Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Orangtua Tidak Peduli pada Sekolah Anak di Masa Pandemi

26 Juli 2020   20:29 Diperbarui: 26 Juli 2020   20:24 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi belajar daring. Sumber foto: Fimela.com

Persoalan di dunia pendidikan di tengah situasi pandemi tidak hanya terjadi Indonesia. Ini juga menjadi salah satu tantangan serius di Filipina.

Rencananya, tahun ajaran baru di Filipina akan dibuka pada 24 Agustus mendatang. Pemerintah belum mengijinkan proses belajar tatap muka 

Menyikapi situasi ini, sejumlah langkah ditempuh oleh pihak sekolah. Di antaranya pendaftaran lewat sistem online, pendaftaran manual bagi yang terbatas dalam kepemilikan internet, dan bahkan guru pergi dari rumah ke rumah. Pendeknya, para guru berupaya menggunakan pelbagai cara untuk mengawali tahun ajaran mendatang dengan situasi kondusif.

Dengan kata lain, walau berada di tengah situasi krisis, para siswa tetap merasa bersekolah. Terlebih lagi, mereka sudah meninggalkan bangku sekolah sejak bulan Maret lalu. Lima bulan lalu. Waktu yang cukup panjang.

Seperti persoalan yang ditemukan dalam belajar daring pada beberapa orangtua di tanah air, hal yang serupa juga dikuatirkan oleh para guru dan orangtua. Belajar daring merupakan metode yang cukup baru bagi banyak orang. Tidak hanya bagi para guru, tetapi orangtua dan para siswa.

Kesulitannya bukan saja soal adaptasi pada metode yang ditawarkan. Akan tetapi, ini juga menyangkut fasilitas yang memungkinkan belajar daring itu bisa terjadi. Pasalnya, tidak semua orangtua mampu secara ekonomi untuk menyediakan phone demi membantu anak-anak dalam belajar daring. Tidak semua tempat terjangkau signal internet.

Di sinilah tantangan para guru. Dalam mana, mereka berupaya agar keterbatasan para siswa tidak menjadi halangan untuk belajar di tahun ajaran baru. Apa pun situasinya, proses pendidikan tetap berjalan.

Salah satu langkah yang digiatkan pemerintah bagi para guru adalah dengan membuat modul pelajaran. Modul itu mesti dibagikan secara gratis kepada para siswa. Tidak boleh dipungut biaya tertentu. Dengan ini, para guru dipompa untuk membuat modul pada waktu yang tepat dan hampir setiap minggu.

Persoalan lainnya adalah ketersediaan fasilitas di sekolah dan bagi para guru. Tidak semua guru mempunyai printer yang berkualitas bagus. Melipatgandakan modul untuk sejumlah siswa dalam jangka waktu yang singkat akan memaksa para guru atau sekolah menyediakan fasilitas seperti printer dan mesin foto copy. 

Seorang guru menulis permohonan bantuan di halaman media sosialnya. Dia menyerukan bantuan kertas dan tinta printer. Kertas dan tinta ini akan dipakai untuk menyiapkan modul bagi para siswa.

Akan tetapi, jika sekolah yang jauh dari jangkauan listrik, penyediaan dan pelipatgandaan modul juga menjadi kendala tersendiri. Situasi ini pastinya memberikan tingkat kesulitan tersendiri.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun