Padahal, yang dibutuhkan adalah adanya  lingkungan masyarakat yang bisa mengartikan ulang  kesendirian;  menerima kesendirian sebagai sebuah pilihan yang arif dan bijaksana;  Sebuah lingkungan masyarakat yang mengerti kapan warganya memerlukan kesendirian, tak mau larut dalam kegaduhan.
Dalam arti ini,  kesendirian adalah  ketentraman manakala  lingkungan terdekat penuh sesak dengan kemunafikan, kegaduhan, desas-desus, dan kenyinyiran-kenyinyiran  yang justru dapat memecah belah keutuhan suatu hubungan dan bahkan persatuan bangsa.
Seseorang memilih sendiri  bukan karena dia  secara kejiwaan menyimpang, melainkan karena dia  menjunjung tinggi sikap sosial yang jauh  lebih tinggi dan mendalam dibandingkan  sikap sosial yang berlaku di sekelilingnya,  tapi  penuh  kepalsuan. Â
Mereka  memilih sendiri bukan karena  membenci  perkumpulan atau komunitas; Mereka  hanya lebih memilih untuk berdiam diri di rumah  ketimbang  menerima basa-basi  tak berfaedah  yang ditawarkan komunitas.
Akhirnya, lewat  filosofi kesendirian  inilah, mereka yang masih sendiri, memilih sendiri, dan atau sedang dalam kondisi  jomblo studium akut,  akan tertolong dan bisa  mendapatkan kembali gengsinya.