Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sistem Xabi Alonso, Kewaspadaan untuk Barcelona, dan Efek Kekalahan dari PSG

4 September 2025   07:51 Diperbarui: 5 September 2025   14:11 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Real Madrid merayakan gol yang dicetak Arda Guler. (Foto: Thomas Coex/AFP via Kompas.com)


Tim asal ibukota Spanyol, Real Madrid menyapu bersih tiga kemenangan dari tiga laga di musim 2024/25. Sebelum jeda internasional, Madrid sudah mengoleksi 9 poin. Untuk sementara Madrid bercokol di puncak klasemen sementara Liga Spanyol musim ini.

Sementara itu, Barca harus puas duduk di tempat ke-4. Dari tiga laga yang telah dimainkan, rival abadi Madrid tersebut hanya mengoleksi 7 poin. Pada laga terakhir sebelum jeda internasional di kandang Rayo Vallecano (1-1), Barca harus puas membawa pulang 1 poin.

 

Performa Madrid, Kewaspadaan Barca

Salah satu pertanyaan yang mencuat di awal pembukaan Liga Spanyol adalah apakah Barca mampu mempertahankan trofi Liga Spanyol?

Pada satu sisi, barangkali ada yang menjawab jika Barca mampu mempertahankan trofi tersebut apabila menimbang skuad Barca dan keberadaan Hansi Flick sebagai pelatih.

Kehadiran Flick memberikan efek instan pada performa Barca. Dalam kurun waktu semusim, pelatih asal Jerman itu langsung mempersembahkan kepada Barca treble di level domestik. Padahal, Flick mewarisi skuad peninggalan Xavi Hernandes, pelatih sebelumnya.

Oleh sebab itu, dengan mengandalkan skuad yang sudah terasah di tangan Flick dalam satu musim terakhir, tak berlebihan jika menilai Barca akan mampu mempertahankan trofi Liga Spanyol musim ini.

Namun, di sisi lain, keraguan pada kapasitas Barca mempertahankan trofi perlu diragukan. Pembenahan Madrid tak boleh dipandang sebelah mata. Dengan merekrut Xabi Alonso sebagai pelatih baru menggantikan Carlo Ancelotti, Madrid berupaya untuk membangun sistem yang baru.

Upaya Madrid itu dibarengi dengan pembenahan skuad. Lini yang dinilai sebagai biang kelemahan Madrid musim lalu diperkuat. Tak tanggung-tanggung, tim yang sudah menjuarai 15 kali Liga Champions tersebut mendatangkan 3 bek baru. Sejauh ini, 3 bek baru tersebut menjadi pemain regular Xabi.

Pembenahan di sektor belakang berbuah manis. Selain baru kebobolan 1 gol, ancaman ke gawang Madrid pun makin tipis. Bahkan, Madrid mengulangi rekor Pep Guardiola sewaktu masih melatih Barca, di mana tembakan ke gawang dari 3 laga perdana hanya berjumlah 17 kali.

Itu berarti bahwa kesolidan lini belakang Madrid sudah mulai terbangun. Xabi tak main-main dalam membenahinya. Oleh karena itu, hal itu bisa menjadi kewaspadaan bagi Barca dalam upayanya mempertahankan trofi Liga Spanyol pada musim ini. Jalan Barca tampak terjal untuk kembali mengulangi kesuksesan musim lalu.

Ditambah lagi, dari tiga laga terakhir, Flick terlihat rada ragu bercampur geram dengan performa anak-anak asuhnya. Di laga perdana di mana Barca bermain kontra Mallorca yang sudah kehilangan 2 pemain pada babak kedua gagal mempertahankan level intensitasnya. Flick marah lantaran para pemain seolah mengendurkan intensitas permainan.

Bahkan, Flick mendasarkan kemarahannya pada nasib tim yang pernah dilatihnya, Bayern Muenchen. Setelah satu musim meraih 6 trofi, termasuk Liga Champions, pada musim berikutnya Muenchen tampil melempem. Hanya satu trofi yang masuk kabinet Muenchen.

Pengalaman dari Munchen itu peringatan bagi Barca yang tampil impresif musim lalu dengan meraih 3 trofi. Jangan sampai euforia musim lalu melemahkan mentalitas permainan tim.

Begitu pula, pada pekan ke-3 lanjutan Liga Spanyol musim 2025/26. Flick kecewa lantaran para pemainnya tampil lebih individual daripada bermain sebagai tim. Kekompakn tim hilang. Para pemain lebih banyak kehilangan bola.

Terang saja, Flick mewanti-wanti bahwa peluang untuk mempertahankan juara akan menjadi sulit jika tim mengabaikan kerja sama tim.

Di sini, secara tak langsung Barca sementara menghadapi situasi yang belum stabil dari segi mental. Akibatnya, pola permainan tak teratur. Para pemain lebih banyak kehilangan bola. Belum lagi, upaya pemain tertentu yang mau mengedankan permainan individual daripada permainan tim.

Berbeda dengan sistem kerja Xabi di Madrid. Xabi sangat menekankan permainan tim. Kendati permainan tim menjadi acuan, Xabi tak ragu untuk menjadikan beberapa pemain sebagai pilar dari sistemnya. Misalnya saja, Arda Guler sebagai jenderal permainan di lini tengah Madrid.

Tak pelak, pemain asal Turki itu tampil impresif di tangan Xabi. Selain menjadi motor permainan di lini tengah, pemain yang sudah mencetak 1 gol dan 1 asis dari 3 tiga laga itu menjadi pemain yang sulit dibangkucadangkan.

Sementara itu, Vinicius jr sudah sempat dibangkucadangkan. Namun, Guler selalu tampil sejak menit pertama. Begitu pula dengan bek muda yang dibeli Madrid dari Bournemouth, Dean Huijsen. Huijsen tak tergantikan di lini belakang. Selalu tampil penuh.

Sejauh ini, Xabi hanya menggantikan tandem dari pemain berketurunan Belanda tersebut. Pergantian tandem itu bisa jadi menjadi upaya Xabi untuk menemukan sosok yang tepat untuk menemani Huijsen di jantung pertahanan Madrid. Pada laga terakhir Huijsen ditandemkan dengan bek asal Brasil, E. Militao. Dalam laga-laga sebelumnya, Huijsen ditandemkan dengan A. Rudiger.

Langkah itu membuat sistem kerja Xabi menjadi berjalan. Di lini belakang, Xabi menjadikan Huijsen sebagai komando tetap. Tentu saja, pilihan itu berdasarkan pada kualitas yang konsisten ditampilkan oleh Huijsen sejak bergabung dengan Madrid.

Lalu, F. Valverde mengontrol sektor gelandang jangkar. Pergerakan pemain timnas Uruguay itu lebih pada mengontrol area tengah, menjadi penghubung sektor bek dan lini depan dan juga memotong serangan lawan. Dengan ini, pemain yang dipilih sebagai kapten tim itu sudah tak lebih banyak dalam urusan mengancam gawang lawan.

Tugas itu pun jatuh kepada Arda Guler. Guler selain mengontrol area tengah dan mengatur serangan, sesekali menjadi pemain bernomor 10 di belakang Kylian Mbappe. Xabi memberikan peran bebas kepada Guler di sektor gelandang serang.

Makanya, Xabi tak ragu memberikan instruksi kepada para pemain untuk selalu mencari Guler saat mendapatkan bola. Sekadar catatan, gol pertama Guler musim ini tercipta berkat asis Huijsen dari lini belakang. Itu menandakan bahwa koneksi antara pemain penting ala Xabi tak bisa dipandang sebelah mata.

Efek lanjutnya bahwa Barca perlu mewaspadai sistem kerja yang sementara dibangun Xabi pada musim. Sistem itu tak hanya mengandalkan kualitas individual semata, tetapi dengan taktik dan strategi. Para pemain tak hanya mengedepankan kualitas individual, tetapi juga pengetahuan untuk melihat posisi dalam strategi permainan tim.

Apabila itu terus terbangun, Madrid terlihat sulit untuk ditundukkan. Itu pun menjadi ancaman Barca yang mulai menghadapi ketakstabilan lantaran ketidakdisiplinan dalam mengikuti taktik pelatih dan juga soal individualitas permainan tim.

Performa Madrid musim ini bertolak dari kekalahan kontra Paris Saint Germain (PSG) pada Piala Dunia Antarklub 2025 di Amerika Serikat. Kekalahan 4-0 tersebut menjadi tamparan halus bagi Xabi yang mau menunjukkan reputasinya sebagai pelatih yang pantas duduk di kursi Pelatih Madrid setelah Ancelotti.

 

Pelajaran dari Kekalahan kontra PSG

Kekalahan dari PSG, di satu sisi, memang harus diakui. Pengakuan itu bermuara pada kekuatan PSG di tangan Luis Enrique. PSG yang didominasi oleh para pemain muda datang ke Piala Dunia Antarklub sebagai juara Liga Champions musim 2024/25.

Raihan itu bukanlah keberuntungan. Akan tetapi, itu tercapai lewat kerja sama tim. Tak ada lagi penekanan pada pemain bintang. Tiap pemain mendapatkan porsi dan peran yang sama dalam permainan tim. Sebagai hasilnya, PSG tampil solid baik dalam hal serangan maupun bertahan.

Kesolidan PSG itu pun seperti menjadi hantaman bagi Xabi. Ternyata untuk membangun tim yang solid, Madrid harus berbenah.

Salah satu sisi yang terbaca dari performa Madrid adalah permainan kolektif yang tak begitu kentara. Para pemain bintang lebih mau menonjolkan diri daripada bermain sebagai tim. Akibatnya, taktik permainan tim tak berkerja efesien.

Terang saja, kekalahan dari PSG membuat Xabi melahirkan ultimatum keras. Pemain yang tak mengikuti taktik tim bisa berada di bangku cadangan. Oleh karena itu, setiap kali ditanyakan kepada pelatih asal Spanyol tersebut tentang pemain penting yang tak dilibatkan dalam permainan tim, Xabi selalu beralasan jika itu bagian dari sisi teknis tim.

Jawaban dari Xabi itu sebenarnya menunjukkan bahwa dia tak ragu untuk membangkucadangkan para pemain yang tak mau bermain seturut taktik tim. Walaupun, itu harus mengorbankan nama besar seperti Vinicius jr, A. Rudiger hingga bek muda Ascensio.

Kekalahan dari PSG menjadi pelajaran berharga bagi Xabi dalam mengevaluasi kinerja permainan timnya. Pelajaran itu sudah mulai berbuah lewat performa Madrid musim ini di Liga Spanyol.

9 poin sudah berhasil diraih. Madrid untuk sementara berada di puncak. Posisi itu terlahir berkat kemenangan 100 persen dari 3 laga yang telah dimainkan. Menariknya, Madrid baru kebobolan 1 gol sejauh ini. Itu menandakan bahwa lini belakang yang menjadi persoalan musim lalu sudah disulam dengan pembelian pemain yang tepat.

Performa Madrid musim ini patut menjadi kewaspadaan bagi Barca yang mau mempertahankan trofi Liga Spanyol. Efek lebih luasnya bahwa jangan mencoret Madrid dari daftar tim yang bersaing ketat untuk meraih trofi Liga Champions musim ini. Selain karena faktor tradisi, juga sentuhan Xabi tak boleh dipandang sebelah mata.

 

Salam Bola

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun