Mohon tunggu...
Drlaznug
Drlaznug Mohon Tunggu... Pelajar

Siswa kelas 11

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Menghadapi Stress di Sekolah: Suara dari Siswa

2 Oktober 2025   07:48 Diperbarui: 2 Oktober 2025   07:48 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
          (Wawancara saya dengan Bramadi, dokumentasi pribadi)

(Jumat, 19 Agustus 2025) Sekolah adalah tempat yang penuh warna. Di sana kita belajar banyak hal baru, menambah pengetahuan, mengembangkan keterampilan, hingga menemukan jati diri. Namun, di balik semua hal menyenangkan itu, tidak sedikit siswa yang harus menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah stres. Stres di sekolah bukanlah hal asing. Tugas yang menumpuk, ujian yang datang bertubi-tubi, hingga tekanan dari lingkungan sering kali membuat siswa merasa kewalahan. Maka dari itu, saya melakukan wawancara kepada salah satu siswa yang membagikan pengalamannya menghadapi stres di sekolah.

Saya melakukan wawancara dengan siswa bernama Bramadi Budi Nugroho, ia mengatakan bahwa tugas-tugas yang menumpuk telah menjadi salah satu sumber munculnya stresnya. Bukan hanya satu atau dua, melainkan tugas yang sangat banyak dari mata pelajaran yang berbeda-beda, kondisi ini tentu membuat siswa merasa seolah-olah waktunya tidak pernah cukup. Menurutnya, tugas yang menumpuk bukan sekadar beban akademis, tetapi juga bisa memengaruhi perasaan. Pikiran jadi penuh, tubuh terasa lelah, dan motivasi belajar pun berkurang.

Menariknya, siswa ini mengaku bahwa tempat dimana ia sering merasa stres justru di kelasnya sendiri, yang seharusnya menjadi ruang belajar yang nyaman, kadang telah menjadi ruang penuh tekanan ketika guru-guru secara bergantian memberikan tugas. "Biasanya stres kerasa banget di kelas, apalagi kalau tugasnya banyak banget sama deadline tugasnya udah mepet semua" ujarnya. Ini menggambarkan bahwa stres bukan hanya datang ketika mengerjakan tugas di rumah, tetapi bahkan sudah mulai terasa sejak di sekolah.

Tetapi tidak berhenti disitu, Bram juga mengatakan bahwa stres bisa hadir di berbagai waktu, mulai dari siang, sore, hingga malam hari. Siang hari, ketika pelajaran berlangsung, rasa cemas muncul karena memikirkan tugas-tugas yang harus segera dikerjakan. Sore hari, sepulang sekolah, rasa lelah menyatu dengan kewajiban mengerjakan pekerjaan rumah, dan di malam hari pun kadang masih harus diisi dengan mengerjakan tugas yang belum selesai, sehingga waktu istirahat berkurang. "Kadang pas malam kerasa banget stres, karena aku pengen istirahat, tapi tugas masih nunggak semua" ucapnya dengan nada sedikit lelah.

Meski begitu, siswa ini tidak menghadapi stres seorang diri. Ia merasa sangat terbantu dengan kehadiran teman-temannya. Menurutnya, suatu teman adalah orang yang paling bisa memahami kondisi yang sama karena mereka juga merasakan hal serupa. "Temen-temenku kadang suka bantu aku ngatasi stres, entah itu dari bantuin nyelesain tugas, ataupun ngasih jawaban" ia jelaskan. Dukungan sosial dari teman sebaya memang terbukti menjadi salah satu faktor penting dalam membantu siswa menghadapi tekanan di sekolah.

Ketika saya menanya mengapa stres harus segera diatasi, ia menjawab dengan jujur "Biar resiko depresi menurun dan otakku gak rusak" Jawaban ini mencerminkan kesadaran bahwa stres bukan hal yang bisa dianggap sepele. Jika dibiarkan, stres bisa menurunkan semangat belajar, mengganggu kesehatan mental, bahkan berdampak buruk pada kehidupan sehari-hari. Dengan mengatasi stres, siswa bisa kembali fokus, lebih bersemangat, dan mampu menyelesaikan tanggung jawab dengan baik.

Lalu, bagaimana cara siswa ini mengurangi stres? Ternyata ada dua hal utama yang selalu ia lakukan. Pertama adalah mengerjakan tugas secepat mungkin agar tidak semakin menumpuk. Dengan strategi ini, ia merasa lebih tenang karena beban tugas berkurang sedikit demi sedikit. Kedua adalah mencari hiburan. Hiburan ini bisa berupa menonton film, mendengarkan musik, atau sekadar bermain bersama teman. Menurutnya, hiburan bukan sekadar pengisi waktu, melainkan cara untuk menyegarkan kembali pikiran setelah berjam-jam berkutat dengan pelajaran.

Hal yang dialami oleh Bram adalah salah satu contoh dampak negatif yang bisa terjadi di lingkungan sekolah. Selain membuat siswa tidak merasa nyaman, stress juga bisa menyebabkan menurunnya prestasi murid, menimbulkan masalah mental, dan hilangnya rasa motivasi dan semangat siswa

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun