Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kucing, Bayi, dan Seekor Ular Cobra Sebuah Restory dari Cerita Rakyat

30 Juli 2021   09:20 Diperbarui: 30 Juli 2021   13:28 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto di ambil dari liputan6.com

Selang berapa lama tiba-tiba pintu terbuka perlahan dengan sendirinya sejurus kemudian tampaklah seekor King Cobra yang sangat besar menjulur-julurkan lidah nya dan sepertinya siap menerkam mangsa.

Dengan sigap sang kucing melompat menghadang laju si Cobra. Kemudian ular itu melilit si kucing dan terjadilah perkelahian yang sangat seru, satu patokan Cobra mengena tak terhindarkan lagi, dengan sisa tenaga walau racun ular telah merasuk ke dalam tubuh dan jaringan darahnya.

Dia terus melawan dan akhirnya dapat menggigit leher belakang ular itu dengan kuat-kuat. Darah pun muncrat dari leher si Cobra perlahan tapi pasti lilitan Cobra mulai mengendur dan akhirnya lepas kemudian terkulai lemas dan mati kehabisan nafas akibat jalur nafasnya diputus oleh sang kucing.

 "Bruk," tubuh sang Ular pun ambruk. Tak lama berselang datanglah sang pemilik rumah sambil setengah berlari karena merasa terlalu lama meninggalkan bayinya takut terjadi apa-apa dan hatinya pun merasa tak enak.

Ketika tiba di depan rumah tampak pemandangan yang sangat mengerikan terlihat olehnya sang kucing dengan mulut penuh darah dan masih menyisakan wajah yang menyeramkan walau terlihat seperti lemas.

Tak ayal lagi pikiran nya melayang ke mana-mana bahkan pikiran buruk merasuki nya seakan kemasukan setan tak pikir panjang lagi di ambilnya sebilah kapak yang menempel di sisi bilik rumah lalu tanpa ampun di hantamkannya ke kepala sang kucing.

"Brak," bunyi suara seperti buah kelapa yang dipecah. “Bruk,” tubuh sang kucing pun ambruk seketika terkena hantaman kapak sang majikan yang kalap.

Sambil bergetar dia gumam lirih, “rasakan kau kucing sialan, sudah aku urus kau sedari kecil, sudah besar malah memangsa majikanmu sendiri.”

Kemudian dia melangkah cepat masuk ke kamar dan melihat bayinya masih tidur dengan nyenyak tanpa terganggu suara apa pun.

Di sudut kamar terlihat seonggok bangkai ular besar yang lehernya terkoyak nyaris putus. Seketika dia terkesiap darahnya seakan naik dan perasaannya seperti melayang.

Lalu dia menduga-duga dan merekonstruksi apa yang telah terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun