukur dan percaya bahwa segala sesuatu adalah kehendak Allah.

Setelah wisuda, Lina mendapatkan kesempatan untuk melakukan umrah sebagai pembimbing umrah bersama keluarganya. Pengalaman spiritual ini menjadi hadiah dari Allah di tengah kesedihan dan tantangan yang Ia hadapi.

Dalam dua tahun terakhir, Lina menjalani perjalanan spiritual dengan sering pergi ke Mekkah dan Madinah sebagai pembimbing umroh dan pencipta konten untuk jemaah. Perjalanan ini bukan hanya memperkuat iman tetapi juga memperluas wawasan dan jaringan sosialnya.

Fayanna Ailisha Davianny : Sosok Inspirator di Balik Suara Muda Menginspirasi Generasi Melalui Literasi dan Kepemimpinan, Baca selengkapnya

Baru-baru ini, Lina mendapatkan amanah baru sebagai staff tenaga ahli di Kementerian Agama Republik Indonesia. Dengan tetap fokus pada pengembangan program-program yang mendukung masyarakat dalam bidang agama dan pendidikan kini Ia harus berhenti sejenak sebagai dosen, Lina tetap melanjutkan kegiatan menulis dan berkontribusi dalam acara-acara yang sesuai dengan passion-nya.

Dalam perjalanan hidupnya, Lina Fatinah meyakini "Bahwa kita adalah umat Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alayhi Wasallam yang sebaik-baiknya, salah satu cara untuk menjadi hamba yang baik adalah dengan memaksimalkan waktu yang ada hanya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dengan mengeksplorasikan setiap amanah baik itu ilmu,passion dan berbagai kemampuan, dengan sebaiknya sebaiknya hingga berdampak pada kebermanfaatan dan kebaikan ", pesanya. Hal ini menjadi motivasi utama bagi Lina dalam menjalani hidupnya, terutama setelah mengalami kecelakaan yang mengubah banyak hal.

Dengan semangat ini, Lina Fatinah berharap agar setiap orang dapat menyadari dan menghargai apa yang telah Allah amanahkan kepada kita. Lina mengajak setiap individu untuk berani mengambil langkah-langkah nyata dalam mengembangkan diri, baik melalui pendidikan, pengembangan keterampilan, maupun kontribusi sosial. Dengan cara ini, kita dapat berperan aktif dalam menciptakan perubahan positif di lingkungan kita.

Reporter : Husnik Maro'aina

Penyunting : Nafifah Duwi Aprilia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun