Akan tetapi, itu hanyalah masa lalu. Arsenal saat ini gampang ditaklukan. Hasilnya bisa dilihat musim 2020/21.
Arsenal terlempar keluar dari empat besar. Kalah dari West Ham dan Leicester City.
Bahkan musim depan, Arsenal tidak berlaga di kompetesi Eropa. Nasib yang cukup tragis dan mengecewakan bagi fans Arsenal.
Sama halnya dengan timnas Indonesia. Di tengah perkembangan sepak bola Vietnam, timnas Indonesia masih berupaya membangun. Namun, sampai kapan proses pembangunan timnas itu?
Ketidaksabaran suporter ada batasnya. Bahkan ketidaksabaran itu bisa berujung pada ketidaktertarikan untuk menonton setiap laga yang ditunjukkan timnas. Jadinya, suporter hanya menunggu mujizat berupa penampilan gemilang dan hasil yang positif.
Penampilan gemilang itu bisa menjadi kesempatan para penonton untuk bersatu padu. Kalau tidak, para suporter bisa terbangun dalam ruang apatis pada timnas.
Di balik kekalahan telak timnas Indonesia, timnas Italia tampil memukau di pertandingan perdana Piala Eropa 2020.
Tak tanggung-tanggung, pasukan Roberto Mancini menggasak Turki dengan skor 3-0. Italia terbilang baru bangkit di bawah jamahan Mancini semenjak Italia gagal melaju ke piala dunia 2018.
Kegagalan Italia melaju ke piala dunia 2018 merupakan pukulan hebat. Pasalnya, Italia termasuk tim yang mempunyai tradisi kuat di Piala Dunia. Liga Italia juga termasuk liga yang difavoritkan di dunia.
Akan tetapi, nasib tragis gagal tembus Piala Dunia 2018 memukul Italia. Rasanya hambar dengan absenya Italia di Piala Dunia.
Kegagalan ini tak lepas dari kondisi persepakbolaan Italia. Benih-benih pemain muda Italia masih kalah jauh dengan Belgia, Perancis, dan Inggris.