Pada awalnya itu terlihat menjanjikan, hingga pada akhirnya mereka benar-benar mencobanya, namun kondisi tempat duduk yang begitu sempit. Tetapi masih ada satu permasalahan lagi, karena adanya kekhawatiran tentang mabuk di perjalanan, yang dapat mengganggu pengguna virtual reality bahkan ketika mereka tidak berada di pesawat terbang.Â
Chief Executive InFlight VR, Moritz Engler, mengatakan kepada Travel Weekly bahwa tes dengan lebih dari 3.000 orang belum menghasilkan kasus "mabuk berat", tetapi itu tidak sepenuhnya meyakinkan.
Namun, maskapai penerbangan jelas tertarik pada teknologi tersebut. Di luar yang telah diuji dalam penerbangan, Qantas telah menciptakan aplikasi virtual-reality. Air France, Emirates dan Etihad telah memperkenalkan teknologi virtual reality SkyLights di beberapa ruang tunggu bandara mereka.
Baca juga: Pengalaman VR Sepenuhnya dan Tak Terlupakan di VR Zone Shinjuku. Indonesia harus punya ini!!
Selalu terdapat solusi untuk setiap permasalahan, contohnya dengan permasalahan penggunaan VR di tempat duduk yang sempit. Alih-alih dengan menggerakan kepala, bisa menggunakan VR controller sebagai tambahan supaya bisa tetap berinteraksi dengan VR walau tidak menggerakan kepala hingga 180 derajat ke belakang.