Pada musim 2024/25 klub raksasa asal ibukota Spanyol, Real Madrid harus gigit jari. Pasalnya, Madrid harus mengakhiri musim kompetesi tanpa satu pun gelar.
Menjadi cukup menyakitkan ketika rival abadi, Barcelona meraih treble dengan menyapu bersih trofi di level domestik, yakni Piala Super Spanyol, Copa del Rey, dan La Liga Spanyol. Menariknya, tiga trofi dipastikan masuk kabinet "Blaugrana" setelah mengalahkan Madrid.
Terang saja, kegagalan Madrid musim ini berujung pada kata akhir pada Pelatih Carlo Ancelotti. Pelatih veteran asal Italia itu harus angkat kaki dari Madrid sebagai bagian dari jalan baru Madrid dalam melakukan pembenahan.
Ancelotti digantikan oleh Xabi Alonso. Pelatih berusia 43 tahun itu datang dari Bayer Leverkusen dengan catatan yang cukup mengkilap, terlebih khusus pada musim lalu.
Alonso yang merupakan mantan pemain Madrid langsung tancap gas dalam mempersiapkan timnya, termasuk dalam menghadapi turnamen Piala Dunia antar klub.
Salah satu agenda yang disoroti oleh Alonso adalah lini belakang. Persoalan cedera yang menimpa pemain seperti Dani Carvajal, Eder Militao dan David Alaba di lini belakang membuat Ancelotti harus menarik mundur beberapa gelandang guna menjadi bek.
Upaya Ancelotti itu tak menjawabi persoalan dari kekurangan bek. Juga, bek pelapis sepertinya tak menjadi alternatif pas untuk mengisi lubang yang ditinggalkan.
Lini belakang menjadi salah satu isu yang membuat performa Madrid tak konsisten pada musim 2024/25 ini. Bahkan, persoalan lini belakang tersebut membuat Barca mampu memenangkan 4 kali El Clasico dengan margin skor yang terbilang besar.
Oleh sebab itu, perekrutan bek menjadi salah satu opsi pertama dari proyek Xabi sebagai pelatih "Los Blancos". Adalah bek yang bermain dengan Bournemouth, Dean Huijsen menjadi salah satu bagian dari rencana pembenahan Alonso di lini belakang Madrid.
Sebelumnya Madrid sudah mendapatkan tanda tangan secara gratis bek asal Inggris dari Liverpool, Alexander-Arnold Trent. Kabarnya, setelah mendapatkan tanda tangan Huijsen, Madrid juga mengincar bek kiri, Alvaro Carreras yang berseragam klub Benfica, Portugal.
Huijsen biasanya beroperasi di bek tengah. Huijsen sebenarnya terlahir di Belanda tetapi lebih memilih membela Timnas Spanyol lantaran kedekatannya sewaktu keluarganya pindah ke Spanyol.
Berkat performa apiknya bersama Bournemouth pada musim ini, Huijsen ikut dipanggil masuk ke Timnas Spanyol pada bulan Maret lalu.
Rekam jejak karirnya bermula dari Malaga sebelum bergabung dengan Juventus pada tahun 2021. Perkembangan karirnya di Juventus tak begitu mulus. Huijsen kerap menghuni bangku cadangan. Huijsen yang tak begitu dipedulikan Juve sempat dipinjamkan ke AS Roma di tahun 2024.
Dalam masa peminjaman tersebut, Huijsen mulai menemukan titik terang dari karirnya sebagai pesepakbola profesional. Adalah Jose Mourinho, pelatih AS Roma kala itu memberikan debut bagi Huijsen dengan Roma.
Akan tetapi, sekembali dari masa peminjaman dari Roma tersebut, Huijsen masih sulit mendapatkan tempat utama dalam kepelatihan Thiago Motta yang nota bene baru bergabung dengan Juve.
Masa peminjamnya seperti tak menjadi jaminan mendapatkan tempat utama di Juve. Lagi-lagi, Huijsen diabaikan. Alhasil, pemain berusia 20 tahun itu dilego dengan harga 15 juta euro ke Bournemouth.
Tak butuh waktu lama bagi Huijsen membuktikan kualitasnya. Konsistensi bersama Bournemouth menjadikannya masuk nominasi pemain muda terbaik di Liga Inggris pada musim 2024/25.
Efek lebih lanjutnya adalah Madrid harus merogoh saku lebih dalam guna mendatangkan Huijsen ke Madrid.
Kabarnya, harga yang harus dikeluarkan Madrid sebesar 58 juta euro melampaui harga yang dikeluarkan Madrid saat membeli Eder Militao. Harga itu akan menjadikan Huijsen sebagai bek termahal dalam sejarah Madrid. Durasi kontraknya pun terjadi hingga 30 Juni 2030.
Huijsen akan menjadi bagian dari proyek awal Alonso bersama Madrid. Bagaimana pun, warisan lini belakang Madrid yang rapuh perlu mendapatkan pembenahan. Salah satunya adalah lewat pembelian pemain.
Keuntungan dari Huijsen adalah masih berusia muda. Usianya itu bisa menjadi investasi jangka panjang bagi Madrid. Lebih jauh, itu bisa menguatkan proyek Xabi yang harus membangun skuad untuk bersaing dan mematahkan Barcelona di level domestik.
Xabi sudah mengenal iklim sepak bola Spanyol dengan baik, termasuk Madrid. Berkat pengalamannya dari Jerman dan segudang pengalaman sebagai pemain di klub-klub besar seperti Liverpool, Madrid dan Bayern Muenchen, Xabi pasti membangun proyek yang membuat Madrid menjadi tim yang disegani.
Untuk mencapai level tersebut, perekrutan Huijsan terbilang langkah yang tepat. Pasalnya, persoalan lini belakang menjadi salah satu masalah dan kendala yang menghambat laju konsistensi permainan Madrid selama satu musim.
Huijsen yang pernah tak dipedulikan oleh Juve menjadi bagian awal dari proyek era Xabi Alonso di Madrid. Optimisme berada di pundak Huijsen lantaran sudah kenal iklim sepak bola Spanyol dan juga sudah menjadi bagian dari Timnas Spanyol.
Â
Salam Bola
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI