Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Begini Cara untuk Bisa Melepas Rasa Rindu karena Tidak Bisa Mudik

7 Mei 2021   21:11 Diperbarui: 7 Mei 2021   21:20 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Anna Shvets via Pexels.com

Merayakan hari raya keagamaan bersama keluarga di kampung halaman merupakan pengalaman yang cukup mendalam. Seperti ada kepenuhan dari perayaan iman yang kita rayakan dan alami. Hal itu terjadi karena kita merasakan dan membagi kisah iman bersama orang-orang terdekat.

Makanya, kita merasa situasi kita menjadi sedih dan kalut ketika kita tidak merayakan perayaan keagamaan tertentu bersama keluarga di kampung halaman. Seperti ada yang hilang sekaligus merasa ada yang kurang dari perayaan tersebut.

Tahun ini, pemerintah kembali mengeluarkan larangan untuk mudik lebaran demi membatasi penyebaran virus corona. Tentu saja, larangan ini bisa menyakitkan hati.

Kalau dihitung dengan tahun lalu, ini adalah kali keduanya sebagian besar orang tidak boleh mudik dan merayakan idul fitri di kampung bersama keluarga besar.

Seyogianya, larangan pemerintah untuk tidak mudik ini mesti dilihat dan disikapi secara positif. Poin positif paling utama adalah kita melindungi diri sendiri dan menjauhi keluarga kita di kampung dari kemungkinan terjangkit virus korona.

Maka dari itu, kita tidak boleh kalah dengan situasi. Kita perlu mencari cara agar bisa menebus rasa rindu ke kampung halaman selama merayakan hari Idul Fitri.

Pertama, Berupaya Mengirimkan Hadiah Lebaran Ke Kampung. 

Mengirim hadiah di hari raya merupakan praktis yang bisa menguatkan tali persaudaraan. Lewat hadiah yang terkirim, keberadaan kita terwakili. Juga, hadiah itu seperti menjadi representasi dari keberadaan kita.

Memang, sebuah barang atau hadiah tertentu tidak bisa mewakili secara total dari keberadaan diri kita. Akan tetapi, di tengah seruan larangan mudik, nilai sebuah hadiah itu bisa menjadi berharga. Toh, kendati tidak bisa hadir dalam perayaan bersama keluarga, paling tidak ada sesuatu yang terwakili.

Menjadi tambah menarik ketika keluarga dari kampung halaman juga mengirimkan ole-ole khas dari kampung halaman. Hal ini bisa menjadi sarana bagi yang tidak bisa pulang merasa seolah berada di kampung halaman dengan adanya barang-barang yang dikirim dari kampung halaman.

Kedua, Merayakan Hari Raya Secara Virtual.

Perkembangan media sosial saat ini memungkinkan relasi sosial yang cukup luas. Slogan klasik menyatakan bahwa "medsos telah mendekatkan yang jauh". Dengan ini, peluang untuk bertemu dan bertatap muka dengan anggota keluarga yang terpisah oleh jarak bisa terjadi.

Bahkan hal itu lebih menghemat anggaran selama hari raya. Tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi dan biaya makanan selama tinggal di kampung. Anggaran yang sama bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Semisal, membeli hadiah yang bermanfaat dan bermakna, dan kemudian dikirim ke keluarga di kampung halaman.

Lebih baik kita perlu memahami situasi yang terjadi. Pemahaman itu nampak lewat menerima kebijakan pemerintah sebagai cara untuk melindungi diri kita dan sesama kita di kampung. Karenanya, kita tidak perlu patah arang.

Cari kesempatan yang memungkinkan kita bisa bertemu. Salah satunya lewat media sosial. Bertemu dan merayakan hari raya secara virtual. Kendati berbeda dengan pertemuan langsung, paling tidak hal ini bisa menebus rasa kangen yang ada pada diri kita pada keluarga di kampung.  

Ketiga, Berdoa bagi Keluarga yang di Kampung Halaman

Sejatihnya, kita mengekspresikan iman kita lewat hari raya keagamaan. Jadi, yang paling pertama dan utama dari hari raya keagamaan adalah relasi kita dengan Allah. Relasi itu mewujud lewat pelbagai praktik keagamaan hingga relasi itu pun meluas pada relasi dengan sesama. Termasuk relasi dengan anggota keluarga kita.

Di tengah seruan tidak mudik, kita sekiranya tak lupa mendoakan orang-orang dikampung. Dalam tataran iman, berdoa bagi keluarga di kampung jauh lebih berharga daripada barang yang kita berikan.

Berdoa untuk keluarga di kampung merupakan cara kita untuk menunjukkan relasi kepada Allah di hari raya. Juga, ini bisa menjadi cara, di mana kita menebus rasa kehilangan karena tidak bisa mudik ke kampung.

Dilarang tidak mudik merupakan cara pemerintah untuk kita agar tidak terjebak pada persoalan pandemi yang makin rumit. Bekerja sama dan solider dengan pemerintah juga merupakan bahasa iman kita. Kita menunjukkan ungkapan iman kepada Allah yang kita renungkan dan rayakan pada setiap hari raya keagamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun