Kompasiana.com bagi saya merupakan bank ide, di mana saya bisa menabung ide-ide saya yang tertuang dalam artikel-artikel ataupun yang tertuang dalam puisi-puisi, cerpen dan lain sebagainya.
Keberadaan kompasiana.com bagi pribadi saya begitu sangat membantu saya tidak mengharapkan rating saya tinggi, saya tidak mengharapkan viewer yang banyak ataupun saya tidak mengharapkan komentar-komentar yang banyak, serta tidak terlalu berharap centang hijau atau centang biru saya pun tidak mengejar Kompasiana reward yang salah satu persyaratannya adalah jika akun mencapai 25 viewer dan 100 lebih komentar.
Saya berharap tulisan-tulisan saya tidak akan hilang, tulisan-tulisan saya terpatri dalam sebuah blog yang mapan dan bisa dibuka di mana saja serta kapan saja.
Saya pun tidak terlalu berharap banyaknya follower di akun blog saya karena saya tahu diri siapa saya.
Saya penulis pemula saya memulai menulis di Kompasiana.com sejak tahun 2020 dan tulisan saya pun baru sekitar 80-an artikel.
Tapi semua itu menjadi modal bagi saya untuk tetap semangat menulis karena menurut mentor saya -mentor dalam menulis,
Belajar menulis itu laksana kita belajar menyetir baik menyetir mobil, sepeda motor atau bahkan sepeda kayuh.
kita tidak tahu kapan kita bisa tapi tiba-tiba kita disebut bisa saja. Sebelumnya kita belajar bagaimana caranya belok ke kanan belok ke kiri lihat lampu sen kanan, lihat sen kiri.
Tapi ternyata setelah terbiasa mengendarai sepeda motor kita reflek saja dan rileks saja, tidak begitu kaku melihat kanan-kiri bahkan dengan feeling kita bisa mengendarai kendaraan tersebut.
Nah, nampaknya analogi inilah yang mentor saya pakai yang diajarkan ke murid-muridnya bahwasanya menulis pun demikian yang penting setiap hari kita menulis, wahananya itu bisa media sosial semisal Facebook, Twitter, Instagram atau bahkan blog seperti Kompasiana blog ini