Mohon tunggu...
dunia senyap
dunia senyap Mohon Tunggu... -

homo sapiens

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah Adam dalam Lagu Adam Song Blink 182

15 Maret 2015   23:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:36 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14264377571714584365

Bagi penggemar band Blink 182, lagu Adam Song pasti tidak asing lagi di telinga. Lagu yang begitu muram dan cenderung depresif ini memang terinspirasi dari cerita kehidupan sedih Adam yang berakhir mengenaskan. Adam dikisahkan sebagi seorang remaja yang gagal dalam pergaulan sosial di sekolahnya. Dia sama sekali tidak memiliki kehidupan bahagia, baik di sekolah maupun di rumah. Berikut ini kisah Adam yang saya sadur dari versi Bahasa Inggrisnya (tentu dengan penyesuaian). Meskipun telah diketahui bahwa kisah Adam merupakan kisah fiktif, namun kisah serupa mengenai siswa bunuh diri akibat bullying dan tidak punya teman bukan sesuatu yang tidak pernah terjadi. Kita tentu ingat bagaimana kisah si cantik Amanda Michelle Todd yang meninggalkan pesan di youtube sebelum bunuh diri.

“Untuk pria dan wanita yang memilih untuk memiliki anak, yang hasilnya adalah aku ketika hal itu sesuai dengan rencana lima tahun kalian;

Untuk para guru yang tidak benar-benar peduli, yang kata-katanya telah kehilangan makna bagiku;

Untuk teman-temanku yang kuper, nerd, dst, yang akan mendapatkan lebih banyak bully setelah aku meninggal karena para penyiksa itu jelas akan kehilangan satu orang untuk dipermalukan;

Untuk teman-temanku yang telah membuat hidupku seperti neraka, ketika mereka seharusnya fokus pada pendidikan mereka saja...;

Untuk mereka yang tidak pernah peduli, tidak pernah angkat bicara atas keadaanku, dan bahkan mungkin tidak tahu bahwa aku “ada”;

Untuk seseorang yang benar-benar sahabatku. Dia yang peduli dan merupakan satu-satunya orang yang mencegah hal ini terjadi lebih cepat;

Untuk tuhan bila ia memang ada, yang memilih untuk bertindak jahat padaku, karena dia telah menempatkanku di antara wajah-wajah berpaling yang tidak peduli;

Untuk semuanya... selamat tinggal....

Aku meninggalkan dunia yang benar-benar tidak cocok denganku. Jangan mengucurkan air mata atau berdukacita atas kepergianku. Aku mengatakan ini bukan karena aku berharap untuk dirindukan, tetapi agar mereka yang benar-benar tidak peduli denganku bisa terus melanjutkan hidupnya tanpa merasa bersalah dan tanpa air mata sedikit pun. Aku tahu kalian mungkin memang tidak akan menangis untukku. Jadi jangan lakukan itu. Aku hanya meminta satu hal. Aku ingin kalian mendengarkan kata-kata terakhir dari seorang remaja yang telah membuat keputusan atas takdirnya sendiri.

Mungkin orangtuaku akan merasakan sedikit rasa di dalam diri mereka sehingga mereka berlinang air mata. Mereka mungkin berpura-pura bahwa kepergianku adalah duka, meskipun aku mengharapkan hal lainnya. Mungkin penderitaan yang sesunggunya adalah ketika kita melahirkan seorang anak di dunia tanpa benar-benar menginginkannya. Aku jelas bukan merupakan produk cinta, aku lahir hanya untuk meneruskan eksistensi manusia saja. Aku hanya bermakna sesuatu yang baru, sebuah tugas dan sebuah proyek baru dalam daftar yang bisa membawa makna pada diri mereka sendiri.

Tidak seorang anak pun yang seharusnya dilahirkan ke dunia dengan tujuan hanya untuk sebuah status kepemilikan. Aku bukan merupakan aset yang bisa dikatalogkan dan dimasukkan dalam daftar formulir pajak selain rumah dan mobilmu, atau bahkan dalam perebutan saat perceraianmu terjadi. Aku adalah manusia. Maaf bila sulit bagimu untuk mencerna ini. Dan bila kalian masih belum paham, aku akan mengucapkan penyesalan yang lebih dalam lagi.

Bagaimana dengan para guru? Apakah mereka akan menyesal salah seorang siswanya menjadi bagian dari statistik saja? Sebab, jelas TU dan Kepala Sekolah akan berduka, karena kematianku tidak akan memberikan dampak bagus pada sekolah mereka. Well, aku minta maaf telah membuat statistik sekolahmu semakin memburuk. Tetapi aku tidak mengharapkan permintaan maaf dari mereka yang memiliki simpati palsu seperti Mrs. Dunfee atau mereka yang memiliki janji yang tidak ditepati seperti Mr. Richman.

Sedangkan untuk teman-temanku yang telah memberikan dampak besar pada hidupku, aku tahu aku memang tidak seharusnya mengharapkan duka cita dari mereka yang membullyku

Tetapi untuk mereka yang meremehkanku, rasanya aku akan lalai bila tidak menyebut para gadis di dalam hidupku. Dan kukira ini tidak akan akurat bila aku mengelompokkan mereka dalam satu kategori, karena sebenarnya mereka bisa dikategorikan menjadi dua kelompok yang berbeda: mereka yang menolak terlibat dengan hidupku dan mereka yang seharusnya tidak ada dalam hidupku. Untuk kategori yang pertama, Melinda Tunney, Jessica Silvers, dan yang tersayang Kimmy Vanover, yang tertawa di wajahku setelah aku memintanya untuk menjadi pasangan dansaku di pesta reuni yang diadakan sekolah, menghinaku di hadapan teman-teman sekelas yang aku tidak tahu persis berapa jumlahnya. Untuk kategori yang terakhir yang sebenarnya sudah sering kusebut-sebut di surat ini, aku setidaknya ingin menyebutkan nama Rebecca Cull dan Vanessa Dietrich, atas dedikasi besar mereka untuk menghancurkan kepercayaandiriku. Kenapa kalian tidak bisa menerima orang lain yang berbeda dan malah memaksa mereka untuk mengikuti kemauan kalian?

Tentu, ada pulakeramahan yang pernah kudapatkan. Nicole Edwards sering menyapaku dan bertanya mengenai kabarku. Bukannya aku tidak nyaman untuk menjawabnya; hanya saja aku tidak pernah mempercayainya. Apa maksudnya menanyakan hal tersebut? Tidakkah dia gila melakukan itu pada seorang anak pemalu, pendiam, dan yang duduk di belakangnya pada kelas sejarah? Atau ini hanya untuk membuat ilusi bahwa dia peduli, hanya untuk memastikan bahwa aku memilihnya untuk menjadi ketua kelas.

Aku bertaruh hanya ada satu orang di dunia ini yang sedih atas kepergianku. Marty, teman terbaikku, kau menasehatiku untuk tidak melakukan ini tiga kali sebelumnya. Kau bahkan memanggil 911 setelah aku menelan seluruh pil dalam sebuah botol. Karena itulah, kali ini aku tidak mengatakan apa-apa padamu dan kulakukan ini benar-benar dalam kerahasiaan, sendirian. Kuharap kau ada dalam petualangan hebatku ini, saat aku memasuki batas terakhir dalam hidupku. Kemanapun aku pergi, wajahmu adalah wajah yang akan selalu kuingat. Jiwa yang kurindukan. Kau juga merupakan satu-satunya orang yang aku harus meminta maaf. Aku menyayangimu sebagai temanku dan akan selalu begitu.

Ada kelompok lain yang belum kusebutkan: mereka yang tidak menyukaiku dan meninggalkanku sendiri. Atau mungkin harus kusebut sebagai mereka yang tidak peduli padaku. Aku mengapresiasi kalian karena kalian tidak menggangguku lebih jauh, tetapi ketidakpedulian kalian, dan tak adanya sapa menyapa untukku benar-benar melukaiku. Ketidakpedulian kalian benar-benar telah secara efektif membuatku jauh dari yang namanya kehidupan seorang pelajar sekolah, sebagai seorang manusia. Kalian meninggalkanku, mengisolasiku, membuatku sendiri, dan tak ada sepatah kata pun yang bisa kusampaikan pada penderitaan yang kualami karena kalian. Aku bisa saja menyebutkan nama-nama kalian, tetapi dengan melakukan itu, kukira aku akan terlalu baik bagi kalian daripada kalian padaku.

Aku tidak tahu apa yang menungguku setelah tembakan ini terjadi. Akankah hanya kekosongan? Ataukah aku akan bertatap muka dengan tuhan? Aku tidak peduli lagi. Sebab bila kau (tuhan) sama saja dengan manusia-manusia yang kauciptakan, maka aku tidak ingin mengenalmu. Kau mengajarkan pada kami untuk saling mencintai, namun nyatanya aku tidak pernah sekali pun merasakan cinta dari umat Kristen (Adam beragama Kristen). Bahkan ketika aku tahu kau berbeda, well, aku tetap akan menolakmu. Sebab, kau telah membiarkan pengikutmu memperlakukanku dengan buruk. Kau telah membiarkan makhluk-makhluk yang kau “cintai” itu, termasuk aku untuk menderita. Jadi, kau mengharapkanku untuk mempercayaimu? Aku sama sekali tidak ingin menghabiskan waktu setelah kematianku dengan entitas yang tidak peduli sepertimu.

Dan seiring dengan momen-momen terakhirku, aku jadi penasaran apa dampak yang akan diciptakan dari kata-kata yang kurangkai ini. Semuanya tergantung pertama-tama pada apakah situs ini akan ditemukan, sebagaimana keraguanku pada apakah pihak administrasi sekolah menginginkan publisitas beracun mengenai ketidakpedulian mereka. Namun tetap saja, internet adalah tempat luar biasa dimana seseorang yang tidak penting sekalipun bisa didengar. Akankah ada yang mendengar? Akankah ada yang akan melakukan aksi nyata? Apakah para siswa akan berhenti sejenak dan memberikan perhatian mereka pada orang-orang yang terluka di sekitar mereka? Dan bahkan bila iya, akankah hal ini hanya sementara dan dilakukan cuma untuk meyakinkan mereka bahwa mereka bukan orang yang jahat? Atau akankah perubahan yang nyata akan benar-benar terjadi?

Simpatiku kulayangkan untuk teman-temanku di luar sana yang “berbeda”. Dengan kepergianku, beberapa dari kalian jelas akan lebih terluka daripada aku. Tidak akan ada yang memahamimu. Tidak akan ada yang peduli bagaimana harimu kau lewati. Tidak akan ada yang ingin mengenalmu kecuali sebagai seorang nerd, geek, dan pecundang. Kau juga tidak bisa melakukan apa-apa pada status sosial yang mereka miliki, namun kadang lebih baik jangan membiarkan mereka mendapatkan ego mereka dengan menempatkanmu pada “tempatmu”. Beberapa dari kalian, seperti Andy Riker, akan menemukan jalan keluar dengan menulis. Beberapa lagi, seperti James Moon, telah menemukan jalan keluar dengan hobinya pada bidang seni. Dan beberapa yang lain seperti Sean Gilbert, akan hidup dengan mengejar para unicorn yang tidak akan pernah bisa ia kejar. Aku sendiri tidak memiliki bakat khusus seperti mereka untuk melarikan diri atau memiliki sebuah mimpi mengenai unicorn yang harus dikejar, dan karena itulah aku memutuskan sebuah takdir yang paling mengerikan. Beberapa dari kalian mungkin akan segera bergabung denganku dan aku akan menyambut kalian di tempat dimana kalian tidak akan lagi menderita karena kesendirian dan penolakan yang kaualami saat ini.

Pesta kembang api selamanya. Aku akan pergi ke tempat lain. Dimana aku sendiri tidak tahu. Tetapi logika menuntunku bahwa tempat tersebut pastilah lebih baik. Mungkin kepergianku hanya membuktikan sebuah catatan kaki pada buku tahunan. Namun, bisa saja kepergianku menjadi semacam pengorbanan yang bisa memberikan harapan bagi yang lain. Bila kematianku membuat kehidupan seseorang lebih baik atau sedikit tercerahkan, maka apakah aku benar-benar meninggal dalam derita?

“The needs of the many outweigh the needs of the few, or the one.”

- Adam Krieger”

Dalam lirik depresif yang dibalut dengan nada-nada sedih, Adam Song Blink 182 bahkan pernah dianggap menyebabkan beberapa orang memutuskan untuk bunuh diri. Padahal, meskipun kisah fiksi Adam Krieger berakhir tragis, Blink 182 mengakhiri lagu mereka dengan ending bahagia. Dimana, Adam-adam lain di seluruh dunia pasti bisa melewati fase mengerikan dalam hidupnya ini. Semangat teman-teman!!!!!

sumber: dunia senyap

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun