Agresi militer yang dilancarkan oleh militer Rusia di Ukraina memantik pelbagai reaksi di seluruh dunia. Pemimpin Umat Katolik, Paus Fransiskus, kabarnya sudah mengontak Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky guna memberikan dukungan dan peneguhan.
Tak sampai di situ. Paus Fransiskus juga menyerukan ke semua umat Katolik di seluruh dunia untuk menjadikan hari Rabu Abu tanggal 2 Maret ini sebagai hari untuk puasa dan berdoa.Â
Sebagai catatan ringkas, hari Rabu Abu merupakan awal dari puasa dan pantang atau lebih dikenal dengan masa prapaskah untuk umat Katolik sebelum merayakan Paskah.Â
Selain dari pimpinan agama, seperti Paus Fransiskus, beberapa kepala negara di beberapa tempat sudah menyampaikan simpati kepada Ukraina dan berharap agar Rusia segera mengakhiri agresi militernya.Â
Suara-suara ini menggarisbawahi bahwa konflik ataupun perang bersenjata bukanlah situasi yang tak boleh ditolerir begitu saja. Apalagi kita sudah masuk masa, di mana era globalisasi makin menguat.
Dalam era globalisasi, batas negara hanya terlihat seperti di atas peta karena relasi antara satu sama lain makin dekat. Ruang media sosial memungkinkan setiap orang berelasi tanpa batas dan sekat yang jelas.Â
Kemajuan transportasi memungkinkan setiap orang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Jarak tempuh terasa makin singkat.
Pada titik ini, seharusnya kita lebih peduli pada situasi bumi sebagai rumah bersama. Pandemi Korona yang belum usai mesti menjadi kepedulian bersama. Persoalan pemanasan global yang menghantui bumi sebagai rumah bersama mesti menjadi perhatian kita.Â
Maka dari itu, konflik bersenjata sekiranya tak terjadi. Lebih baik, kita memikirkan bagaimana hidup bersama dalam satu rumah yang satu dan sama, yakni bumi.Â
Kendati demikian, cukup mengherankan ketika tak sedikit orang yang tak mau peduli dengan konflik antara Ukraina dan Rusia. Bahkan ada yang secara enteng saja menilai bahwa konflik itu terjadi di tempat yang begitu jauh darinya.Â