Mohon tunggu...
Dr Abidinsyah Siregar
Dr Abidinsyah Siregar Mohon Tunggu... Dokter - Ahli Utama

Saat ini menjadi Ahli Utama pada BKKBN dengan status dpk Kemenkes RI Pangkat Pembina Utama IV/E. Terakhir menjabat Deputi BKKBN (2013-2017), Komisioner KPHI (2013-2019), Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisonal Alternatif dan Komplementer Kemenkes (2011-2013), Sekretaris Itjen Depkes (2010-2011), Kepala Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2008-2010)< Sekretaris Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) (2005-2008), Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara di Medan (2002-2005). Mengawali karis sebagai Dokter Puskesmas di Kabupaten Dairi (1984). Alumnus FK USU ke 1771 Tahun 1984.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Ibu dan Memastikan Masa Depan Indonesia

28 Desember 2022   07:07 Diperbarui: 28 Desember 2022   07:12 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

HARI IBU MEMASTIKAN MASA DEPAN INDONESIA

Mengapa Ibu Negara Hj.Iriana Jokowi berpesan agar menurunkan angka Stunting dan menurunkan angka Kematian Ibu melahirkan ?

 Penulis : Dr.Abidinsyah Siregar *) 

 Percakapan sekitar 3 huruf hebat ini, IBU, atau mam atau mak atau mom,atau umi tidak ada tepinya, ia luas, seluas jangkauan hati dan nurani memandang dan merasa, tak dapat diperdebatkan. Sekalipun berbeda menarasikannya, tetapi semuanya indah, menggugah bahkan sering menguras airmata bangga dan cinta.

Ibu Negara Iriana Jokowi membuka hari, Kamis 22 Desember 2022, mengawali dengan memberikan sambutan yang sangat menggugah dan mengingatkan betapa sosok ibu dan kaum perempuan merupakan sosok luar biasa, yang harus menunjukkan potensinya agar semakin berdaya membangun kesetaraan dan kehidupan. Ibu Negara juga mengajak membangun Generasi Tangguh dan berperan membentuk karakter bangsa.

Hari Ibu ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Nomor 316 Tahun 1959 yang menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Pada tanggal 22-25 Desember 1928 di Jogyakarta, tempat itu kemudian dikenal sebagai Balai Srikandi, terjadi pertemuan sekitar 30 organisasi perempuan pejuang dari Pulau Jawa dan Sumatera, yang kemudian menjadi momentum lahirnya Kongres Perempuan yang kini disebut Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).

Tahun 1950, untuk pertama sekali perempuan menjadi anggota Kabinet, yaitu Maria Ulfah sebagai Menteri Sosial.

Pada tahun 1983, Presiden Soeharto meresmikan Kompleks Monumen Balai Srikandi, tempat dimana Kongres Perempuan pertama diselenggarakan menjadi Mandala Bhakti Wanitatama.

Pada Kongres Perempuan pertama tahun 1928 itu, dikenal banyak pejuang perempuan seperti Christina Tiahahu, Cut Nyak Dien, Cut Meutiah, RA Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan banyak lagi yang selain berjuang untuk kemerdekaan Indonesia sebagai persyaratan terbebas dari kebodohan dan keterbelakangan, sekaligus merintis berdirinya Organisasi Perempuan.

Sejumlah agenda utama Kongres yaitu Persatuan perempuan, Perjuangan kemerdekaan, Peran dalam pembangunan, Perbaikan Gizi dan Kesehatan bagi Ibu dan balita, Pernikahan usia dini pada perempuan. Kaum perempuan juga memperjuangkan pengendalian harga bahan makanan pokok.

Pilihan perjuangan tokoh perempuan Nusantara ketika itu, sangat cerdas, tepat dan faktual.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun