Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berita Bohong tentang Cristiano Ronaldo dan Kekaburan dari Motif Ferdy Sambo

18 Agustus 2022   06:30 Diperbarui: 18 Agustus 2022   06:37 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cristiano Ronaldo. Foto: AFP/Lindsey Parnaby via Kompas.com

Peran media massa sangatlah tak terbantahkan. Di tengah arus perkembangan internet saat ini, pelbagai media pemberitaan berjamuran seperti di musim hujan.

Akibatnya bermacam-macam. Salah satunya soal kebenaran atau pun obyektivitas dari sebuah berita. 

Pasalnya, tak jarang terjadi satu kejadian atau peristiwa yang satu dan sama, namun hal itu dikupas dari pelbagai sisi yang berbeda. 

Tak masalah apabila apa yang dikupas itu merupakan hasil pengolahan data yang akurat, lewat wawancara dengan narasumber yang merupakan sakis peristiwa dan bisa terpercaya, atau pun berdasarkan fakta-fakta yang terjadi. 

Menjadi persoalan apabila berita-berita itu hanyalah spekulasi atau pun buah dari tafsiran-tafsiran dari sebuah peristiwa dan kata-kata dari orang-orang tertentu. 

Akibat lanjutnya, bukan fakta yang benar yang terangkat ke permukaan, tetapi berita-berita bohong. 

Tantangannya ketika masyarakat terjebak pada berita-berita bohong itu. Karena begitu kuat mengonsumsi berita-berita bohong yang berseberan, jadinya masyarakat menilai apa yang diberitakan adalah kebenaran yang sesungguhnya. 

Mega bintang Cristiano Ronaldo agak geram dengan pemberitaan media tentang dirinya, nasibnya di Manchester United, dan segala peristiwa yang berkaitan dengan dirinya pada beberapa bulan terakhir ini.

Melansir berita dari Goal.com (17/8(), Ronaldo menyatakan bahwa media  mengatakan kebohongan.

Menurutnya, dia memiliki catatan, dalam pada beberapa bulan terakhir ini dari 100 berita tentang dirinya, hanya 5 berita yang benar. Artinya, 95 berita lain berisi kebohongan.

Persentasinya cukup besar. Bukan tak mungkin, karena begitu besar berita yang tersebar, pikiran pembaca juga terjebak pada pola pikir yang salah.

Hal yang sama juga dengan berita motif pembunuhan Brigadir J yang direncanakan dan dilakukan oleh Irjen Ferdy Sambo. 

Beberapa pekan terakhir media di tanah air gencar memberitakan kasus kematian Brigadir J. Ketika Irjen FS sudah dinyatakan sebagai tersangka, hal selanjutnya yang dinantikan adalah motif dari pelakuk.

Sejauh ini, tak ada motif yang pasti dan jelas keluar dari penyidik. 

Umumnya yang keluar di media adalah kata-kata dari orang-orang penting yang menyelediki dan mempunyai informasi kuat tentang kasus ini. Namun, kata-kata mereka masih penuh klise dan mengundang pelbagai macam tafsiran.

Misalnya, Irjen FS sendiri mengakui bahwa apa yang dilakukannya itu terjaddi karena Brigadir J telah melukai harkat dan martabat keluarganya. 

Sementara itu, Menko Pohulkam juga menyatakan bahwa motif kasus pembunuhan itu lebih cocok untuk dibicarakan dengan orang dewasa. 

Apa yang tersampaikan itu tak memberikan penjelasan tentang motif yang sesungguhnya. Akibatnya, banyak pihak yang bertanya-tanya dan mengupas apa yang tersampaikan itu. 

Menjadi tantangan ketika apa yang ditafsir dan diolah itu berdasarkan tafsiran lepas atau pun tafsiran pribadi. Jadinya, motif sesungguhnya yang belum terungkap secara terang bederang bisa menjadi kabur, dan yang muncul adalah opini baru, namun sangat melenceng jauh dari apa yang sesungguhnya terjadi. 

Di tengah situasi seperti ini, sebenarnya kita perlu merem diri untuk tak berspekulasi liar tentang sebuah peristiwa. Agar tak berspekulasi tanpa data, sebaiknya kita menantikan apa yang disampaikan oleh pihak-pihak yang terlibat, seperti pelaku, penyidik, dan para saksi. 

Lebih jauh, kita juga menantikan penyelidikan yang memang harus terbebaskan dari kepentingan tertentu. 

Media massa, memang, mempunyai dampak yang sangat kuat dalam membentuk opini publik. Persoalannya, ketika pemberitaan media itu menjebloskan seseorang dengan berita-berita bohong, seperti yang dialami oleh pemain MU, Cristiano Ronaldo.

Atau juga, hal itu mengaburkan sebuah motif sebuah kasus atau juga menciptkan motif kasus baru yang tercipta karena interpretasi tanpa kejelasan data. 

Pada titik ini, kita perlu bersikap bijak dan kritis dalam mengonsumsi setiap pemberitaan di media massa. Tak semua pemberitaan menyampaikan kebenaran yang akurat dan terpercaya.

Sikap bijak dan kritis itu muncul ketika kita selalu mempertanyakan kebenaran dari apa yang tersampaikan. Tak mudah percaya atau pun meyakini sebuah yang diberitakan karena faktor perasaan semata.

Cristiano Ronaldo barangkali kecewa karena banyak pemberitaan bohongg tentang dirinya. Rencananya, dalam waktu dekat, pemain asal Portugal ini melakukan wawancara dan memberikan klarifikasi dengan apa yang terjadi.

Sementara itu, kasus Brigadir J masih dalam proses penyelidikan. Motif mungkin belum seratus persen terungkap ke tim khusus yang menyidik kasus ini. 

Alih-alih berspekulasi tanpa data yang kuat dan meyakini setiap pemberitaan, lebih baik melihat dan mengawal  proses yang sementara dilakukan oleh pihak kepolisian dengan kaca mata yang jeli, kritis, dan bijak.

Salam 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun