Di atas kertas, Chelsea bisa meraih dua piala pada musim ini. Investasi besar di awal musim pun tidak lagi berjalan menuju kehampaan.
Kendati pada akhirnya Chelsea gagal raih salah satu trofi, paling tidak Tuchel sudah mengubah wajah Chelsea. Ini adalah bekal besar dan optimisme untuk menghadapi musim depan.
Keberhasilan Chelsea ini patut menjadi contoh dan bahan introspeksi bagi Real Madrid. Secara tradisi dan mental, Real Madrid mempunyai rekam jejak yang sarat pengalaman di Liga Champions. Akan tetapi, pengalaman itu tunduk pada energi baru yang ditampilkan oleh para pemain Chelsea.
Para pemain Chelsea lebih mendominasi dan mengancam. Sementara itu, Real Madrid masih berharap pada beberapa pemain senior untuk meruntuhkan kekuatan Chelsea.
Real Madrid barangkali sadar bahwa timnya juga membutuhkan energi baru. Pasalnya, Madrid merupakan salah satu tim di musim ini yang tidak mencatatkan namanya pada musim transfer pemain baru. Malahan, Madrid lebih memilih untuk membiarkan beberapa pemainnya dipinjamkan dan pindah ke klub lain. Â
Namun, situasi terlihat mencekam saat banjir cedera menghantui tim. Zidane harus memasang pemain yang bukan posisinya pada pada pos yang kosong. Bahkan dalam laga leg ke-2 Zidane memberanikan untuk memasang Sergio Ramos yang baru kembali dari cedera dan Eden Hazard yang belum tampil optimal.Â
Alih-alih ingin mendapatkan tuah dari para pemain senior dan sarat pengalaman ini, malah talenta-talenta muda Chelsea bekerja lebih apik. 2 gol yang tercipta pun menunjukkan kelengahan lini belakang dalam meladeni serangan para pemain muda Chelsea.
Kekalahan dari Chelsea adalah bahan introspeksi paling berharga untuk Madrid. Kalau mau berkompetesi di musim depan, Madrid harus menggerakkan energi ekstra untuk mendatangkan pemain-pemain baru guna memberikan energi baru. Memaksakan skuad yang ada pada musim depan bisa berakhir pada bencana yang lebih serius.