Mohon tunggu...
DUDUNG NURULLAH KOSWARA
DUDUNG NURULLAH KOSWARA Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

History Teacher in SMANSA Sukabumi Leader PGRI Sukabumi City

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sertifikasi Sebaiknya Segera Dihapuskan!

3 Mei 2014   22:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 1590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh : Dudung Koswara, M.Pd

Sertifikasi sebaiknya segera dihentikan. Banyak hal yang kurang positif dengan adanya kebijakan sertifikasi.Sertifikasi nampaknya seperti setengah hati, tidak tepat waktu bahkan tidak tepat jumlah. Sertifikasi indah kedengarannya tapi ngejelimet prosesnya.

Sertifikasi telah melahirkan suuzdhon kolektif. Suudzhon kolektif darimasyarakat kepada kompetensi guru, dari guru kepada layanan dinas pendidikan, kepada pemerintah daerah, kepada mendikbuddan kepada presiden. Dan yang paling menerima suuzdhon peringkat tertinggi adalah kepala dinas dan kepala daerah.Bahkan bukankah mendiknas mengancam akan melakukan jalur hukum pada kepala daerah?Kok jaditegang sesama birokrat?

Kasihan kepala daerah dan kadisdik, mengurus hajat orang banyak sangatlah menguras mental. Ini sebuah iklim yang kurang baik dan akan berjalan sustainable bila sertifikasitidak segera dihapus. Suuzdhon akan selalu ada menjelang pencairan. Sebuah iklim mental kolektif yangsuuzdhon terlahir karenaprogram sertifikasi dari pemerintah. Era sertifikasi benar-benar hebat. Bahkan konon katanya para ustazdpunakan disertifikasi tambahrumit kelihatannya negeri kita ini.

Proses keluarnya sertifikasiibarat ibu yang melahirkan susah keluarnya atau gak keluar-keluar walaupun sudah tarik nafas dalam-dalam. Bukaan satu, bukaan dua, lambat sekali.Sekali lagi kasihan parapetugas di dinas pendidikan setiap periode harus bekerja ekstra dan tidak ada anggaran lemburnya. Kasihan kadisdik dan kepala daerah harus menerima beban mental atas tuduhan lambatnyasertifikasi.

Secara internal di komunitas guru dengan hadirnya sertifikasi menjadi riweuh (baca ; sibuk).Bagi yang pensiun pas lahirnya sertifikasi sungguh menyedihkan, tak sempat mencicipi sertifikasi. Bagi yang sudah puluhan tahun mengabdi sertifikasi menjadi manis-manis pahit. Harus ikut tes kompetensi, harus kuliah S-1 dan berbagai persyaratan yang membuat pusing. Pas lulus langsung pensiun.

Lahirnya kesibukanbaru mengurus administrasi para guru yang melibatkan tata usaha sekolah,pengawas, petugas dinas pendidikan setiap pencairan sertifikasi serasa kurang efektif. Proses portofolio, UKG, PLPG dan PPGmenjadi bagian dari sistem untuk mendapatkan sertifikasi. Bahkan para guru yang melaksanakan ibadah haji dihantam ketentuan harus mengembalikanuang sertifikasi atau dipotong selamasatu kali gaji. Ibadah saja kena potongan, ini sangat menarik.

Lebih unik lagi banyak guru yang “meminta-minta” jam pelajaran pada sekolah lain demi pemenuhankewajiban 24 jam. Tidak sampai disanaada beberapa guru honorer yang terdesak jam mengajarnya oleh guru PNS karena kepentingan sertifikasi. Sertifikasi manis kedengarannya tetapi banyak hal yang masih perlu dibenahi didalamnya.

Sertifikasi guru juga mengundang ijonisasi. Mengijonkan rekening sertifikasi. Ini sesuatu yang manusiawi tetapi kurang baik. Karena sertifikasi tidak diterima tiap bulan sementara kebutuhanmuncul tiap hari, maka “dana talangan” dalam bentuk ijonisasi hadir dalam kehidupan sebagian para guru. Lambatnya sertifikasi cair secara tidaklangsung membukalowongan pekerjaan bagi para ijoner.Ini sebuah kondisi tidak baik.

Sertifikasi telah menjadi problematika. Sebaiknya sertifikasi segera dicabut dan sebelum dicabut pemerintah segera menaikan gaji pokok guru minimal 3 kali lipat. Dan, jangan lupa gaji guru honorer harus di atas UMR imbas dari dihapusnya sertifikasi.Kembalipada gaji pokok bisa diterima tiap bulan dan tidak membuat ribet administrasinya.Pemerintah jangan ragu menaikan gaji pokokpara guru. Hanya di Indonesia gaji guru begitu kecil. Hanya di Indonesia guru kurang dimulyakan terlihat dari kikirnya pemerintah.

Bila gaji guru dinaikan 3 kali lipat tetap sajasebenarnyamasih terkecildibawah negara-negara lain. Gaji 3 kali lipat bisa dianggap membebani APBN. Namun bila berpikirjauh ini adalah solusi mahal menyelamatkan bangsa. Mahal dalam hitungan negara yang kikir tentunya.Bila gaji guru sangat tinggi maka akan banyak hal positif yang dampaknya jangka panjang. Bilakita (para guru) mau membandingkan dengan gaji gurudi negara lain, sebut saja Malayasia memang jauh. Sejauh ketidakmampuan Indonesia mengejar kemajuan mereka.

Imbas gaji guru yang baik bukan pada kesejahteraan dan martabat guru hari ini, melainkan masa depanpendidikan Indonesia. Hanya di Indonesia bila siswanya ditanya pasti tidak berminat menjadi guru. Beda dengan di Finlandia. Jurusan keguruan menjadi favorit dan dituju oleh para calon mahasiswa unggulan, setelah jurusan kedokteran dan hukum.Di Indonesiajurusan keguruan dipandang sebelah mata. Karena masa depan guru (gaji guru) tidak menjanjikan.

Jadi bila gaji guru minimal Rp. 9 juta tanpa sertifikasi (hapus segera sertifikasi) maka ini sudah lumayan. Bayangkan hanya 90 lembar uang ratusan ribu. Bila seorang guru yang bekerja seorang diri dengan ongkos transfortasi harian, makan hariansaat kerja, kebutuhan pengembangan diri (kuliah lagi), membiayai anak kuliah di beberapa perguruan tinggi,harus membeli rumah, harus membeli kendaraan, harus adajaminan asuransi, menikahkan anak dll. Makagaji 90 lembar uang ratusan ribu tidaklah besar.

Kita lihat di beberapa negara lain gaji guru mencapai puluhan juta rupiah. Di Singapura Gaji guru Rp. 512 juta per tahun. Amerika Serikat (AS) Rp. 503 juta per tahun. Korea Selatan senilai Rp. 491 juta per tahun. Jepang Rp. 489 juta per tahun. Jerman Rp. 471 juta per tahun. Swiss Rp. 438 juta per tahun. Belanda Rp. 415 juta per tahun. Inggris Rp. 372 juta. Israel Rp. 362 juta per tahun. Spanyol Rp. 329 juta. Prancis Rp. 322 juta per tahun. (okezone.com). Indonesia tidak melintasi angka 70 juta per tahun.

Dari data di atas ternyata negara-negara kolonialis (Belanda, Inggris, Spanyol, Prancis, Jepang) lebih menghargai guru dibanding pemerintah Indonesia. Maka sebaiknya segera cabut kebijakan sertifikasi dan segera naikan gaji pokok guruminimal 3 kali lipat. Inipun masih rendah dibanding negara yang paling dibenci dalam kitab suci Al Quran (Yahudi). Bangsa Yahudi yang dianggap “pendosa” ternyata sangat baik dalam memperlakukan guru. Pantaslah Yahudi mampu menguasai dunia karena menghargai guru-gurunya. Pantaslah Jepang maju karena menghargai guru-gurunya. Pantaslah Indonesia mundur karena gaji bagi guru diombang-ambing dalam “politik sertifikasi”. Maka segera cabut sertifikasi dan segera normalkan gaji pokok guru.

