Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Puan-Moeldoko, Bukan Duet Maut?

19 Maret 2021   15:02 Diperbarui: 19 Maret 2021   15:08 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto:CNN Indonesia/Safir Makki

Dunia politik di tanah air diwarnai pelbagai dinamika politik. Dinamika politik yang masih ramai diperbincangkan adalah soal perpecahan di tubuh partai Demokrat. Dua kubu, kubu AHY dan kubu Moeldoko, mencari pengesahan di mata hukum dan pengakuan di mata publik. 

Bagaimana pun, eksistensi mereka akan mendapat tempat kalau mereka diakui secara legal dan publik pun menerima mereka dengan tangan terbuka. Tanpa pengakuan di mata hukum dan penerimaan dari publik, kekuatan partai bisa melemah. 

Moeldoko menjadi sosok politik yang menarik perhatian publik. Berawal dari isu kudeta yang menyeret nama Moeldoko, hingga Moeldoko kemudian terpilih menjadi ketua umum partai Demokrat lewat kongres luar biasa di Deli Serdang, Sumetera Utara. Keterpilihan Moeldoko, pada satu sisi, mengamini dugaan kudeta yang dinyatakan oleh AHY sebagai ketum Partai Demokrat. 

Akan tetapi, keterpilihan Moeldoko ini menciptakan dua kubu di dalam satu partai. Kubu yang berpengaruh akan bertahan, begitu pun sebaliknya. 

Pada sisi lain, keterpilihan Moeldoko bisa berhubungan dengan kepentingan politik. Kepentingan itu bisa berhubungan dengan golongan tertentu, bisa pula kepentingan pribadi seorang Moeldoko. 

Kepentingan itu bisa berupa jalan Moeldoko pada keterlibatannya dalam berpolitik di tanah air. Entah kebetulan atau tidak, poster deklarasi dan dukungan kepada Puan Maharani sebagai calon presiden dan Moeldoko sebagai calon wakil  presiden pada Pilpres 2024 beredar di media sosial (CNN Indonesia. com 19/3/21).

Poster yang berada di media sosial itu tidak serta merta menyatakan bahwa itu berasal dari Puan dan Moeldoko. Barangkali itu merupakan taktik politik untuk melihat sejauh mana dua sosok ini berpengaruh di dunia politik. Juga, itu bisa menjadi batu sandungan yang bisa menodai Moeldoko yang terpilih sebagai ketum Partai Demokrat lewat langkah KLB versi Deli Serdang, yang mana tidak semua kader partai Demokrat menyepakatinya, terutama dari kubu AHY. 

Terlepas dari motif di balik kemunculan poster itu, ada satu hal yang perlu dipertimbangkan dari keberadaan dua sosok ini. Andaikata Puan dan Moeldoko benar-benar menjadi rekan politik di Pilpres 2024, apakah duet ini terbilang kuat? Apakah duet ini bukan duet maut?

Puan dan Moeldoko mempunyai jejak politik yang persis sama. Sama-sama dekat dengan pemerintahan. Juga, hampir satu haluan. 

Puan merupakan puteri Ibu Megawati dan sekaligus sudah menjadi salah satu palang pintu penting di tubuh PDI Perjuangan. Puan terlihat sudah membangun reputasi yang kuat di kalangan kader PDIP. Bukan tidak mungkin, Puan bisa menggantikan peran ibunya di PDIP.

Karir politik Puan juga tak diragukan. Sebagai ketua DPR RI, Puan sudah makan garam terlibat dalam dunia politik di tanah air.  

Sementara itu, Moeldoko adalah sosok penting di dalam lingkaran istana. Menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko barangkali memiliki kedekatan politis dengan Jokowi. 

Berada di lingkaran pemerintahan tentu saja merupakan buah kesepakatan bersama dengan partai pendukung presiden seperti PDIP. Maka dari itu, menarik Moeldoko sebagai tandem Puan memang tidak terasa sulit. 

Akan tetapi, situasi barangkali menjadi rumit bagi kedua sosok saat berhadapan dengan realitas sosial. Kesulitan itu berhubungan dengan popularitas kedua belah pihak. Bandingkan dengan keterpilihan Jokowi ke kursi nomor 1 RI. 

Kiprah Jokowi terbilang fenomenal. Bertolak dari kinerja yang baik sebagai walikota di Solo, Jokowi berhasil menjadi gubernur DKI Jakarta. Langkah-langkah politis yang baru dan mengagumkan menjadi tawaran politik di tengah masyarakat. Langkah-langkah politik itu pula yang menarik banyak pihak untuk memilih Jokowi ke bangku presiden. 

Hemat saya, Puan dan Moeldoko harus mempunyai langkah-langkah politik yang bisa menarik mata publik. Bukan sekadar mempunyai nama karena faktor posisi di pemerintahan dan di partai. Namun lebih dari itu, kedua sosok mesti menunjukkan pencapaian politik yang menyentuh hati masyarakat. Popularitas mereka terbangun ketika mereka membangun langkah-langkah politik yang membuat masyarakat menjadi tertarik.

Persoalannya, ketika tren masyarakat lebih tertarik pada sosok yang sudah berpengalaman memimpin secara langsung, seperti sosok yang berlatar belakang kepala daerah. Apalagi kalau seseorang berhasil menjalankan tugasnya sebagai kepala daerah, itu bisa menjadi bahan yang mengangkat popularitas orang tersebut.  

Maka dari itu, posisi politik di pemerintahan dan di partai tidak serta merta menjamin popularitas di mata masyarakat. Apalagi mereka tidak menelurkan langkah-langkah fenomenal yang bisa diingat dan mengena hati masyarakat. Jadi, andaikta Puan dan Moeldoko mau maju dan menjadi duet maut di pilpres 2024, keduanya harus membangun popularitas di mata masyarakat. Toh, keterpilihan mereka akan sangat bergantung pada suara hati rakyat.  

Salam 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun