Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bukan dengan Tagar, Begini Cara Protes Tim Medis Belgia kepada Perdana Menteri

19 Mei 2020   08:06 Diperbarui: 19 Mei 2020   08:07 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara tim medis Belgia protes kepada perdana menteri. Sumber foto: The Brussel Times.com

Pada beberapa hari terakhir ini, tagar "Indonesia Terserah" mencuat ke permukaan media sosial. Bahkan tagar ini menjadi salah satu topik trending yang menghuni aplikasi Instagram dan Twitter.

Seperti yang terlansir dari Kompas.com (18/5/2020), tagar "Indonesia Terserah" ini ikut mendapat sorotan media asing. Adalah Reuters, media asing yang mengungkapkan kalau kemunculan tagar ini berhubungan dengan sikap pemerintah dan mentalitas masyarakat di tengah krisis pandemi korona.

Betapa tidak, kasus demi kasus terus bermunculan di Indonesia. Meski demikian, kebijakan pemerintah dinilai tidak menjawabi persoalan secara tepat. Malah, kebijakan tertentu membuka peluang penyebaran virus korona kepada banyak orang. Contohnya, situasi di Bandara Soekarno-Hatta yang dibanjiri oleh banyak orang tanpa peduli arahan social distancing.

Saya sendiri tidak tahu motif utama di balik tagar "Indonesia terserah" ini. Hemat saya, hal itu membahasakan keputusasahan pada situasi yang sementara terjadi.

Kalau tagar ini didengungkan oleh tim medis, ini bisa mengungkapkan keputusahan mereka sebagai garda terdepan dalam melawan korona. Sebagian besar tim medis berjuang keras menghadapi dan menangani penyakit Covid-19. Namun, di tengah realitas, begitu banyak orang yang seolah tidak peduli dengan situasi yang terjaid.

Bahkan masih ada orang menolak diperiksa secara medis. Padahal, yang bersangkutan pernah bersentuhan dengan wilayah yang menjadi sumber penyebaran virus korona.

Pernah saya menonton video tentang mereka yang menolak pemerintah dan tim medis memeriksa diri mereka. Tujuan tim medis sangatlah mulia. Namun, tujuan itu malah disikapi dengan pandangan dan sikap yang negatif.

Dengan mentalitas seperti ini, persoalan virus korona akan sulit teratasi. Malah, kasus demi kasus bisa bermunculan. Pada sisi lain, orang-orang yang sungguh-sungguh bekerja dengan serius pasti juga merasa kecewa. Kecewa karena langakah mereka tidak ditanggapi secara positif. Kekecewaan ini bisa berujung pada keputusasahan.

Kalau di Indonesia, tagar "Indonesia terserah" mencuat ke permukaan media. Di Belgia, tim medis di sebuah rumah sakit melakukan cara yang berbeda.  Cara protes tim medis Belgia ini terkesan "to the point."

Tim medis Belgia ini melakukan protes secara langsung kepada Perdana Menteri Belgia, Sophie Wilmes. Hal itu terjadi di rumah sakit Saint-Pierre, Belgia.

Dalam aksi protes itu, para dokter dan perawat membelakangi punggung mereka saat mobil perdana menteri Belgia itu tiba rumah sakit tersebut. Secara etis dan sudut pandang budaya kita, protes a la tim medis di Belgia ini terbilang berlebihan.

Bagaimana pun, Perdana Menteri Sophie Wilmes adalah seorang pemimpin yang perlu dihargai. Penghargaan itu mesti dibarengi dengan bahasa tubuh yang sekiranya membahasakan sikap hormat.

Namun, bukan sikap hormat yang diperoleh oleh Perdana Menteri, tetapi ketidakpeduliaan. Bahasa tubuh para tim medis itu membahasakan pandangan dan sikap mereka tentang situasi yang sementara terjadi.

Seperti yang dilansir dari the Guardian.com (18/4/2020) dan dari The Brussel Times (17/5/2020), motif dari pernyataan sikap itu adalah menyeruhkan peningkatan pengakuan pada usaha mereka. Mereka juga mengingingkan agar pemerintah merekrut tim medis yang berkualitas sebagai bagian dari tim dalam melawan korona.

Tim medis Belgia merasa kecewa dengan langkah pemerintah dalam menangani krisis pandemi. Mereka juga mempersoalkan pemotongan anggaran medis, gaji yang kecil dan keterbatasan tim medis di lapangan. 

Selain itu, tim medis ini juga mempersoalkan langkah pemerintah Belgia yang merekrut staf medis yang tidak berkualitas dalam membantu penanganan virus korona.

Tentunya, pernyataan sikap ini merupakan reaksi yang disebabkan oleh apa yang mereka alami di lapangan kerja. Di tengah pandemi korona, tim medis umumnya menjadi garda terdepan dalam menangani virus korona. Mereka mengorbankan banyak hal, bahkan mereka bisa saja mengorbankan nyawa mereka.

Semestinya, pengorbanan mereka dibarengi dengan sikap dan tanggapan positif dari komponen sosial lainnya. Dalam arti, setiap komponen sosial tahu porsi kerja mereka masing-masing.

Pandemi korona bukanlah persoalan satu orang, segelintir orang dan satu institusi. Ini adalah persoalan bersama.

Setiap komponen sosial, mulai dari keluarga, sekolah, agama hingga pemerintah, mesti bekerja bersama. Bekerja seturut kemampuan, keahlian dan kontribusi yang bisa diberikan. 

Bukan sebaliknya, persoalan ini dijadikan sebagai persoalan satu kubu dan kubu lain seolah tidak peduli dan tidak mau tahu. Jika hal ini yang terjadi, persoalan yang dihadapi tidak akan pernah selesai.

Muaranya, orang yang sudah bekerja serius akan menghadapi titik batas. Titik batas itu berupa kekecewaan, kemarahan, dan keputusasahan. Jadinya, persoalan tidak lagi dihadapi, tetapi tidak dipedulikan.

Pandemi korona diperkirakan masih jauh dari masa akhir. Salah satu upaya meminimalisir penyebaran virus ini dan meringankan kerja tim medis adalah bersikap bijak dalam berlaku. Kita menjaga kesehatan diri kita sebagai bentuk kita peduli dan melindungi tim medis di lapangan.

Gobin Dd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun