Tapi kenapa di antara turunan mereka ada yang menjadi penentang terhadap dakwah orang tuanya.
Oleh karena itu tidak menjadi jaminan seorang tua yang baik akan melahirkan anak yang baik pula, demikian pula logika sebaliknya orang tua yang jelek perangainya belum tentu menurunkan generasi yang jelek pula perangainya.
Selanjutnya kita disuguhi dengan kisah dua orang putra Ibrahim, yakni Ismail dan Ishak dua orang yang lahir dari rahim ibu yang sholehah dan dari bapak yang Saleh.
Apakah fakta ini menggugurkan logika di atas atau semuanya berlaku hanya serba kebetulan saja.
Untuk lebih jauhnya kita bisa simak dari pernyataan Allah di dalam Alquran.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia." Dia (Ibrahim) berkata, "Dan (juga) dari anak cucuku?" Allah berfirman, "(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.""
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 124)
Fakta ayat ini berkata tentang keinginan nabi Ibrahim yang memiliki anak keturunan yang saleh, tapi Allah menegaskan bahwa hal itu hak prerogatif Allah bahkan hal itu tidak berlaku bagi generasi-generasi yang zalim.
Artinya Allah menjelaskan siapa yang saleh dan siapa yang zalim itu semuanya atas kehendak Allah tidak ada jaminan dari manusia.
Lantas apa yang mesti dilakukan oleh manusia jika dihadapkan dalam hal semacam ini, satu hal saja yang mesti dilakukan oleh seseorang yakni terus berusaha menjadi baik dan dengan dibarengi selalu berdoa kepada Allah yang membolak-balikkan hati.
Itulah sedikit permasalahan saudara dalam catatan keluarga.