Siapakah sebenarnya yang merendahkan derajat guru dengan birokrasi sertifikasi? Guru hari ini yang dianggap kurang profesional dengan nilai UKG yang kecil disebabkan oleh masa lalu dari pemerintah yang tidak menghargai guru. Karena yang menjadi guru pada hari ini adalah kebanyakan lebih orang-orang ikhlas dengan gaji kecil dan kelas intelaktual menengah kebawah.

Bila ingin negeri ini maju, cabut sertifikasi ganti segera dengan kenaikan gaji guru yang layak yang dapat diterima setiap bulan tanpa birokrasi sertifikasi.Gaji guru yang baik,layak dan wajar seperti negara-negara lain akan mengundang/menstimulusgenerasi muda cerdas untuk maju menjadi guru dan menjadi guru yang maju. Bila generasi muda cerdas pada hari ini tertarik menjadi guru karena gaji guru tinggi, maka 20 tahun kedepan Indonesia akan menjadi negara yang sejajar dengan negara-negara lainnya.

Kasihan guru-guru Indonesia dengan gaji hanya Rp. 5 jutaan Ia harus hidup bersama keluarganya ditengah membumbungnya harga dan fasilitas hidup.Padahal gaji 5 juta itu sama dengan pensiunan anggota DPR seumur hidup dibayar oleh pemerintah, walau hanya mengabdi dua periode misalnya.Bayangkanbisa terjadi guru yang mengabdi 40 tahun pensiun hanya dapat Rp. 2 jutaan.

Hanya di negeri ini guru harus ngantri seperti “pasukan BLT” mengurus sertifikasi. Kelihatannya seperti pelayanannamun orang sinis akan mengatakan ini adalah sebuah penghinaan pada profesi.Untuk mendapatkan 2/3 juta perbulan mesti ngantri berjam-jam. Bukankah Akil Mochtar sambil karaokean Ia masih sempatmenyembunyikan uangmilyaran di ruang karaoke rumah dinasnya. Sementara Hadi Purnomo ratusan milyar, Joko Susilo, Anas Urbaningrum, Anggelina Sondakh, Andi Malarangeng, Rudi Rubiandini dan puluhan kepala daerah masuk penjara karena korupsi.

Kondisi ini sangat menohok bathin para guru. Akan kemana negeri ini dengan “memurahkan” dan meremehkan profesi guru. Padahal politisi sekalipun sangat tahu investasi terbaik sebuah bangsa ada dalam dimensi pendidikan.Investasi dalam bentuk gaji guru yang tinggi adalah media “menjerat” calon mahasiswa unggulan.Guru-guru yang dianggap kurang kompeten pada masa kini (periode gaji kecil) suatu saat akan habis diganti dengan guru-guru yang mumpuni.

Mungkinkah negeri kita, bangsa kita yang mayoritas muslim menghujat Israel dengan menunjuk-nunjuk kejelekannya habis-habisan, padahal empat jari menunjuk bangsa kita sendiri? Israel lebih “islami” dalammemperlakukan guru. Jangan berharap sebuah bangsa akan maju bila generasi muda cerdasnya tidak mau menjadi guru karena gaji guru sangat kecil.

Falsafah modern profesional dan proporsional hendaknya harus mulai dibangun dengan menghargai profesi guru bukan dengan sertifikasi melainkan dengan gaji pokok yang layak. Cabut segera sertifikasi dan ganti dengan gaji pokok yang layak. Untuk guru-guru honorer berikan gaji di atas UMR, sebagai pengganti sertifikasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun