Mohon tunggu...
DuaBahasa
DuaBahasa Mohon Tunggu... Freelancer - Words are mighty powerful; it's the Almighty's word that perfected our universe

Terus mencoba membuat alihan bahasa yang enak dibaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meliatkan Pribadi Sang Pengasih (16): Menyimak Anak

25 Juni 2022   11:16 Diperbarui: 25 Juni 2022   11:28 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Penguin International Thesaurus of Quotations - Rhoda Thomas Tripp

Cara yang keempat adalah mendengarkan sambil memilah. Yang dimaksud dengan selektif mendengarkan adalah pura-pura mendengarkan sambil tetap waspada. Saat anak mengatakan sesuatu yang penting, kita pasang telinga sambil berusaha membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, dengan santai.

Andai cara keempat yang dipakai, ini masalahnya: kemampuan otak manusia tidak terlalu bagus dalam menyaring informasi yang masuk. Dengan begitu, ada informasi tidak berguna yang masuk sementara ada banyak informasi bermanfaat yang terbuang.

Cara kelima dan terakhir, pastinya, adalah mendengarkan anak-anak dengan sungguh-sungguh, memberi mereka perhatian yang penuh dan utuh. Setiap kata kita tangkap dan setiap kalimat kita cerna.

Kelima cara menanggapi obrolan anak-anak diurut berdasarkan kerasnya usaha yang kita lakukan; untuk yang kelima, yaitu mendengarkan sungguh-sungguh, orangtua perlu mengeluarkan tenaga banyak sekali dibanding keempat cara lain yang tidak terlalu menguras energi.

Mungkin ada yang mengira saya menyarankan orangtua untuk selalu menerapkan cara yang kelima, yaitu mendengarkan anak-anak dengan sungguh-sungguh. Sebetulnya tidak!

Alasan pertama, anak usia enam tahun cenderung bicara tanpa henti, dan jika benar-benar mendengarkan mereka, orangtua hampir tidak punya waktu untuk mengerjakan yang lain.


Kedua, mendengarkan dengan sungguh-sungguh itu butuh kerja keras dan banyak menguras tenaga sehingga orangtua tidak akan punya daya lagi untuk melakukan yang lain.

Terakhir, mendengarkan anak-anak bicara sangat menjemukan karena celoteh anak usia enam tahun biasanya memang membosankan.

Jadi, kita sebaiknya menyeimbangkan kelima cara di atas. Ada saatnya anak-anak perlu disuruh diam. Misalnya bila mereka mengganggu dengan celoteh mereka padahal orangtua harus memperhatikan yang lain. Atau ketika mereka menyela pembicaraan orang lain padahal itu tidak sopan. Atau mereka berusaha mendominasi dan bersikap kasar tanpa alasan yang jelas.

Anak-anak seringkali berceloteh hanya karena ingin berceloteh. Jadi, tidak ada gunanya memberi mereka perhatian bila mereka tidak minta perhatian dan mereka sendiri memang tidak keberatan bicara sendiri.

Pada saat-saat tertentu anak-anak tidak puas bila hanya berbicara sendiri dan ingin berinteraksi dengan orangtua, dan untuk itu kita bisa penuhi permintaan mereka dengan pura-pura mendengarkan. Biasanya yang anak-anak ingini pada saat seperti itu bukan komunikasi melainkan sekadar kedekatan, dan dengan pura-pura mendengarkan orangtua akan membuat anak-anak merasa "ditemani", sesuai keinginan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun