Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyaksikan Kurikulum Merdeka Vs Everybody

2 April 2023   02:12 Diperbarui: 2 April 2023   04:40 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama sebagian siswa kelas XII, saat shooting di Ujian Praktik  Pelajaran Bahasa dan Seni 2023 ( Dok Pribadi)

Informasi yang mendiskreditkan kondisi dan sistem pendidikan di Indonesia rupanya masih banyak bertebaran di media soaial. Uniknya, kritik tersebut bukan hanya dari para ahli dan pengamat pendidikan namun  juga dari influencer, seleb, atau pun youtuber.

Kerap kali saya geram tatkala menyaksikan orang-orang "populer" itu bicara ini dan itu terlebih soal buruknya sistem  pendidikan di tanah air kita. Terlebih jika mereka membandingkan zaman mereka sekolah dulu. Tentu saja jauh berbeda. Bahkan di era sekarang pun setiap sekolah dapat berbeda-beda kualitasnya dalam satu sistem (kurikulum) yang sama.

Saya coba rangkum pernyataan umum mereka itu tanpa menyebutkan nama dan sumbernya. Sebab, hampir dari semua pernyataan kritis mereka sudah lazim terdengar sejak lama di kalangan masyarakat umum. Oleh sebab itu saya sebut mereka dengan "everybody" pada judul tulisan ini. Berikut rangkuman pernyataan umum dari mereka.

Pertama, sistem pendidikan Indonesia menjauhkan siswa  dari bakat alami. Kedua, Sistem ujian yang  mengedepankan hafalan dan mengabaikan pemikiran kritis siswa. Ketiga, pendidikan yang hanya fokus pada nilai akademik dan kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan praktis dan kreativitas di dunia nyata. 

Dalam tulisan ini, saya ingin tidak setuju dengan 3 pernyataan umum tersebut.  Uraian saya berikut ini mungkin akan panjang dan sangat subjektif. Tapi intinya akan menuju ke arah penegasan, bahwa tiga pernyataan tentang sistem pendidikan Indonesia tersebut tidaklah tepat.  

                                                                                                                              ***

Kurikulum Merdeka vs sistem pendidikan yang menjauhkan siswa dari bakat alaminya

Saya merasa beruntung karena merasakan proses transisi perubahan paradigma pendidikan di Indonesia. Khususnya dalam momen lahirnya gerakan Merdeka Belajar dalam Kurikulum Merdeka. Saya mengalami perbedaan rasa pendidikan sebagaimana  yang belasan tahun lalu saya alami sebagai siswa, dengan yang saat ini saya alami sebagai guru.

Atmosfer Kurikulum Merdeka yang menekankan paradigma pendidikan konstruktivisme dan konektivisme seperti student center, pembelajaran berdifrensiasi, integrasi ilmu pengetahuan, pemanfaatan teknologi digital, membuat saya harus belajar menghargai kapasitas siswa yang unik,dalam zaman yang sudah mulai berubah.

Hal tersebut tertuang dalam salah satu prinsip pembelajaran di Kurikulum Merdeka, bahwa proses pembelajaran harus mendukung perkembangan kompetensi dan karakter siswa secara holistik. Konsep ini menentang pernyataan umum yang berbunyi bahwa pendidikan menjaukan siswa dari bakat alami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun