Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Mendapatkan Ketenangan Batin di Tengah Lingkungan Sosial

26 Mei 2021   19:08 Diperbarui: 26 Mei 2021   19:16 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Prasanth Inturi via Pexels.com

Ketenangan batin merupakan ideal terdalam dari kita sebagai manusia. Pelbagai cara orang berupaya mencari ketenangan batin.

Ada orang yang pindah dari agama yang satu ke agama yang lain hanya untuk mencari dan mendapatkan ketenangan batin. Ketika orang itu mendapatkan ketenangan batin di satu agama, dia pun memilih bertahan. Kalau tidak terjadi, pindah agama hingga bisa kembali ke agama yang sama menjadi hal yang mungkin.  

Ada pula orang yang harus pindah tempat kerja, tempat tinggal, hingga menepi tinggal sendirian. Semuanya ini dilakukan untuk mendapatkan ketenangan batin.

Konon, ketenangan batin kerap dinilai sebagai tanda kebahagian seseorang. Orang yang bahagia selalu membahasakan tentang batin yang tenang dan damai.

Mencapai ketenangan batin bukanlah hal yang mustahil. Siddhartha Gautama, atau lebih dikenal dengan Buddha mampu mencapai ketenangan batin dengan meninggalkan kemewahan hidup duniawi dan memilih hidup kontemplatif.

Baginya, ketenangan batin bisa tercapai ketika hidup menepi, berkontemplasi, dan melepaskan diri dari keterikatan duniawi. Bersatu dengan Sang Khalik merupakan cara terdalam untuk mencapai ketenangan batin.

Terlepas dari pengalaman Siddhartha Gautama, hemat saya, ada 3 hal sederhana untuk mencapai ketenangan batin saat berelasi dengan sesama dalam kehidupan sosial.

Kadang ada yang beranggapan bahwa ketenangan batin sulit tercapai ketika kita tinggal di sebuah komunitas. Hemat saya, hal itu bergantung pada bagaimana bersikap. Maka dari itu, 3 hal berikut bisa menjadi panduan sederhana untuk mendapatkan ketenangan batin di lingkungan sosial.

Pertama, Tidak Terlalu Ikut Campur Urusan Orang Lain

Kegelisahan kerap kali terjadi karena terlalu melihat dan peduli hidup orang lain. Terlalu terlibat pada masalah dan urusan orang lain. Urusan orang lain seolah menjadi urusan pribadi. Tidak aman kalau tidak tahu tentang hidup orang lain.

Seyogianya, kita perlu tahu antara urusan pribadi dan urusan publik. Kita hanya perlu masuk urusan publik. Sebaliknya kontrol diri untuk terlibat terlalu jauh pada urusan pribadi orang lain.

Kita bisa mencampuri urusan orang lain, ketika hal itu sudah menganggu ketertiban umum dan moralitas publik. Namun, sejauh urusan orang lain tidak mengganggu hidup kita, ketertiban umum, dan kebaikan bersama, sebaiknya kita perlu mengontrol diri.  

Kesalahan sesama bukan bahan untuk digosipi. Apalagi  direpotkan dengan prasangka-prasangka buruk.

Agar batin kita merasa tenang berada di sebuah lingkungan sosial, kita tidak perlu terlalu ikut campur urusan orang lain. Bukan berarti apatis dengan urusan orang lain. Akan tetapi, kita menjaga batin kita dari pikiran-pikiran negatif yang tak perlu. 

Pendeknya, kita perlu tahu mana urusan yang pribadi dan mana yang perlu butuh bantuan kita. Dengan ini pula, kita tidak bisa terlibat dalam semua hal yang terjadi di lingkungan sosial.

Kedua, Tak perlu Terganggu Melihat Kelebihan Orang Lain

Setiap kita mempunyai kelebihan masing-masing. Kita tidak bisa memaksakan diri untuk mempunyai kelebihan yang sama seperti yang dimiliki oleh orang lain. Karenanya, kita tidak perlu merasa tersaingi, terganggu, dan terancam melihat kelebihan sesama.

Merasa terganggu melihat kelebihan sesama selalu berbuah ketidaktenangan batin. Ketika melihat orang lain berkelebihan, perasaan tidak tenang. Ujung-ujungnya bisa muncul rasa cemburu dan iri hati.

Agar tidak terganggu dengan kelebihan orang lain, kita seyogianya mengakui kelebihan mereka. Pengakuan pada kelebihan sesama merupakan jalan agar batin kita tidak terbelenggu oleh perasaan tidak tenang. Malahan itu bisa membuat kita ikut senang karena kita bisa melihat ada orang yang mempunyai kelebihan tertentu.

Ketiga, Lebih Baik Bersyukur dengan Diri Sendiri

Bersyukur merupakan cara kita menerima apa adanya diri kita dan keadaan kita. Penerimaan diri ini bisa membebaskan kita dari pikiran negatif pada diri sendiri dan lingkungan di sekitar.

Kita menerima sebagaimana adanya diri kita. Penerimaan itu berujung pada rasa terima kasih karena apa yang kita miliki, walaupun itu berbeda dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Dengan ini, kita merasa puas dengan apa yang kita miliki tanpa terlalu peduli dengan kelebihan orang lain.

Bersyukur merupakan tanda berdamai dengan diri. Kita tidak terusik dengan kekurangan yang kita miliki. Juga, kita berupaya mengakui dan memanfaatkan kelebihan yang ada di dalam diri kita.   

Mencari ketenangan batin bisa di mana saja. Hal ini bergantung pada latihan diri kita dalam membangun disposisi diri di setiap tempat kita berada.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun