Mohon tunggu...
Dr. H. Munawar M.Si
Dr. H. Munawar M.Si Mohon Tunggu... Dosen - Menulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tragedi Sriwijaya Air SJ182: Pelajaran Bagi Kita Semua

12 Januari 2021   15:25 Diperbarui: 13 Januari 2021   19:44 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia penerbangan di Indonesia kembali dirundung duka setelah Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40 WIB. Pesawat itu terkonfirmasi jatuh di perairan Kepulauan Seribu, 4 menit setelah tinggal landas. Pesawat Boeing 737-500 itu mengangkut 62 orang yang terdiri dari dua belas awak kabin, 40 penumpang dewasa, tujuh penumpang anak-anak, dan tiga bayi. Kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air ini tentu menjadi peristiwa memilukan di awal tahun 2021.  Innalilahi wa inna ilahi rajiun.

Tak dapat dibayangkan betapa wajah ceria anak anak dan ibunya serta penumpang lainnya ketika menaiki tangga pesawat untuk menuju kabin sembari mencari nomor kursi masing masing sesuai nomor boarding yang dipandu oleh pramugari cantik. Tak ada sedikitpun tanda tanda kecemasan dan kekecewaan di wajah penumpang karena penumpang ingin cepat "pulang kampung", meski penerbangan sempat delay 1 jam karena cuaca buruk. 

Secara teknis dan mekanik dilaporkan bahwa pesawat dalam keadaan laik terbang. Setelah semuanya ready dan safety, sang pilot pun minta izin terbang ke petugas menara untuk menuju landasan pacu. Semua berjalan normal, pesawat pun take off seperti biasa meninggalkan landasan pacu. Namun, siapa sangka dan hanya Allah yang tahu dalam hitungan 4 menit terbang meninggalkan bandara Soekarno Hatta, pesawat dilaporkan hilang kontak oleh menara dan dinyatakan jatuh diperairan kepulauan seribu.

Andai saja ada rekaman detik detik pesawat jatuh, entah bagaimana kondisi penumpang di dalam pesawat. Ketegangan, ketakutan  dan teriakan para penumpang dan crew pesawat termasuk sang pilot pasti terjadi. Akhirnya semuanya terdiam hening berhenti terhunjam dan tenggelam di kedalaman 20-23 meter di dalam laut. 

Tidak ada cara lain, hanya doa dan empati yang dapat kita berikan kepada seluruh penumpang yang menjadi korban. "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan di ridhoiNya. Maka masukklah kedalam golongan hamba hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku" (Al-Fajr; 27-30). Dan bagi keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menerima cobaan ini.

Para korban tidak hilang, akan tetapi mereka terbang jauh 'pulang kampung' memenuhi panggilan sang pemilik manusia menuju kampung akherat nan abadi. Setiap yang bernyawa pasti menemuai kematian. Inilah saat ajal tiba, tidak sedetik pun bisa diundur atau dimajukan, dan tak ada yang tahu dimana dan bagaimana kematian itu datang menghampiri manusia. Sungguh, dari Nya kita datang, dan kepada Nya pula kita dikembalikan.  

Dari tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 itu, ada beberapa PELAJARAN bagi kita yang masih diberi kesempatan hidup oleh Allah SWT.  

PERTAMA, semua musibah dan kejadian sekecil apaun di atas dunia ini pasti atas izin dan ketetapan Allah 'Azza wa jalla, sang Maha Penguasa. Jangankan pesawat jatuh, daun kering jatuh dari rantingnya pun pasti atas kehendak-Nya. Dalam surah at Taghaabun ayat 11 Allah berfirman; ...tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu...

KEDUA, bahwa kematian itu suatu keniscayaan, tinggal menunggu waktu dan giliran. Kapan dan dimana kita mati itu urusan Sang pemilik ruh, Allah SWT. Jika ajal tiba, tak bisa ditunda atau dimajukan sedetik pun. Kita pasti menemui ajal. Untuk itu, mati tidak perlu dikejar atau tidak perlu dihindari, ia pasti datang. Mati tidak melihat usia, jenis kelamin kedudukan sosial seseorang. Raja mati, rakyat jelata mati. Yang bugar dan sehat saja bisa mati apa lagi yang sakit. Bayi, anak anak, yang muda juga mati apa lagi orang tua semua pasti mati. Kita hanya menanti jadwal kematian.

KETIGA, jadikan setiap tragedi kematian sebagai pelajaran dan peringatan, baik mati karena kecelakaan, mati karena sakit atau mati mendadak. Bukan mati yang kita takutkan, namun persiapan untuk menghadapi maut itu yang penting kita siapkan. Sebesar dan sebanyak apa bekal yang sudah dipersiapkan untuk menempuh perjalanan panjang kampung nan abadi.

KEEMPAT, ternyata hidup di dunia singkat hanya sekejap mata. Siklus kehidupan manusia berawal dari segumpal darah, lalu menjadi  daging, kemudian menjadi janin, lahir menjadi bayi, tumbuh berkembang menjadi anak remaja, dewasa, tua dan akhirya mati kembali ke tanah. Akan tetapi ingat, bahwa itu semua adalah hayaatuddunyaa permainan dunia, hanya sementara dan akan ditinggal selamanya. "Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, sedangkan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?" (QS Al An'am 32). Untuk itu jangan kita sia siakan sisa umur kita ini, jangan biarkan waktu  berlalu begitu saja, mumpung masih diberi waktu. Segeralah minta ampun bertaubat, isilah sisa sisa umur kita dengan selalu taat kepada perintah Allah SWT seperti sholat, memperbanyak istighfar, zikir, salawat, sedekah, infaq dan wakaf dalam upaya membantu sesama. Dengan infaq dan sedekah mudah mudahan segala wabah dan bencana dapat kita cegah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun