Surat pembaca
Kenaikan Harga BBM Penting Bagi Ekonomi
Masyarakat sangat realistis dengan kondisi ketimpangan harga antara BBM bersubsidi dengan BBM non-subsidi. Mau dilakukan imbauan apapun namanya, orang pasti milih yang termurah. Selain itu, menunda kenaikan harga BBM sama dengan mendorong penggunaan BBM bersubsidi untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan penggunaan seharusnya. Belum berbicara penggunaan BBM yang salah, misuse atau dimanfaatkan untuk yang lain BBM yang dijual di eceran, harganya Rp 6.000 sampai Rp 7.000, orang masih mau beli. Dengan distorsi harga sebesar ini, itu juga malah mendorong hal-hal seperti itu makin marak, terus uangnya akhirnya tidak masuk ke pemerintah.
Pengamat Ekonomi Destry Damayanti menilai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi penting bagi ekonomi Indonesia karena ketimpangan harga dengan BBM non-subsidi sudah semakin besar. Secara ekonomi kenaikan harga BBM bersubsidi itu sangat urgent, distorsi harga sudah besar sekali, yang satu Rp 9.700 (pertamax) yang satu Rp 4.500 (premium). Kebijakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi juga dipengaruhi unsur politis karena sudah mendekati pemilihan umum 2014. Jika pemerintah terus menunda-nunda kenaikan harga BBM bersubsidi, maka perbedaan harga dengan BBM non-subsidi bisa makin besar.
Pemerintah harus berani menaikkan harga BBM bersubsidi karena dinilai dampaknya akan lebih besar ke APBN. Apakah, mau 30 persen atau 50 persen, aksi demo dan keruwetannya pasti akan sama, tetapi dampak ke APBN lebih besar. Seandainya tidak jadi menaikkan harga, pemerintah harus memiliki kebijakan alternatif yang tegas dan konkret. Misalnya, mobil plat hitam tidak boleh pakai BBM bersubsidi. Ada yang bilang nanti kendaraan publik jadi haus ngisi bensin terus.