Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Hiburan Malam Tanpa Pengunjung, Pekerja Pilih Pulang Kampung

6 Agustus 2020   19:17 Diperbarui: 6 Agustus 2020   19:08 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rumah Hiburan Malam. Sumber foto: Forbes.com

Pastinya pandemi korona memukul aktivitas di tempat hiburan itu. Protokol kesehatan tidak memungkinkan mereka untuk beroperasi. Karena ini, penghasilan hilang.

Para pekerja yang umumnya kaum perempuan pasti memilih pulang ke rumah di kampung halaman mereka daripada tetap tinggal.

Saya coba bertanya tentang dari asal para perempuan itu. Tidak mungkin mereka berasal dari provinsi ini. Siapa pun pasti malu bekerja di rumah-rumah hiburan seperti itu. Apalagi provinsi ini masih masuk dalam kategori yang memegang budaya secara kuat.

Sebagian besar para perempuan berasal dari tempat-tempat jauh. Jauh dari provinsi ini. Bahkan di antaranya berasal dari pulau-pulau berbeda. Demi hidup, mereka rela untuk datang ke tempat baru untuk menjalani kehidupan yang kerap dinilai negatif.

Menurut beberapa orang yang pergi ke tempat ini, cara paling gampang untuk mengenali mereka adalah lewat dialek yang mereka pakai. Umumnya, mereka tidak bisa berbicara bahasa yang dipakai di tempat ini. Mereka memakai bahasa yang dipahami bersama. Bahasa Tagalog.

Para pekerja di rumah hiburan malam ini adalah sekelompok kecil orang yang terdampak karena pandemi korona. Karena pandemi, nasib mereka tidak jelas.

Pulang kampung adalah pilihan terakhir walaupun di kampung halaman mereka juga akan berhadapan dengan kesulitan. Memilih tinggal hanya meninggalkan beban tersendiri. Dengan kata lain, lebih baik menderita bersama keluarga daripada menderita sendiri tanpa orang-orang yang dikenal.

Ya, umumnya mereka mengenali pengunjung mereka sewaktu malam hari. Itu pun jika konsumer mereka datang dengan mengenalkan identitas yang benar. Tetapi kalau tidak, mereka juga berhadapan dengan orang-orang yang penuh bayangan. Hanya kenal di saat malam, tetapi lenyap di siang hari.

Beberapa kali saya perhatikan deretan rumah itu dari kejauhan. Tampak suram. Tidak ada kehidupan malam laiknya sebelum masa pandemi. Rumah-rumah malam ini kehilangan pengunjung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun