Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Suami yang Menyekolahkan Sang Istri

9 Maret 2020   20:20 Diperbarui: 9 Maret 2020   20:14 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Kompas.com

Anna memulai karirnya sebagai seorang guru di sekolah swasta. Gaji tidak seberapa. Setelah beberapa tahun, dia menikah dengan tetangga rumahnya. Rupanya pernikahan ini menjadi hadiah terbesar bagi Anna.

Kalau tidak ada aral melintang, tahun depan Anna (bukan nama sebenarnya) akan menyelesaikan studi S3-nya di salah satu universitas di Filipina. Pencapaian dan tingkat pendidikannya ini bermula dari dukungan sang suami.

Suami Anna adalah seorang insinyur dalam bidang pertambangan. Setelah menikah, sang suami memilih untuk merantau ke Timur Tengah. 

Setelah beberapa tahun di Timur Tengah, suaminya memintanya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang S2. Bahkan segala biaya yang berhubungan dengan pendidikan sang istri ditanggung oleh suami. Prinsipnya, istri bersekolah dan suami yang menyiapkan biayanya.

Tanpa ragu, sang istri memenuhi permintaan itu. Awalnya terasa sulit, karena dia bersekolah sembari mengajar di sekolah negeri. Salah satu cara yang dilakukannya adalah mengambil beberapa unit setiap akhir pekan terutama Jumat hingga Minggu.

Tidak sampai di situ. Anna juga mesti melakukan perjalanan jarak jauh setiap akhir pekan. Sekitar dua jam waktu yang ditempuh untuk perjalanan dari rumahnya ke kampus.

Anna tidak berhenti melanjutkan pendidikannya setelah meraih gelar S2. Dia terus melanjutkan pendidikannya pada jenjang S3.

Pengalaman yang sulit tetapi pengalaman itu mulai menghasilkan buah. Tahun depan, di depan nama Anna akan terpampang salah satu gelar. Doktor. Gelar itu bisa menjadi titik loncat bagi Anna untuk mendapat karir lain selain bekerja sebagai guru.

Di balik pencapaian ini, Anna mengakui dukungan sang suami. Anna mengatakan kalau sang suamilah yang mendorongnya untuk melanjutkan studi hingga jenjang tertinggi. Awalnya Anna tidak mau karena apa yang sudah dimilikinya bersama sang suami sudah cukup untuk membiayai kehidupan berkeluarga.

Namun bukan gelar dan pendapatan ekonomi yang dicari. Yang paling utama adalah pelajaran menggunakan kesempatan untuk menambah nilai bagi kehidupan. Anna menggunakan kesempatan dari sang suami untuk mendapat pendidikan.

Pengalaman Anna sebagai seorang ibu dan perempuan merupakan pengalaman bagaimana suami dan laki-laki menghargai kaum perempuan. Idealnya, kaum perempuan dan laki-laki mendapat peluang yang setara dalam konteks sosial.

Peluang dalam rupa pendidikan, karir, berbisnis, berpolitik dan lain sebagainya adalah serangkaian peluang yang bisa diperolah oleh kaum perempuan dan lak-laki. Bahkan keduanya bisa saling mendukung.

Saling mendukung untuk mendapatkan peluang yang sama bisa terjadi dalam konteks relasi suami-istri. Suami mendukung peluang karir dari seorang istri tanpa terbebankan oleh rasa tersaingi. Sementara itu, istri juga mempunyai caranya untuk  menopang suami dalam berkarir.  

Pada titik inilah, penghargaaan antara suami dan istri itu nampak. Sebagai akibat, istri tidak dinomorduakan di dalam kehidupan berkeluarga dan suami tidak merasa sebagai pemegang tunggal dalam pembuatan keputusan.

Saya yakin kisah Anna adalah salah satu kisah dari banyak kisah tentang bagaimana suami mendukung dan menghargai istri sebagai seorang perempuan. Dalam hal ini, perempuan tidak terbatas perannya sebagai seorang istri dan ibu. Bahkan dia bisa memanfaatkan perannya sebagai wanita berpendidikan dan berkarir dalam konteks sosial.

Kisah Anna pun menjadi gambaran dan bukti nyata dari pemaknaan hari perempuan internasional. Perayaan itu bukanlah sekadar ajang tahunan untuk mengingatkan kita tentang keseteraan gender, tetapi perayaaan itu merupakan panggilan untuk kita mewujudnyatakan kesetaraan gender tersebut.

Perwujudan kesetaraan gender itu menyata lewat mendukung kaum perempuan lewat. Dukungan itu hadir lewat memberikan peluang bagi perempuan untuk mewujudnyatakan peran mereka dalam konteks sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun