Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Caranya Kios agar Tak Kalah Saing dengan Minimarket

1 November 2023   17:44 Diperbarui: 3 November 2023   20:20 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kios. Foto: Kompas.com/Wasting Samaria Simangunsong

Setelah empat tahun tak kembali ke kampung halaman di Ruteng, Flores, saya menemukan banyak perubahan yang telah terjadi. Mulai dari pembenahan infrastruktur yang berjalan masif sampai keberadaan pelbagai macam minimarket yang biasanya hanya ditemui di kota-kota besar seperti di Bali atau di Jawa.

Terlihat bahwa warga lokal juga tak ketinggalan mengubah tempat usaha mereka serupa dengan minimarket yang franchise-nya dari pulau Jawa. Kendati demikian, faktor nama besar sebuah minimarket kadang lebih menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

Tentu saja, kehadiran minimarket di tempat saya berdampak pada usaha kecil masyarakat. Kios-kios kecil harus tunduk pada minimarket dan berujung pada penutupan.

Namun, hal itu ternyata tak berlaku untuk semua jenis kios. Ada kios atau warung yang kelihatannya tahan banting dan bahkan tak kalah saing dengan minimarket.

Contohnya, kios yang terletak dekat rumah kami. Kios Bambas, demikian nama yang dikenal oleh masyarakat di sini.


Kios itu tak begitu besar. Pelayanan masih konvensional yang mana pembeli bertanya kepada penjual dan bukannya seperti di minimarket di mana pembeli mempunyai keleluasaan untuk mengambil barang dan kemudian membayarnya ke cashier.

Kios ini sukses menjalankan bisnisnya. Pelanggannya tak sedikit. Dari observasi pribadi selama dua bulan dan menanyakan kepada pembeli, saya menemukan tiga kekuatan di balik kesuksesan kios itu bisa bertahan di tengah gempuran beberapa minimarket yang berdiri di sekitar lingkungan kami.

Pertama, tidak ada permainan harga dan ketersediaan barang.

Salah satu alasan yang saya jumpai adalah harga di kios itu yang persis sama dengan harga minimarket dan di toko. Bahkan, ada barang yang harganya jauh lebih murah daripada di minimarket. Karena ini, pembeli lebih memilih kios itu daripada pergi ke minimarket yang jaraknya relatif jauh atau juga pergi ke area pertokoan.

Selain itu, penjual tidak bermain harga. Dalam arti, ketika pembeli datang, si pemiliknya langsung memastikan harganya tanpa terkesan menduga-duganya.

Kadang kala, pembeli enggan berbelanja ke kios karena perubahan harga yang cepat. Penjual terkesan tak pasti dan menaikan harga ketika melihat si pembeli sangat membutuhkan barang yang diinginkan.

Selain harga, juga faktor lain adalah ketersediaan barang. Kios itu hampir tersedia semua barang kebutuhan pokok yang diinginkan oleh rumah tangga. 

Ketika pembeli tahu ketersediaan barang di kios itu, ada kepastian untuk dikunjungi oleh pembeli. Si pemilik kios juga memberikan referensi jika ada orang lain membutuhkan barang yang sama.

Kedua, penjual mengenal para pembeli dengan baik.

Salah satu hal yang menarik dari kios itu adalah kemampuan pemiliknya mengenal konsumen dan pembeli yang datang. Umumnya, pembeli yang datang adalah tetangga yang berasal dari lingkungan sekitar kios itu. Jadinya, si penjual gampang menghafal nama mereka dan menyapa mereka dengan menyebutkan nama mereka saat datang membeli.

Hal itu terjadi karena faktor keseringan pembeli datang ke tempatnya. Juga, hal itu dipengaruhi oleh kemampuan si penjual berkomunikasi dengan pembeli. 

Menariknya, komunikasi itu bukan saja soal bisnis tetapi juga soal urusan pribadi. Tak elak, penjual yang sebenarnya datang dan berasal dari luar kota itu dikenal dengan baik.

Ketiga, jujur dan ramah dengan pembeli.

Bersikap jujur menjadi salah satu fondasi kuat dalam berbisnis. Hal yang sama dilakukan oleh kios yang berada di lingkungan kami.

Suatu kali, keponakan saya membeli gula di kios itu. Karena terburu-buru, keponakan saya mengambil gulanya dan lupa mengambil uang kembalian. Lantas, ayahnya pergi kembali ke kios itu dan menanyakan perihal uang kembalian.

Tanpa ragu, si pemilik kios mengembalikan uang sisa dan menjelaskan bahwa keponakan saya lupa mengambilnya. Ternyata, hal yang hampir sama juga terjadi dengan pembeli lain. 

Selain jujur, bersikap ramah juga menjadi landasan kuat dari kios. Saya kira kelebihan dari minimarket adalah ketika cashier yang biasanya berada di pintu depan selalu menyapa pembeli yang datang atau saat pembeli yang selesai membayar barangnya. 

Mereka menyampaikan selamat datang ke pembeli dan berterima kasih setelah selesai bertransaksi di cashier. Itu juga mereka lakukan sambil tersenyum ke pembeli. Sikap itu membuat siapa saja yang datang menjadi nyaman.

Hal itu dipraktikan oleh penjual di kios di lingkungan kami di sini. Setiap ada pembeli yang datang dengan sapaan khas dalam bahasa daerah, si pemiliknya menyapa siapa saja yang datang atau mempersilahkan mereka masuk.

Sama halnya ketika barang yang dicari tidak ada. Si penjual tak menuntut pembeli untuk mengambil barang berbeda yang bermerek sama. Akan tetapi, si penjual coba mengarahkan si pembeli ke tempat yang berbeda.

Kejujuran dan keramahan membuat pembeli merasa nyaman dan tak ragu untuk datang kembeli ke tempat itu.

Warung-warung kecil atau kios kadang tertantang oleh perkembangan minimarket. Kalau tidak ada strategi dalam berjualan, nasibnya bisa berakhir. Untuk itu, kita perlu belajar dari warung kecil yang berada tetap eksis walaupun dihimpit oleh perkembangan minimarket.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun