Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jangan Anggap Sepele dari Efek Memarahi Anak di Depan Publik

14 Oktober 2021   20:01 Diperbarui: 16 Oktober 2021   02:00 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Luka batin terjadi karena pengalaman-pengalaman menyakitkan dari masa lalu. Salah satu pengalaman itu berupa dimarahi di depan umum.

Saya pernah mempunyai luka batin sewaktu masih kelas 1 SMP. Bukan dengan orangtua, tetapi dengan guru. Gara-gara keributan yang terjadi di kelas. Bukannya teman yang menyebabkan keributan yang dipanggil, tetapi saya yang berlaku sebagai ketua kelas.

Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat ke pipi. Sempat mengeluarkan air mata. Bukan rasa sakit yang membuat batin terluka, tetapi peristiwa itu terjadi di depan teman-teman yang lain.

Karena peristiwa itu, saya sulit menjadi sulit memaafkan guru itu. Luka batin mengusai pikiran hingga kadang merasa sakit hati membayangkan wajah dari guru tersebut.

Sama halnya, ketika orangtua memarahi seorang anak di depan anak. Barangkali tujuannya untuk membetulkan masalah yang terjadi. Persoalannya, jika kemarahan itu tidak menyelesaikan masalah sama sekali, tetapi hanya menghadirkan luka batin bagi anak.

Jadi, perlu hindari diri dalam meluapkan kemarahan di depan umum. Kontrol diri atau juga mencari tempat dan waktu yang tepat untuk meluapkan kemarahan. Tujuannya, bukan saja menyelesaikan masalah, tetapi menjaga batin anak dari efek negatif.

Pendidikan anak membutuhkan kehati-hatian. Salah satunya adalah upaya orangtua menghindari diri dalam meluapkan kemarahan kepada anak di depan umum. Tujuannya demi perkembangan mentalitas anak ke arah yang lebih baik.

Salam  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun