Hai Cuaners! Siapa bilang trading itu mudah? Jujur, saya pernah di posisi itu. Melihat iklan-iklan yang menjanjikan keuntungan instan, saya terjun ke dunia trading dengan semangat 45. Hasilnya? Tentu saja, berkali-kali gagal.
Saya kehilangan modal, merasa frustrasi, dan sempat berpikir untuk menyerah. Rasanya seperti menabrak tembok berulang kali. Saya mencoba berbagai strategi, ikut grup-grup sinyal, bahkan membeli "robot trading" yang katanya canggih. Tapi, semua nihil. Ujung-ujungnya, saldo saya tetap saja terkuras.
Di tengah keputusasaan itu, saya mulai merenung. Saya sadar, masalahnya bukan pada strategi atau alat trading, melainkan pada diri saya sendiri. Saya trading dengan mindset yang salah.
5 Mindset Trading yang Mengubah Segalanya
Setelah berbulan-bulan introspeksi dan belajar dari nol, saya menemukan lima mindset yang benar-benar mengubah cara saya memandang trading.
1. Trading adalah Maraton
Saya dulu berpikir trading itu seperti balapan lari cepat. Setiap hari harus ada profit, harus cepat kaya. Mindset ini membuat saya serakah dan tidak sabar. Saya sering masuk pasar tanpa analisis matang hanya karena takut ketinggalan "momentum".
Saya akhirnya sadar, trading yang sukses itu seperti maraton. Butuh konsistensi, strategi, dan kesabaran. Tujuannya bukan untuk menang besar dalam sehari, tetapi untuk bertahan dan tumbuh secara bertahap dalam jangka panjang. Sejak itu, saya berhenti mengejar keuntungan besar dan fokus pada proses.
2. Risiko Adalah Teman
Dulu, saya selalu menghindari risiko. Saya tidak pernah mau mengambil stop loss dan berharap harga akan berbalik. Akibatnya, kerugian kecil sering kali berubah menjadi kerugian besar yang tak terkendali.
Saya belajar bahwa risiko adalah bagian tak terpisahkan dari trading. Alih-alih menghindarinya, saya mulai mengelolanya. Saya menetapkan batas risiko yang ketat untuk setiap trade dan disiplin menggunakannya. Saya juga mulai menerima bahwa kalah itu hal yang wajar. Menerima kerugian kecil dengan ikhlas adalah kunci untuk melindungi modal Anda.
3. Kesabaran adalah Kunci Emas
Di awal, saya sangat tidak sabar. Saya selalu ingin entry di setiap pergerakan pasar karena takut ketinggalan, kalo kata orang banyak  "FOMO". Hal ini sering kali menjebak saya pada trade yang kurang optimal. Saya akhirnya sadar bahwa peluang terbaik tidak datang setiap saat.Â