Sebelum jeda laga-laga internasional, Barcelona harus puas meraih 1 poin dari kandang Rayo Vallecano pada kompetesi Liga Spanyol musim 2025/26. Hasil seri (1-1) kontra Vallecano itu menyingkap beberapa titik lemah yang mesti dibenahi oleh Pelatih Hansi Flick. Karenanya, jedah internasional seperti menjadi momen yang tepat bagi Flick dalam mengevaluasi performa timnya.
Sebenarnya dari tiga yang telah dimainkan Barca pada kompetesi Liga Spanyol musim 2025/26, Flick mencermati fenemona yang merusak pola dan sistem permainan tim yang sudah terbangun musim lalu.
Mulai dari intensitas permainan tim yang tak terjaga hingga 90 menit, permainan individual yang mengesampingkan tim, hingga sistem permainan menerapkan garis tinggi untuk bek yang sudah mulai dideteksi kelemahannya oleh lawan.
Kompetesi Liga Spanyol musim ini bisa berlangsung seru. Real Madrid sudah berbenah. Pembenahan itu mulai nampak. Tiga kemenangan dari tiga laga dan hanya satu kebobolan menjadi wajah baru Madrid di tangan pelatih baru, Xabi Alonso.
Dengan ini, upaya Barca mempertahankan trofi Liga Spanyol tak gampang. Barca harus mempertahankan performa musim lalu, sekaligus membenahi lini belakang yang menjadi salah satu isu dan terlihat sudah terbaca baik oleh lawan musim ini.
Lamine Yamal tetap menjadi pemain penting. Pemberian nomor punggung 10 yang nota bene pernah dikenakan Messi lebih dari satu dekada menjadi wajah tanggung jawab yang mesti dipikul oleh Yamal.
Kontribusinya dari 3 laga yang telah berlangsung cukup membantu Barca. Robert Lewandowski mulai mendapat tempat kedua. Flick berani memberikan Ferran Torres sebagai striker di lini depan.
Lalu, Raphinha tetap menjadi andalan Flick. Namun, situasi Raphinha tak boleh dipandang sebelah mata. Pemain yang menunjukkan performa terbaiknya pada musim lalu dengan kontribusi 18 gol dan 9 asis di Liga Spanyol sudah mendapatkan tempat di tengah suporter Barca.
Bahkan pemain asal Brasil itu membuktikan kualitasnya sebagai salah satu penyerang terbaik. Di tangan Flick, Raphinha yang biasa dimainkan sebagai penyerang sayap kiri dan kadang dimainkan pada sektor penyerang bernomor 10 tampil sangat impresif.
Namun, langkah Barca pada bursa transfer pemain musim ini secara tak langsung membahasakan "ketidakpuasan" Barca pada Raphinha.
Pada bursa transfer musim panas lalu, Barca kembali mengejar Nico Williams. Namun, upaya Barca itu mentok lantaran Williams yang awalnya sudah mengiakan untuk pindah ke Barca malah memilih untuk memperpanjang kontraknya dnegan Athletic Bilbao.
Sekadar catatan bahwa Williams juga ditargetkan Barca pada tahun 2024. Namun, upaya itu gagal lantaran Athletic Bilbao mencantumkan harga tinggi untuk pemain asal Spanyol tersebut. Upaya Barca untuk mendapatkan Williams seperti mau meniru gaya permainan Spanyol yang mana duet Yamal dan Williams menjadi wajah permainan Timnas Spanyol.
Di balik langkah Barca di tahun 2024 itu, ada suporter Barca yang secara terang-terangan menuliskan nama Williams pada nomor punggung yang dipakai oleh Raphinha. Makanya, nama Raphinha menjadi santer untuk keluar dari Barca jika Williams berhasil didapatkan. Namun, negosiasi tak sampai pada kata sepakat.
Pada tahun 2025 ini, Barca kembali berupaya mendapatkan Williams. Negosiasi hampir saja tercapai. Namun, gegara ketidakpastian untuk didaftarkan pada skuad utama di Liga Spanyol musim ini, Williams lebih memilih untuk bertahan dengan Athletic Bilbao.
Langkah Barca itu seperti mengeyampingkan peran Raphina. Negosiasi pada tahun 2024 antara Barca dan Williams masih bisa sangat dipahami lantaran ketidakkonsisten Raphinha sejak bergabung dari Leeds United.
Akan tetapi, setelah gagal mendapatkan Williams, Raphinha tampil pada level terbaik. Berkat performanya tersebut, Raphinha masuk dalam lima besar untuk mengangkat trofi Ballon d'Or tahun 2025 ini. Untuk itu, langkah Barca untuk kembali menggaet Williams secara tak langsung mengeyampingkan peran Raphinha.
Bagaimana pun, Raphinha tampil cukup impresif saat bermain di sektor sayap kiri. Penetrasi yang dibarengi dengan kecepatannya dalam melewati pemain lawan menjadi salah satu hal yang membuat sistem permainan serangan balik Barca sulit untuk dibendung.
Tak elak, Raphinha beberapa kali menjadi aktor pembeda dari hasil positif yang diraih Barca. Termasuk dari gol-gol yang dibuat untuk membalikkan keadaan.
Situasi itu sangat diharapkan Barca pada musim ini. Peran Raphinha memang belum redup. Raphinha sudah menciptakan 1 gol dan 1 asis dari 3 laga yang telah dimainkan.
Namun, upaya Barca untuk mendapatkan Williams dan juga Luis Diaz dari Liverpool membahasakan bahwa Barca belum sepenuhnya satu hati dengan Raphinha. Seyogianya Barca mencari pelapis yang lebih muda agar bisa menjadi bagian regenerasi permainan tim, dan bukannya pemain yang sudah terbilang produk jadi.
Perekrutan Rashford tak bermasalah. Pemain asal Inggris sementara tampil di bawah standar terbaik di Manchester United. Lalu, Rashford juga bisa dimainkan pada posisi sebagai penyerang tengah. Secara kasat mata, kehadiran Rashford tak begitu mempengaruhi tempat Raphinha.
Langkah Barca di bursa transfer pemain secara tak langsung mempengaruhi mentalitas pemain. Akibatnya intensitas permainan tim menjadi terganggu dan pemain tampil individual untuk membuktikan lebih jauh kualitasnya. Menjadi persoalan lanjut tatkala hal itu malah merusak sistem permainan tim.
Tiga laga yang sudah dimainkan Barca pada musim ini menjadi alarm kecil bagi Flick. Pola permainan yang sudah dibangunnya mendapatkan gesekan ringan sehingga meraih poin penuh dalam satu laga menjadi sulit. Untuk itu, Flick perlu mengembalikan sistem permainan yang luntur itu sembari membangun mentalitas pemain untuk tampil sebagai tim.
Â
Salam Bola
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI