Mohon tunggu...
Lifya
Lifya Mohon Tunggu... -

Guru anak berkebutuhan khusus spesialisasi Tunagrahita. Mengabdikan diri di SLB Wacana Asih Padang. Sumatra Barat. Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Restu yang Tak Kunjung Datang

19 November 2014   06:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Siapa nih yang ikutan lomba membuat teh talua? Begitu pinkon menanyakan kepada peserta Karang Pamitran PLB.” Devi “, kata Warni, Kalau Devi cocoknya bikin “Lamang” . Bagaimana Devi oke? Pinkon mengambil pena lalu menuliskan nama Devi,” Oke tapi carikan bambu dan daun pisangnya “ kata Devi. Bagaimana dengan nama peserta siapa yang membuat ni, kita mau nyabet ketiga pialanya makanya semangat, Ya kata Fina Teh talua juara satu, Puisi juara II, dan Malamang juara III. Haha serentak tawa memenuhi ruangan saat rapat persiapan Karang Pamitran. “Untuk membuat teh talua satu paket dengan malamang”, kata Rini. “Kita tetapkan satu-satu dulu” kata Rini. Sekarang untuk malamang sudah siap Devi. Sebentar kata Warni, “ Devi tangannya sakit, kan baru kena air panas nanti tangannya mengelupas “. Kalau begitu Devi ditempatkan di bagian vocal group. “Berapa orang anggota vocal group” tanya Fina empat Pi dan empat Pa . Ya semua musyawarah menentukan peserta untuk vocal group. Maka di dapatlah empat anggota perempuan dan empat anggota pria. Untuk peserta vocal group pria Raka, Sabtu, Bakti dan Sutat. Untuk perempuannya Fina, Devi , Linda dan Fia. Sekarang siapa yang bisa membaca dan membuat puisinya. “Saya mau baca puisi tapi siapa yang buat puisinya “kata Eli.” Fia puisi stad by ya “ Ujar Warni, Ya lah apa temanya tadi balas Fia. “ Pembina anak bangsa” Okey kata Fia. “ Bagaimana untuk lebih menjiwai langsung Fia saja yang baca puisinya “ kata Rini” . Sekarang siapa yang membuat lamang dan teh talua. Saya biasa bikin teh talua kata Eli . Teh talua merupakan minuman khas Minang yang dibuat dari telur bebek dan diseduh dengan teh panas. Apabila tidak pas minuman ini tidak enak dan akan terasa amis. Group untuk malamang dan teh talua disepakati Bakti, Sabtu dan Eli. Lamang merupakan masakan yang terbuat dari beras ketan yang dimasak pakai santan . Uniknya masakan ini di masak dengan menggunakan bambu lalu dibakar pakai kayu bakar.
Nah untuk lomba sudah siap kata pinkon sekarang bagaimana dengan konsumsi. Kita bawa bekal saja bagai mana? Wah itu tidak enak kata Linda yang enak itu kita masak bersama di sana. Ya udah hari Jumat pagi sebagian pergi kepasar sebagian lagi mengatur perlengkapan yang akan baawa. Tenda ada di sekolah saya , cuma alasnya hanya ada satu, kompor Fia yang bawa? “Wah nanti dirumah ngak bakalan makan gara-gara kompornya dibawa” kata Fia.” Sekarang kita cari satu sekolah yang perlengkapannya lengkap untuk kita pinjam. “Bagaimana Warni setuju kah”? Maka perlengkapan sekolah Warni lah yang di pinjam, ke betulan Warni dengan Raka si pinkon satu sekolah maka klop lah urusan perlengkapan tinggal mencari mobilnya saja lagi. Rapat pun berakhir Fia pulang nebeng dengan motor Bakti . Jalanan basah bekas diguyur hujan.
Esok paginya Fia menyerahkan surat dari Kwarcap sehubungan dengan kegiatan Karang Pamitran kepada kepala sekolah sekalian minta surat izin . Fia pun kembali kekelasnya. Tak berapa lama Fia di panggil ke kantor, ternyata sudah ada ketua yayasan yang menunggu. Singkat cerita perbincangan berkisar tentang kegiatan Karang Pamitran. Fia membaca yang tersirat bahwa tidak ada restu dari Kepala Sekolah. Ketua Yayasan yang menjadi juru bicaranya. dengan dalih tidak ada kejelasan surat yang diterimanya. Fia pun memutuskan untuk tidak akan menggubris soal itu lagi. Fia berprinsip itu suatu penghormatan bagi sekolah bukan baginya. Tapi walaupun bagaimana Fia tetap mengabarkan berita ini kepada pinkon dan pinkonpun sudah membuatkan surat disertai dengan petunjuk teknis kegiatan . Fia menjadi ragu untuk meneruskan untuk minta izin“ ya nanti pasti ada jalan terbaik untuk semua ini.”
Hari Jumat Fia mendapat telefon dari Warni, “bagaimana sudah didapat surat baru dari pinkon sesuai dengan permintaan” tanya Warni? “ya sudah dibuatkan oleh pinkon tapi saya memutuskan untuk tidak ikut untuk kegiatan kali ini, Puisi sudah saya inbok ke Fbnya Linda, Bambu juga sudah diantar.” Warni pun menimpali,” begini Fia kalaupun tidak dapat izin jam sekolah berarti hari Sabtu pulang sekolah bisa kan? Itu tidak menyalahi toh.” Fia pun menyetujui rencana Warni. Hari Sabtu siang dari kejauhan suara teman-teman Fia bertanya-tanya dengan ransel dipunggung Fia. Fia pun melangkah menuju Bumi Perkemahan Padang Besi melangkah tapa restu dihati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun